HUBUNGAN PELAKSANAAN PATIENT CENTERED CARE
(PCC) DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP
Melda Yulia
Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Indonesia
Email: dokterlia86@gmail.com
Keywords: Patient Centered Care; Patient
Satisfaction; Hospital. Kata Kunci: Patient Centered Care; Kepuasan Pasien; Rumah Sakit. |
ABSTRACT Patient centered care (PCC) is
a health service activity that is collaborative between health workers,
patients and families in supporting the treatment needs of patients in
hospitals. The goal is health workers from the patients themselves and their
families to the services that have been carried out by health in the
hospital. This study aims to determine the relationship between the
implementation of patient centered care with inpatient satisfaction at Mitra
Sejati General Hospital. The type of research is quantitative with a
cross-sectional design which was conducted in July 2022 at Mitra Sejati
General Hospital with purposive sampling technique. The total population in
this study were all inpatients at the RSU. True Partners during the month of
June. with a total sample of 110 hospitalized patients. The instrument in
this study used a questionnaire. The data obtained in this study were
analyzed by Spearmen Rank correlation analysis. The results showed that there
was a relationship between patient centered care and satisfaction of
inpatients at Mitra Sejati Hospital with a p value of 0.001 (p<0.05) and
an r value of 0.656 which was included in the 0.600-0.799 interval and was
classified as a strong category. It can be said that it is okay to implement
patient centered care to increase the level of satisfaction of inpatients at
Mitra Sejati Hospital. Therefore, it is recommended that the hospital conduct
socialization in the form of education on the implementation of patient
centered care on a regular basis to all health in the hospital. The creation
of patient satisfaction will determine the good image and accreditation
assessment of Mitra Sejati Hospital in the future. ABSTRAK Patient centered
care (PCC) merupakan kegiatan pelayanan kesehatan bersifat kolaborasi antara
tenaga kesehatan, pasien dan keluarga dalam mendukung kebutuhan pengobatan
pasien di rumah sakit. Kepuasan pasien adalah penilaian dari pasien itu
sendiri maupun keluarga terhadap pelayanan yang telah dilakukan oleh tenaga
kesehatan di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pelaksanaan patient centered care dengan kepuasan pasien rawat inap di RSU
Mitra Sejati. Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan desain cross-
sectional yang dilakukan pada bulan Juli 2022 di RSU Mitra Sejati dengan
teknik purposive sampling. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien rawat inap di RSU. Mitra Sejati selama bulan Juni. dengan jumlah
sampel sebanyak 110 pasien rawat inap. Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis
dengan analisis korelasi Rank Spearmen. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
hubungan patient centered care dengan kepuasan pasien rawat inap di RSU Mitra
Sejati dengan p value 0,001 (p<0,05) serta diperoleh nilai r= 0,656
termasuk dalam interval 0,600- 0,799 dan tergolong kategori kuat. Dapat
disimpulkan bahwa semakin baik pelaksanaan patient centered care maka semakin
tinggi tingkat kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Mitra Sejati. Oleh
karena itu disarankan, pihak rumah sakit melakukan sosialisai berupa edukasi
pelaksanaan patient centred care secara berkala kepada semua tenaga kesehatan
di rumah sakit tersebut. Terciptanya kepuasan pasien akan menentukan citra
baik dan peningkatan penilaian akreditasi RSU Mitra Sejati di masa depan. |
Info Artikel |
Artikel
masuk, Direvisi, Diterima |
PENDAHULUAN
Sistem kesehatan nasional adalah sebuah aturan integral dalam
pembangunan kesehatan secara nasional dan berkelanjutan. Adapun tujuan dari pembangunan
tersebut merupakan upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, agar
setiap orang mampu hidup sehat dan sejahtera.
Era globalisasi saat ini,
rumah sakit telah menjadi pusat pelayanan kesehatan yang sangat penting dalam
masyarakat. Menurut Undang – Undang Nomor 44 Tahun 2009, rumah sakit adalah
sebagai suatu sarana dan upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan
kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian. Rumah sakit juga sebagai suatu organisasi pelayanan kesehatan yang
bersifat komprehensif, mencakup aspek promotif, preventif dan rehabilitative,
serta sebagai pusat rujukan kesehatan masyarakat.
