Jurnal Health Sains: p–ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 1, No. 6, Desember 2020                                           

 

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PEKERJA LAUNDRY TERHADAP DERMATITIS KONTAK DI KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

 

Mawaddah Warahmah

Universitas Abulyatama, Aceh Besar, Indonesia Email: mawaddahwarhmh@gmail.com

 

INFO ARTIKEL

ABSTRAK

Tanggal diterima: 5 Desember 2020

Tanggal revisi: 15 Desember 2020

Tanggal yang diterima: 25

  Desember                                

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap dermatitis kontak, desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi cross sectional dengan menggunakan kuesioner. Data yang digunakan adalah data primer yang di peroleh dari hasil penyebaran kesioner kepada 30 responden yang bekerja sebagai pencuci. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chi square. Berdasarkan hasil penelitian telah dilakukan Uji Chi-square diperoleh nilai asymp. sig. > (α = 0.05) pada variabel Pengetahuan dan Perilaku, yaitu 0.419 > 0.05 dan 0.801 > 0.05, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara Dermatitis Kontak dengan Pengetahuan dan Perilaku pencuci pada laundry yang berada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan pada variabel Sikap diperoleh nilai asymp. sig. < (α = 0.05), yaitu 0.027 < 0.05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara

                                                        Dermatitis Kontak dengan Sikap.                                         

Kata kunci:

Pengetahuan; sikap perilaku, dermatitis kontak

 


Pendahuluan

Dermatitis kontak adalah respon dari kulit dalam bentuk peradangan yang dapat bersifat akut maupun kronik karena paparan dari bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Prevalensi dermatitis kontak di Indonesia sangat bervariasi. Pada studi epidemiologi, di Indonesia memperlihatkan bahwa 97% dari 389 kasus adalah dermatitis kontak, dimana 66,3% diantaranya adalah dermatitis kontak iritan dan 33,7% adalah dermatitis kontak alergi (Nanto, 2015). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar oleh Departemen Kesehatan 2013 prevalensi nasional dermatitis adalah 6,8% (berdasarkan keluhan responden). Sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi dermatitis di atas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Barat,


Sulawesi tengah, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jakarta, Bangka Belitung, Gorontalo, dan termasuk Aceh (Abdullah & Prasetya, 2020).

Deterjen umumnya mengandung bahan aktif dan bahan tambahan, sabun dan deterjen sebagian besar adalah surfaktan anionik yang dapat merusak lapisan tanduk kulit dan meningkatkan permeabilitas dengan sedikit atau tanpa inflamasi yang kemudian dapat menyebabkan hand eczema (Verdy et al., 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan di Australia menunjukkan penyebab paling sering untuk DKA adalah nikel dan pewangi, sementara penyebab DKI paling sering pada perempuan adalah air dan pekerjaan basah,


serta sabun dan deterjen. Sedangkan pada laki- laki, penyebab DKI paling sering adalah panas, minyak dan pendingin, serta pelarut (Hutagalung & Hazlianda, 2019). Kejadian dermatitis dipengaruhi oleh faktor langsung (ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi) dan tidak langsung (suhu, kelembaban, masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwayat penyakit sebelumnya, personal hygiene dan penggunaan APD) dan lama kontak (Nini, 2019).

Pada penelitian (Sinulingga et al., 2017), dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Pada Karyawan Pencuci Mobil dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan di Kecamatan Medan Baru Diketahui Pengetahuan karyawan pencuci mobil mayoritas adalah Kurang yaitu 28 orang (70%). Diketahui Tindakan karyawan pencuci mobil mayoritas adalah Kurang yaitu 32 orang (80%). Dapat diketahui karyawan pencuci mobil mayoritas mengalami Kejadian Dermatitis Kontak yaitu 33 orang (82,5%), artinya terdapat korelasi antara tingkat pengetahuan dan tindakan pada karyawan pencuci mobil dengan kejadian dermatitis kontak iritan di Kecamatan Medan Baru.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan pengetahuan, sikap dan prilaku pekerja laundry terhadap dermatitis kontak di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif analitik. Peneliti akan melakukan pengukuran variabel dependen dan independen, kemudian akan menganalisa data yang terkumpul untuk mencari hubungan antara variabel. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectioanal yang bertujuan untuk melihat adanya hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap dermatitis kontak. Populasi yang digunakan pada penelitian ini


adalah semua pencuci yang bekerja pada laundry di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah pencuci yang bekerja pada laundry dengan teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling. Accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dapat ditetapkan menjadi sampel jika dia memenuhi kriteria inklusi (Hardhiyani, 2013). Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.   Pencuci (karyawan yang kontak dengan sabun) pada laundry yang akan dilakukan penelitian.