Kemudian, menurut Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.340/MENKES/PER/III/2010 “Rumah sakit
adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan
dan gawat darurat”. Hakikat dasar dari rumah sakit adalah pemenuhan kebutuhan
dan tuntutan pasien yang mengharapkan penyelesaian masalah kesehatannya pada
rumah sakit. Pasien memandang bahwa hanya rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan medis sebagai upaya penyembuhan dan pemulihan atas rasa sakit yang
dideritanya, untuk itu rumah sakit pada umumnya harus memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh
masyarakat (Fitria, 2017).
Keberhasilan suatu rumah
sakit bukan hanya pada kelengkapan dan keunggulan fasilitas yang dimiliki,
melainkan sikap dan pelayanan sumber daya manusia yang merupakan elemen
berpengaruh terhadap pelayanan yang dihasilkan dan dipersepsikan oleh pasien.
Jika elemen-elemen tersebut diabaikan maka dalam waktu yang tidak lama, rumah
sakit akan kehilangan banyak pasien dan calon pasien yang akan berkunjung.
Kemudian pasien akan beralih ke Rumah Sakit lainnya yang sesuai dengan harapan
pasien, hal tersebut dikarenakan pasien merupakan asset sangat berharga dalam
mengembangkan industri rumah sakit (Rozany et
al., n.d.)
Kualitas pelayanan rumah
sakit didapatkan dari pengalaman pasien saat mendapatkan perawatan baik itu
perawatan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat atau saat mengunjungi
keluarga di rumah sakit. Pengalaman akan kualitas pelayanan yang baik akan
mendorong pasien menceritakan pengalaman tersebut kepada orang lain (Agnes, 2022). Pelayanan yang baik akan diberikan
kepada pasien terjadi karena adanya kepedulian tenaga kesehatan dalam
memberikan perawatan sehingga menimbulkan rasa nyaman (Setyawati, 2009).
Salah satu pelayanan
kesehatan di rumah sakit adalah pelaksanaan Patient Centered care (PCC), yaitu
suatu pelayanan kesehatan yang menciptakan kolaborasi antara tenaga medis,
pasien, serta keluarga untuk memastikan bahwa dalam mengambil keputusan dapat
menghargai kemauan pasien, yang dibutuhkan pasien, pilihan pasien, memastikan
pasien memperoleh pemahaman dan mendukung pasien dalam pengambilan keputusan.
Hal ini pasien juga terlibat dalam pengobatan mereka sendiri sehingga akan
mengurangi konflik yang selama ini timbul sebagai akibat sedikitnya komunikasi
dan informasi. Pelaksanaan
Patient Centered Care lebih mengedepankan nilai pasien sebagai individu yang
menjadi panduan bagi semua keputusan (Andriani & Fitri,
2014).
Pickter Institute menetapkan
delapan dimenasi dari PCC yaitu: menghargai pilihan pasien, dukungan moral,
kenyamanan fisik, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), Kontinuitas dan
transisi, pelayanan yang terkoordinasi, keterlibatan keluarga dan kerabat,
akses pelayanan. Menghargai pilihan pasien, rumah sakit wajib mengetahui dan
menyadari tentang kebutuhan pasien dan keluarga, membangun hubungan yang baik
antara rumah sakit, pasien dan keluarga. Selain itu, rumah sakit wajib
memberikan dukungan moral dalam hal status pasien seperti prognosis penyakitnya
dan imbas penyakit pasien tersebut terhadap pasien itu sendiri maupun keluarga.
Penerapan kedelapan dimensi
yang diutarakan oleh Pickter Institute sejalan dengan visi kesehatan pemerintah
Indonesia. Guna mencapai visi tersebut, pemerintah telah menerbitkan UU No.36
Tahun 2009 tentang Kesehatan khususnya pada Pasal 56 Paragraf Kedua yaitu
tentang pengaturan Perlindungan Pasien dalam sistem pelayanan kesehatan. Pada
ayat 1 (satu) Pasal 56 UU No. 36 Tahun 2009 dikatakan bahwa setiap orang berhak
menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan pertolongan yang akan
diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami informasi mengenai tindakan
tersebut secara lengkap. Hal ini sesuai dengan hak pasien dan keluarga.