2.  Bersedia perpartisipasi dalam penelitian.

 

Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Karyawan yang tidak ada kontak dengan sabun.

Adapun kriteria pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

1.   Pada setiap laundry akan diambil sampel sebanyak jumlah pencuci di laundry tersebut.

2.   Waktu pengambilan sampel adalah pada jam kerja 08.00-12.00.

 

Alat pengumpul data dan instrumen dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner penulusuran data sampel. Penelitian akan dilakukan di 10 (sepuluh) laundry yang berada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Hasil Penelitian

Untuk menguji validitas item pertanyaan dari setiap variabel, maka dilakukan uji korelasi pearson. Item pertanyaan dapat dikatakan valid apabila nilai hitung korelasi pearson (r-hitung) lebih besar dari nilai tabel korelasi (r-tabel).


1.   Analisis Data Kuesioner

a.   Variabel Dermatitis Kontak.

Tabel 1

Hasil Uji Validitas Variabel Dermatitis

                           Kontak                     

 

No

Vari abel

Item Pertany

                              aan                                                       

r- tabel

r- hitung

Ketera ngan

    1

Der mati tis Kon

tak          

       P1      

 

    0,746        

Valid

    2

       P2      

0,32

9

    0,705        

Valid

    3

       P3      

    0,799        

Valid

    4

       P4      

    0,722        

Valid

    5        

P5                        

 

0,812        

Valid

 

Tabel 1 menunjukan hasil uji validitas dari variabel Dermatitis Kontak. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai r-hitung > r- tabel pada setiap item pertanyaan, yaitu pada P1, P2, P3, P4, dan P5. Sehingga dapat dilakukan uji reliabilitas terhadap variabel Dermatitis Kontak.

b.   Variabel Pengetahuan

Tabel 2

Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan

No

Vari

              abel      

Item

Pertanyaan      

r-

tabel      

r-

hitung      

Keter

angan

    1

Peng etah uan

          P1         

 

    0,739       

Valid

    2

          P2         

0,32

9

    0,910       

Valid

    3

          P3         

    0,773       

Valid

    4

P4

 

0,739

Valid

 

Tabel 2 menunjukan hasil uji validitas dari variabel Pengetahuan. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai r-hitung >r-tabel pada setiap item pertanyaan, yaitu pada P1, P2, P3, dan P4. Sehingga dapat dilakukan uji reliabilitas terhadap variabel Pengetahuan.

c.   Variabel Sikap

Tabel 3

Hasil Uji Validitas Variabel Sikap

 

No

Variabel

Item

                                   Pertanyaan     

r- tabel             

r-

hitung                          

Keterangan

      1     

 

          P1         

 

   0,364          

Valid       

      2     

Sikap

          P2         

0,329

   0,591          

Valid       

      3     

          P3         

   0,407          

Valid       

      4                                 

 

P4                          

 

0,779          

Valid       

 

Tabel 3 menunjukan hasil uji validitas dari variabel Sikap.


Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai r-hitung >r-tabel pada setiap item pertanyaan, yaitu pada P1, P2, P3, dan P4. Sehingga dapat dilakukan uji reliabilitas terhadap variabel Sikap.

d.    Variabel Perilaku

Tabel 4

Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku

 

 

No

 

Variabel

Item Pertan yaan

 

r-tabel

r- hitung

Keter anga n

    1

 

      P1      

 

    0,894       

Valid

    2

 

      P2      

 

    0,747       

Valid

    3

Perilaku

      P3      

0,329

    0,630       

Valid

    4

 

      P4      

 

    0,693       

Valid

       5

 

P5

 

0,727

Valid

 

Tabel 4 menunjukan hasil uji validitas dari variabel Perilaku. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai r-hitung >r-tabel pada setiap item pertanyaan, yaitu pada P1, P2, P3, P4, dan P5. Sehingga dapat dilakukan uji reliabilitas terhadap variabel Perilaku.

2.   Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah pengujian untuk melihat sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat nilai Cronbach Alpha. Kategori reliabilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 5

Kriteria Hasil Uji Reliabilitas

 

Indeks

Evaluasi item

 

Cronbach’s Alpha > 0,9

Reliabilitas sangat

                                                            tinggi         

0,7 < Cronbach’s Alpha < 0,9

Reliabilitas

                                                             tinggi        

0,5 < Cronbach’s Alpha < 0,7

Reliabilitas

                                                            sedang       

 

Cronbach’s Alpha < 0,5

Reliabilitas rendah atau tidak

                                                            reliabel      


Tabel 6

Hasil Uji Reliabilitas

 

 

Variabel

Nilai Cronbach’s

                          Alpha                         

 

Keterangan

Dermatitis Kontak

0,812

Reliabilitas tinggi

 

Pengetahuan

0,798

Reliabilitas

tinggi

 

Sikap

0,174

Reliabilitas

rendah

 

  Perilaku                           

0,751

Reliabilitas

tinggi       

 

Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat bahwa nilai cronbach’s alpha pada variabel Dermatitis Kontak, Pengetahuan, dan Perilaku masing-masing memiliki nilai sebesar 0.812, 0.798, dan 0.751 yang artinya ketiga variabel tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi. Sedangkan pada variabel Sikap memiliki nilai cronbach’s alpha sebesar 0.174 yang artinya variabel tersebut memiliki reliabilitas rendah

Tabel 7

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis

Kelamin

Jumlah

Persen

(%)

Laki-laki

4

13.3

Perempuan

26

86.7

 

Berdasarkan tabel 7 menunjukan bahwa dari 30 pencuci di laundry dapat diketahui sebanyak 4 orang (13.3%) berjenis kelamin laki-laki, sedangkan berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 26 orang (86.7%).

Tabel 8

Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Umur

Kelompok Umur

Jumlah

Persen (%)

15-24 tahun

9

30

25-34 tahun

13

43.3

35-44 tahun

7

23.3

> 44 tahun

1

3.3

 

Berdasarkan tabel 8 menunjukan bahwa dari 30 pencuci di laundry dapat


diketahui sebanyak 9 orang (30%) berada pada kelompok umur antara 15-24 tahun, 13 orang (43.3%) berada pada kelompok umur antara 25-34 tahun, 7 orang (23.3%) berada pada kelompok umur antara 35-44 tahun, sedangkan pencuci yang berada pada kelompok umur diatas 44 tahun yaitu sebanyak 1 orang (3.3%).

Tabel 9

Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja

    Masa Kerja     

Jumlah   

Persen (%)  

≤ 12 bulan

11

36.7

> 12-24 bulan

7

23.3

> 24-36 bulan

7

23.3

> 36-48 bulan

1

3.3

> 48-60 bulan

1

3.3

> 60-72 bulan

2

6.7

> 72 bulan

1

3.3

 

Berdasarkan tabel 9 menunjukan bahwa dari 30 pencuci di laundry dapat diketahui sebanyak 11 orang (36.7%) berada pada kelompok masa kerja 12 bulan. Pada kelompok masa kerja berada diatas 12 – 24 bulan dan diatas 24 36 bulan masing- masing sebanyak 7 orang (23.3%). Pada kelompok masa kerja berada diatas 36 – 48 bulan, diatas 48 – 60 bulan, dan diatas 72 bulan bulan masing-masing sebanyak 1 orang (3.3%). Sedangkan kelompok masa kerja berada diatas 60 72 bulan sebanyak 2

orang (6.7%).

Tabel 10

Karakteristik Responden Berdasarkan Jam Kerja/Hari

Jam Kerja/Hari

Jumlah

Persen (%)

4-6 jam

15

50

7-9 jam

14

46.7

> 9 jam

1

3.3

 

Berdasarkan tabel 10 menunjukan bahwa dari 30 pencuci di laundry dapat diketahui sebanyak 15 orang (50%) berada pada kelompok jam kerja 4 – 6 jam perhari. Pada kelompok jam kerja 7 9 jam perhari


sebanyak 14 orang (46.7%). Sedangkan kelompok jam kerja diatas 9 jam perhari sebanyak 1 orang (3.3%).