Upaya mewujudkan pelayanan
prima di salah satu instansi kesehatan seperti rumah sakit, harus melakukan
strategi melalui pendekatan mutu yang berorientasi pada kepuasan pasien. Hal
ini bertujuan agar rumah sakit tetap eksis, ditengah pertumbuhan industri
pelayanan kesehatan yang semakin kuat. Strategi rumah sakit agar semakin
bertahan dan berkembang adalah dengan meningkatkan pelayanan kepada pasien. Hal
tersebut karena pasien merupakan sumber pendapatan yang ditunggu oleh rumah
sakit, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui asuransi kesehatan.
Rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Puas dan tidak puasnya masyarakat
terhadap pelayanan yang diberikan secara langsung oleh rumah sakit, dapat
dilihat dan dirasakan oleh masyarakat sebagai pengguna jasa layanan kesehatan.
Pelayanan pasien merupakan
kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan pasien.
Jika pelayanan yang diterima telah sesuai dengan harapan pasien hal tersebut
berarti pelayanan memuaskan. Pemahaman bagaimana memuaskan pasien adalah dengan
mengidentifikasi mengenai kebutuhan dan keinginan pasien. Keinginan kebutuhan
dan harapan pasien dapat di identifikasi dengan melihat karakteristik dari
masing-masing pasien tersebut. Pihak rumah sakit perlu memahami karakteristik
pasien untuk pengambilan keputusan terkait pelayanan rumah sakit agar pelayanan
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dari keinginan masyarakat pada umumnya
serta pasien pada khususnya (Aulia, dkk 2014).
Rumah Sakit Umum Mitra
Sejati adalah sebuah rumah sakit swasta dengan tipe B berdasarkan surat
keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor KARS-SERT/Per?135/I/2022
dan telah terakreditasi dengan motto” Pelayanan prima dengan berrorientasi pada
pelanggan” Rumah Sakit Umum Mitra Sejati merupakan satu rumah sakit swasta di
kota Medan yang mempunyai jumlah pasien rawat inap meningkat pada setiap
tahunnya. Rumah Sakit Umum Mitra Sejati mempunyai beberapa layanan unggulan
diantaranya adalah layanan kesehatan bedah anak.
Berdasarkan survei
pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada 30 pasien yang pernah di rawat di
Rumah Sakit Mitra Sejati, diketahui sebanyak 40 persen pasien mengatakan tenaga
kesehatan cukup baik dalam melayani pasien. Sebanyak 48 persen pasien merasa
tidak puas atas pelayanan yang diperoleh selama menjalani rawat inap. Pasien
juga merasakan kurang puas dalam menerima informasi dan edukasi secara detail
terhadap penyakit yang diderita yaitu sebanyak 51 persen. Keluhan lainnya
adalah sebanyak 72 persen merasakan kehilangan dukungan emosional dari pihak
keluarga besar akibat keterbatasan sangat singkat dalam menjenguk pasien selama
tahun 2022 ini.
Menurut Batubara (2020) keterlibatan keluarga dalam perawatan
kesehatan selama pengobatan sangat diperlukan. Peran keluarga dalam mendampingi
pasien selama pengobatan akan mengurangi stres pasien dan menambah semangat
pasien serta mengurangi trauma pasca perawatan
Hasil suvei awal sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Karaca dan Zehra (2018) yang menganalisa mutu pelayanan
keperawatan terhadap kepuasan dan faktor apa saja yang mempengaruhinya di suatu
rumah sakit swasta. Diketahui pasien merasa lebih puas dengan perhatian dan
perawatan oleh perawat dan kurang puas terhadap informasi yang diterima.
Sebanyak 63,9 persen pasien menyatakan dirawat di rumah sakit pelayanan keperawatan
yang diberikan adalah sangat baik. Pasien yang berusia 18-35 tahun, menikah,
lulusan perguruan tinggi dan pasien yang menyatakan status kesehatannya sangat
baik sat dirawat 1 sampai 5 kali lebih puas terhadap pelayanan keperawatan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah perawat perlu menunjukkan perhatian lebih
terhadap proses pemberian informasi.
Penelitian Steward, dan
Anderson EB (2002) menunjukkan bahwa pendekatan Patient
Centered Care (PCC) dalam perawatan telah terbukti untuk meningkatkan kepuasan
pasien. Pendekatan ini mengandalkan pondasi hubungan antara penyedia layanan
dan pasien itu sendiri, adanya komunikasi efektif, menciptakan lingkungan
positif dan mendorong pasien untuk berpartisipasi secara aktif dalam interaksi
antara keduanya.