Tabel 11

Karakteristik Responden Berdasarkan Hari Kerja/Minggu

Hari

Kerja/Minggu

Jumlah

Persen

(%)

4 hari

2

6.7

5 hari

3

10

6 hari

11

36.7

7 hari

14

46.7

 

Berdasarkan tabel 11 menunjukan bahwa dari 30 pencuci di laundry dapat diketahui sebanyak 2 orang (6.7%) bekerja 4

hari perminggu, 3 orang (10%) bekerja 5 hari

perminggu, 11 orang (36.7%) bekerja 6 hari

perminggu, dan 14 orang (46.7%) bekerja setiap hari.

Tabel 12 Perbandingan Kategori Responden

Setiap Variabel

 

Variabel

Jumlah

Persen

                                                           (%)   

  Dermatitis Kontak                               

Tidak memiliki riwayat

  dermatitis kontak                                

 

16

 

53.3

Cukup baik

10

33.3

Baik

4

13.3

  Pengetahuan                                      

Kurang

  baik                                                  

6

20.0

Cukup baik

3

10.0

Baik

21

70.0

  Sikap                                                

Kurang

  baik                                                  

0

0

Cukup baik

17

56.7

Baik

13

43.3

  Perilaku                                            

Kurang

  baik                                                  

0

0

Cukup baik

23

76.7

Baik

7

23.3

 

Berdasarkan tabel 12 menunjukan bahwa dari 30 karyawan pencuci pada laundry terdapat sebagian besar pencuci pencuci tidak memiliki riwayat dermatitis


kontak (53.3%), dan sebagian kecil pencuci (13.3%) memiliki riwayat Dermatitis Kontak. Karyawan pencuci pada laundry mayoritas memiliki pengetahuan baik, yaitu sebanyak 21 orang (70%), diikuti karyawan yang memiliki pengetahuan kurang baik dan cukup baik, yaitu masing-masing sebanyak 6 orang (20%) dan 3 orang (10%). Diketahui sikap karyawan pencuci mayoritas cukup baik dalam pekerjaannya, yaitu sebanyak 17 orang (56.7%), sedangkan karyawan pencuci yang memiliki sikap baik yaitu sebanyak 13 orang (43.3%). Perilaku karyawan pencuci mayoritas cukup baik, yaitu sebanyak 23 orang (76.7%), diikuti dengan perilaku karyawan pencuci baik yaitu sebanyak 7 orang (43.3%).

Tabel 13 Perbandingan Hubungan Dermatitis

Kontak dengan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

 

Variabel

Nilai Alpha

                              (α)     

Nilai Asymp.

Sig.                            

 

Keterangan

Pengetahuan

                    

 

0,419

Tidak ada

                      hubungan   

Sikap

                    

0,05

0,027

Ada

                      hubungan   

Perilaku

 

0,801

Tidak ada

                                                              hubungan   

 

Berdasarkan tabel 13 menunjukan bahwa nilai perbandingan hubungan Dermatitis Kontak dengan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku. Pada variabel Pengetahuan dan Perilaku memiliki nilai asymp. sig. > (α = 0.05), yaitu 0.419 > 0.05 dan 0.801 > 0.05, artinya tidak ada hubungan antara Dermatitis Kontak dengan Pengetahuan dan Perilaku. Sedangkan pada variabel perilaku nilai asymp. sig. < (α = 0.05), yaitu 0.027 < 0.05, artinya terdapat hubungan antara Dermatitis Kontak dengan Sikap.

 

B.   Pembahasan

Berdasarkan analisis data kuesioner diatas, setelah dilakukan uji validitas dan


reliabilitas pada kuesioner diperoleh hasil valid terhadap semua item pertanyaan pada setiap variabel, yaitu Dermatitis Kontak, Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku (Alfaqinisa, 2015). Pada uji reliabilitas diperoleh tiga variabel yang memiliki tingkat reliabilitas tinggi, yaitu Dermatitis Kontak, Pengetahuan, dan Perilaku. Sedangkan pada variabel Sikap memiliki tingkat reliabilias yang rendah.

Berdasarkan hasil penelitian menurut kelompok jenis kelamin, pencuci pada laundry yang berada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah lebih banyak perempuan yaitu 26 orang (86.7%)

sedangkan laki-laki 4 orang (13.3%).