Penelitian Hobss dan
Jennifer mengenai Patient Centered Care (PCC) membuktikan bahwa perawat dan
pasien seharusnya saling berinteraksi dengan baik sehingga mewujudkan
keharmonisan satu sama lain. Kemudian pelaksanaan PCC yang tepat bagi tenaga
kesehatan juga membuktikan proses penyembuhan yang menghasilkan kepuasan pasien
dalam perawatan di rumah sakit.
Untuk menghasilkan kepuasan
pasien dan mempunyai citra yang baik di mata masyarakat, maka rumah sakit harus
komitmen dalam melaksanakan PCC dengan tepat. Konsep PCC harus dijalankan
dengan mengedepankan pentingnya interaksi perawat, dokter pasien dan keluarga,
tidak hanya sekedar melakukan pencatatan tindakan yang sudah rutinitas setiap
hari. Informasi dan edukasi terkait hak pasien dan keluara pelayanan pasien
mulai dari masuk hingga perawatan lanjutan dan melakukan asesmen setiap kali
berinteraksi harus dilakukan oleh perawat dan dokter (Marti, et al, 2015).
Mengingat semakin
meningkatnya persaingan di bidang pelayanan kesehatan, penting bagi rumah sakit
untuk memberikan pelayanan prima salah satunya melaksanakan PCC sesuai aturan
yang berlaku. Adapun penilian pelayanan prima daru sisi pasien memudahkan
Kementrian Kesehatab dalam melakukan pembinaan dan pengawasan rumah sakit,
dalam hal ini sekaligus memberikan masukan kepada menajemen untuk menentukan
kebijakan demi peningkatan kualitas rumah sakit.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif. Jenis penelitian kuantitatif survei menggunakan design Cross
Sectional yang merupakan penelitian dimana pengukuran atau pengamatan dilakukan
pada saat bersamaan pada data variabel independen dan dependen (sekali waktu).
A. Hasil
1. Analisis Univariat
Karakteristik pasien rawat inap yang mengisi kuesioner penelitian dan merasakan pelayanan rumah sakit Mitra Sejati yaitu terdiri dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, kelas perawatan dan lama perawatan.
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi
Karakteristik Pasien Rawat Inap RSU Mitra Sejati
Karakteristik Pasien |
Frekuensi |
Presentase |
|
Rawat Inap |
(Total = 110) |
(%) |
|
Umur |
|
|
|
Dewasa (21 – 45 Tahun) |
97 |
88,2 |
|
Lansia (46 -
> 56 Tahun) |
13 |
11,8 |
|
Jenis Kelamin Laki – laki |
58 |
52,7 |
|
Perempuan |
52 |
47,3 |
|
Pendidikan Menengah |
23 |
20,9 |
|
Perguruan Tinggi |
87 |
79,1 |
|
Kelas Perawatan Kelas (1,2,3) |
86 |
80,9 |
|
Utama/VIP |
21 |
19,1 |
|
Lama Perawatan Sedang/Pendek |
86 |
80,9 |
|
Lama |
24 |
21,8 |
|
Pekerjaan Non Karyawan (petani, pension, |
10 |
9,1 |
|
buruh lepas,
IRT) |
|
|
|
Karyawan (PNS,
swasta, |
100 |
90,9 |
|
BUMN) |
|
|
|
Berdasarkan Tabel 5 diketahui umur pasien rawat inap yang mendominasi dalam pengisian kuesioner adalah bersusia 21-45 tahun (88,2%). Adapun pasien rawat inap berdasarkan jenis kelamin yaitu seimbang berdasarkan laki-laki dan perempuan. Deketahui pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah yang mendominasi adalah berpendidikan tinggi (D3 – S2) sebanyak 87 pasien (79,1%).
Kemudian kelas perawatan selama pasien dirawat di RSU Mitra Sejati yang mendominasi adalah tipe perawatan kelas 1,2,3 dan lama perawatan yang dilakukan pasien rawat inap pada kategori sedang (3-6 hari) masing – masing 80,9%.
Patient Centered Care. PCC adalah sebuah kebutuhan dan nilai-nilai pribadi pasien yaitu meliputi menghormati nilai dan keputusan pasien, koordinasi dan integrasi pelayanan, informasi, komunikasi dan edukasi, kenyamanan fisik, dukungan emosional dan pengurangan rasa takut dan cemas, keterlibatan teman dan keluarga, peralihan dan kesinambungan dan akses pelayanan. Pada tabel 6 diketahui RSU Mitra Sejati dalam menghormati nilai dan kebutuhan pasien rawat inap dalam hak untuk mencari second opinion (alternative pilihan) pelayanan kesehatan di luar rumah sakit tidak diberikan yaitu sebanyak 52,7%. Tetapi sebagian pasien diberikan hak untuk berdiskusi dan memutuskan bersama hal – hal yang harus dilakukan yaitu sebanyak 66,4%.
Secara koordinasi dan intergrasi pelayanan pasien rawat inap di RSU Mitra Sejati diketahui bahwa dokter memberikan penjelasan perawatan yang harus dilakukan terhadap penyakit pasien sebanyak 50,9%. Diketahui juga emberian informasi, komunikasi dan edukasi yang jelas yang diberikan kepada pasien rawat inap yaitu sebanyak 45,5%. Kemudian sebanyak 59,1% pasien merasa nyaman dengan keadaan fisik rumah sakit dalam menyediakan peralatan medis dan obat- obatan lengkap sesuai standar.
Rumah sakit umum Mitra Sejati mendukung emosional, pengurangan rasa takut dan cemas pasien rawat inap. Sebanyak 49,1% pasien merasakan bahwa dokter dan perawat peduli dengan keadaan pasien dan selalu memberikan sugesti rasa percaya diri dan rasa aman kepada pasien. Keterlibatan teman dan keluarga menjadi hal yang penting dalam kesembuhan pasien rawat inap, sebanyak 47,3% keluarga pasien memperhatikan kondisi kesehatan pasien tersebut. Penjelasan mengenai kelanjutan dan transisi yang harus dilakukan pasien rawat inap sebanyak 34,5% pasien menerima penjelasan dari tenaga kersehatan RSU Mitra Sejati. Begitu juga kases terhadap pelayanan, sebanyak 54,5 % pasien merasakan kemudahan dalam menyediakan seluruh layanan untuk menangani keluhan pasien.
2. Analisis Bivariat
Hasil analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji Spearmen Rank dengan kriteria bermakna atau signifikan jika p value <0,05. kepuasan sedang dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit Mitra Sejati sebanyak 17 pasien (15,5%)
Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearmen, maka diperoleh nilai p-value sebesar 0,001 (> α = 0,05) yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan Patient Centered Care (PCC) terhadap kepuasan pasien rawat inap di RSU Mitra Sejati.
Dari hasil output Spss, diperoleh angka koefisien korelasi sebesar 0,656 yang artinya kekuatan korelasi dalam penelitian ini adalah mempunyai hubungan cukup kuat dengan arah hubungan searah (positif). Sehingga dapat simpulkan, bahwa semakin baik pelaksanaan patient centered care (PCC) maka semakin tinggi tingkat kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Mitra Sejati.
B. Pembahasan
1. Hubungan Patient Centered Care (PCC) dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap.
Pelaksanaan Patient Centered Care (PCC) sebelumnya sudah dilaksanakan di semua rawat inap tetapi belum ada evaluasi untuk melihat sejauh mana PCC yang dilaksanakan oleh dokter dan perawat. Dari hasil penelitian terlihat bahwa terdapat korelasi Rank Spearman yaitu hubungan antara pelaksanaan Patient Centered Care (PCC) dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati dengan p-value 000,1. Kemudian diperoleh juga nilai r = 0,656 yang menunjukkan besarnya arah hubungan antara pelaksanaan PCC dengan kepuasan pasien rawat inap di RSU Mitra Sejati yang cukup kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik pelaksanaan PCC oleh tenaga kesehatan maka semakin tinggi tingkat kepuasan pasien rawat inap di RS Mitra Sejati.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad tentang hubungan pelaksanaan Patient Centered Care di RS Sari Mulia Banjarmasin. Pengalaman pasien rawat inap menunjukkan korelasi yang signifikan pelaksanaan PCC terhadap kepuasan dengan p-value 0.001. Kemudian penelitian Ahmad diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Chandra Sdimana pengalaman pasien rawat inap di 4 Rumah Sakit Kelas B terakreditasi paripurna plus tersertifikasi ISO 9001 menunjukkan ada hubungan kualitas pelayanan melalui pelaksanaan PCC terhadap kepuasan pasien (Hosseini et al., 2021).
Penelitian ini dilakukan di beberapa ruangan di kelas I, II. III dan Utama/VIP dengan cara menyebar kuesioner ke pasien yang di rawat inap RSU Mitra Sejati. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti pelaksanaan PCC di Rumah Sakit Umum Mitra Sejati, sudah sepenuhnya dilaksanakan di setiap ruang rawat inap, diketahui bahwa 41 pasien (74,5%) menilai pelaksanaan Patient Centered Care tidak terlaksana dengan baik di RSU Mitra Sejati. Sedangan dari 14 pasien (25,5%) menilai pelaksanaan Patient Centered Care terlaksana dengan baik di RSU Mitra Sejati.
Menurut (Rusyani & Afandi, 2018), bila dilihat dari kualitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit maka ada beberapa konsep ini PCC yang harus dipahami yaitu:
Pengharagaan pasien rawat inap terkait pilihan dan kebutuhan pada penghargaan terkait pilihan dan kebutuhan sebagian besar klien mengatakan selama dirawat terkait pilihan serta penghargaan perawat selalu menghargai apa yang dipilih klien untuk perawatan kedepannya dan untuk kebutuhan klien perawat selalu tanggap dengan apa yang di butuhkan klien meskipun ada saja beberapa perawat yang kurang tanggap terkait kebutuhan klien. Menurut Toney & Alligood. Perawat perlu menghargai adanya kekuatan eksistensial dan fenomenologikal yang diyakini pasien rawat inap maupun itu dari sisi pilihan atau kebutuhan.
2. Informasi Penjelasan dan koordinasi pelayanan
Pada aspek ini sepenuhnya diterapkan oleh perawat dengan baik dimana perawat selalu memberikan penjelasan yang jelas dan mudah di mengerti kebanyakan dari pasien rawat inap mengatakan puas dengan penjelasan informasi yang diberikan. Tetapi sebagian kecil dari responden mengatakan ada saja mendapat informasi yang sedikit berbeda penyampaian karena tidak semua perawat memberikan informasi secara lengkap perawat memberikan informasi secara lengkap kepada klien. Oleh karena itu koordinasi antara petugas belum terjalin dengan baik dalam memberikan informasinya kepada pasien. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Rozany et al., n.d.). Rumah sakit yang tersertifikasi ISO 9001 menunjukkan penerapan informasi dan persetujuan pada pasien selama perawatan lebih tinggi rumah sakit terakreditasi. Sekalipun dokter dan perawat telah dibekali pelatihan untuk peningkatan kemampuan dan keterampilan berkomunikasi namun ada faktor yang mempengaruhi yaitu kemauan. Kemungkinan motivasi petugas dalam memberikan informasi pada pasien dipegaruhi oleh sikap dan perilaku pasien atau keluarga terhadap petugas.
Menurut menyatakan mengkomunikasikan dan menginformasikan secara lengkap mengenai kondisi klien dan hal-hal yang berkaitan dengan klien, maupun program perawatan dan intervensi yang akan diberikan kepada pasien. Memberikan informasi secara lengkap dapat membantu dalam perawatan pasien, meningkatkan pengetahuan pasien dan pembuatan keputusan (Murniaty et al., 2018).
3. Dukungan Emosional
Pada aspek ini sudah sepenuhnya juga dilaksanakan oleh perawat dan sebagian besar pasien merasa puas karena perawat selalu menanyakan kabar dan selalu memberikan kalimat yang positif untuk menguatkan pasien, namun hanya sebagian dari responden menyatakan ada saja perawat yang kurang dalam memberi dukungan emosional dengan pasien, padahal dukungan emosional sangatlah penting dilakukan perawat terhadap pasien yang sedang sakit.
4. Keterlibatan keluarga
Pada aspek ini kebanyakan pasien mengatakan puas dengan pihak rumah sakit karena mendukung keluarga dan teman untuk berpartisipasi dalam proses pelayanan perawat mengajak keluarga dan teman pasien dalam membuat perencanaan dan pengembangan program, implementasi dan evaluasi program yang akan didapatkan oleh pasien. Menurut (Firdaus, 2009). Partisipasi aktif keluarga juga diwujudkan dalam bentuk pengambilan keputusan. Hak otonomi pasien dalam menentukan keputusan terkait tindakan yang akan dilakukan diambil alih oleh keluarga.
5. Respek Terhadap Pasien
Sebagian besar pasien menyatakan puas terhadap respek yang dilakukan dokter atau perawat karena dokter atau perawat berusaha memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, walaupun kadang pasien tidak menghargaiupaya perawat namun tidak mempengaruhi sikap dokter/perawat pada pasien apabila ada complain dari pasien. Perawat memilih diam sambil tersenyum atau bersikap berhati-hati. Kadang perilaku pasien atau keluarga terhadap perawat mempengaruhi sikap dokter atau perawat kepada pasien atau keluarga. Oleh karen itu dokter atau perawat bisa membatasi interkasi dengan berkomunikasi secukupnya saja.
Menurut (Hakim, 2018) respek merupakan aspek terpenting yang harus dilakukan oleh dokter atau perawat dalam praktik keperawatan dan dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain seperti menunjukkan perhatian, perasaan empati kepada orang lain.
Patient Centered Care (PCC) adalah komponen penting dalam penyediaan layanan kesehatan yang berkualitas dan konsep ini semakin dianjurkan untuk dimasukkan ke dalam pelatihan penyedia layanan kesehatan. Penerapan PCC dalam layanan perawatan kesehatan secara global beragam (Ernawati & Lusiani, 2019).
Patient Centered Care (PCC) dideskripsikan sebagai proses dinamis dan bervariasi yang diberikan perawat sesuai dengan pemahaman konsep yakni konsep perawatan dengan menerapkan pemahaman menyeluruh tentang pasien dan menunjukkan rasa hormat terhadap nilai, kebutuhan dan pilihan pasien (Rahman, 2020). Terdapat pergeseran mengenai fokus dari Patient Centered Care (PCC) dari waktu ke waktu (Rahman, 2020). PCC meningkatkan kualitas perawatan pada pasien karena fokus perawatan tidak lagi terletak pada penyelesaian tugas tapi penyesuaian personal (Rahman, 2020). Karena pergeseran tersebut dan peran utama perawat dalam merawat pasien, maka perawat adalah posisi yang tepat untuk menerapkan strategi PCC yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang disebutkan sebelumnya. Interaksi antara perawat dan pasien adalah pusat pembelajaran yang efektif dalam penerapan PCC. Bentuk interkasi perawat pada pasien dapat dieksplorasi penerapan PCC.
PCC merupakan bentuk pelayanan yang mengutamakan kebutuhan dan keinginan pasien. Serta memberikan pasien pemahaman dan dukungan untuk membuat keputusan atas perawatan yang diterima. Hal ini memerlukan hubungan yang baik antara dokter, pasien dan keluarga. Ini dari PCC adalah perawatan kesehatan yang holistic dan merupakan perkembangan dari perawatan tradisional.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan beberapa manfaat PCC seperti mengurangi malpraktik, mengurangi keluhan, meningkatkan kepatuhan minum obat, mengurangi keluhan, meningkatkan kepatuhan minum obat, mengurangi keparahan gejala dan mengurangi biaya perawatan (Hidayati et al., 2014). Penelitian juga menunjukkan bahwa penerapan PCC dapat meningkatkan hasil perawatan dan kepuasan pasien. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh (Octaviani et al., 2019). Penelitian tersebut menyebutkan bahwa pengguna PCC yang tepat dapat meningkatkan outcome pasien dan kepuasan dengan menganalisis bagaimana peran perawat dalam mengurangi kelemahan pasien (Purwanti, 2020).
KESIMPULAN
Ada hubungan signifikan pelaksanaan patient centered care (PCC) terhadap kepuasan pasien rawat inap di RSU Mitra Sejati dengan diperolehnya nilai p-value 0,001 (> ɑ = 0.05) serta diperoleh nilai r=0,656 termasuk daalm interval 0,40 – 0,70 dan tergolong kategori cukup kuat.
Manajemen Rumah Sakit Mitra Sejati agar meningkatkan kepuasan pasien dengan meningkatkan kualitas pelayanan melalui pelaksanaan Patient Centered Care (PCC) yang baik khususnya kepada tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit. Setiap pasien butuh bantuan atau memerlukan penjelasan mengenai tindakan medis, maka petugas kesehatan harus mendampingi dengan baik.
Manajemen Rumah Sakit Mitra Sejati rutin mengamati pelayanan yang mengacu kepada kualitas pelayanan pada variabel-variabel yang masih kurang sesuai dengan penilaian pasien yang belum sesuai dengan yang diharapkan oleh pasien. Hal ini bisa dilakukan dengan lebih memperhatikan terhadap kebutuhan dan keinginan pasien, peningkatan jaminan rasa aman dan nyaman, kepercayaan serta pelayanan yang dijanjikan secara cepat, akurat dan pasti sehingga akan meningkatkan kepuasan pasien.
Agnes, E. (2022). Hubungan Kualitas Layanan Dan Citra
Rumah Sakit Terhadap Kesediaan Rekomendasi Pada Pelanggan Instalasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Swasta Di Jakarta. Jurnal Medika Hutama, 3(02
Januari), 2276–2283.
Andriani,
M., & Fitri, R. (2014). Hubungan Kinerja Perawat Dalam Pendokumentasian
Askep Dengan Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Yang Diberikan Di Ruang Rawat
Inap Rsud Kota Solok Tahun 2013. ’Afiyah, 1(1).
Ernawati,
E., & Lusiani, M. (2019). Studi Fenomenologi: Pelaksanaan Patient Center
Care Perspektif Pasien Dan Perawat Di Rs Dr. Dradjat Prawiranegara Serang. Faletehan
Health Journal, 6(3), 83–90.
Firdaus,
Z. (2009). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepuasan Pasien Rawat
Inap Di Rumah Sakit Islam Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Fitria,
A. (2017). Hubungan Kualitas Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap Bpjs
Kelas Iii (Studi Kasus Di Rsu Haji Surabaya). Jpap: Jurnal Penelitian
Administrasi Publik, 3(2), 777–782.
Hakim,
L. (2018). Pengaruh Peran Case Manager Berbasis Spiritual Islami Terhadap
Kepuasan Pasien Di Rsud Dr. R. Koesma Tuban. Universitas Airlangga.
Hidayati,
A. N., Suryawati, C., & Sriatmi, A. (2014). Analisis Hubungan Karakteristik
Pasien Dengan Kepuasan Pelayanan Rawat Jalan Semarang Eye Center (Sec) Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 2(1),
9–14.
Hosseini,
F., Alavi, N. M., Mohammadi, E., & Sadat, Z. (2021). Motivation For Healing
In Cancer Patients: A Qualitative Study. Iranian Journal Of Nursing And
Midwifery Research, 26(6), 555.
Murniaty,
E., Hartati, C. S., & Putro, G. (2018). Analisis Kepuasan Pasien Di Klinik
Hj. Tarpianie Sidoarjo. Jurnal Manajerial Bisnis, 2(01), 14–29.
Octaviani,
D. A., Husin, F., Wirakusumah, F. F., Susiarno, H., Sukandar, H., &
Susandi, D. (2019). Analisis Penyebab Kematian Maternal Di Kabupaten Garut
(Studi Epidemiologi Dalam Upaya Menurunkan Kematian Maternal Di Provinsi Jawa
Barat). Jurnal Kebidanan, 9(1), 30–42.
Https://Doi.Org/10.31983/Jkb.V9i1.3953
Purwanti,
T. (2020). The Effect Of Profitability, Capital Structure, Company Size, And
Dividend Policy On Company Value On The Indonesia Stock Exchange. International
Journal Of Seocology, 1(2), 060–066.
Https://Doi.Org/10.29040/Seocology.V1i02.9
Rahman,
F. (2020). Keterlibatan Keluarga Sebagai Pendamping Pasien Demi Mecegah
Bahaya Dan Adverse Events Di Pelayanan Kesehatan.
Rozany,
F., Winarni, I., & Wardhani, V. (N.D.). Pengalaman Pasien Rawat Inap
Tentang Implementasi Patient Centered Care (Pcc) Di Rs X.
Rusyani,
Y., & Afandi, M. (2018). Pengaruh Pelatihan Quality And Safety Education
For Nurses (Qsen) Terhadap Kompetensi Patient Centered Carepreceptor Di Rsup
Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal Penelitian Keperawatan, 4(1).
Setyawati,
I. (2009). Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Dan Kepuasan Pasien Terhadap
Words Of Mouth (Studi Pada Pasien Rawat Jalan Rs. Bhakti Wira Tamtama
Semarang). Jurnal Sains Pemasaran Indonesia (Indonesian Journal Of Marketing
Science), 8(3), 334–351.