Menurut kelompok umur, pencuci pada laundry yang berada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah dari 30 pencuci di laundry dapat diketahui sebanyak 9 orang (30%) berada pada

kelompok umur antara 15 – 24 tahun, 13 orang (43.3%) berada pada kelompok umur antara 25 34 tahun, 7 orang (23.3%) berada pada kelompok umur antara 35 44 tahun, sedangkan pencuci yang berada pada kelompok umur diatas 44 tahun yaitu sebanyak 1 orang (3.3%).

Menurut kelompok masa kerja, pencuci pada laundry yang berada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah dari 30 pencuci di laundry dapat diketahui sebanyak 11 orang (36.7%) berada pada kelompok masa kerja 12 bulan. Pada kelompok masa kerja berada diatas 12

24 bulan dan diatas 24 36 bulan masing- masing sebanyak 7 orang (23.3%). Pada kelompok masa kerja berada diatas 36 – 48 bulan, diatas 48 – 60 bulan, dan diatas 72 bulan bulan masing-masing sebanyak 1 orang (3.3%). Sedangkan kelompok masa kerja berada diatas 60 – 72 bulan sebanyak 2 orang (6.7%).

Menurut kelompok jam kerja perhari, pencuci pada laundry yang berada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh


Tengah dari 30 pencuci di laundry dapat diketahui sebanyak 15 orang (50%) berada pada kelompok jam kerja 4 6 jam perhari. Pada kelompok jam kerja 7 – 9 jam perhari sebanyak 14 orang (46.7%). Sedangkan kelompok jam kerja diatas 9 jam perhari sebanyak 1 orang (3.3%).

Menurut jumlah hari kerja perminggu, pencuci pada laundry yang berada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah dari 30 pencuci di laundry dapat diketahui sebanyak 2 orang (6.7%)

bekerja 4 hari perminggu, 3 orang (10%)

bekerja 5 hari perminggu, 11 orang (36.7%) bekerja 6 hari perminggu, dan 14 orang (46.7%) bekerja setiap hari.

Menurut kategori responden pencuci pada laundry yang berada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah mayoritas memiliki pengetahuan baik, yaitu sebanyak 21 orang (70%), diikuti karyawan yang memiliki pengetahuan kurang baik dan cukup baik, yaitu masing-masing sebanyak 6 orang (20%) dan 3 orang (10%) (Pratama, 2017). Diketahui sikap karyawan pencuci mayoritas cukup baik dalam pekerjaannya, yaitu sebanyak 17 orang (56.7%), sedangkan karyawan pencuci yang memiliki sikap baik yaitu sebanyak 13 orang (43.3%). Perilaku karyawan pencuci mayoritas cukup baik, yaitu sebanyak 23 orang (76.7%), diikuti dengan perilaku karyawan pencuci baik yaitu sebanyak 7 orang (43.3%).

Berdasarkan hasil penelitian telah dilakukan Uji Chi-square diperoleh nilai asymp. sig. > = 0.05) pada variabel Pengetahuan dan Perilaku, yaitu 0.419 >

0.05 dan 0.801 > 0.05, sehingga H0 diterima dan H1 ditolak yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara Dermatitis Kontak dengan Pengetahuan dan Perilaku pencuci pada laundry yang berada di Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan pada variabel


Sikap diperoleh nilai asymp. sig. < (α = 0.05), yaitu 0.027 < 0.05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara Dermatitis Kontak dengan Sikap.

Hal ini tidak sesuai dengan penelitian (Sinulingga et al., 2017) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Tindakan Pada Karyawan Pencuci Mobil dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan di Kecamatan Medan Baru Diketahui Pengetahuan karyawan pencuci mobil mayoritas adalah Kurang yaitu 28 orang (70%). Diketahui Tindakan karyawan pencuci mobil mayoritas adalah Kurang yaitu 32 orang (80%). Dapat diketahui karyawan pencuci mobil mayoritas mengalami Kejadian Dermatitis Kontak yaitu 33 orang (82,5%), artinya terdapat korelasi antara tingkat pengetahuan dan tindakan pada karyawan pencuci mobil dengan kejadian dermatitis kontak iritan di Kecamatan Medan Baru.

Terjadinya dermatitis kontak dibagi atas beberapa faktor yaitu faktor endogen dan faktor eksogen. Faktor eksogen meliputi tipe dan karakteristik agen, karakteristik paparan serta faktor lingkungan (Afifah et al., 2012). Sedangkan faktor endogen meliputi faktor genetik, jenis kelamin, usia, ras, lokasi kulit dan riwayat atopi (Mardianto et al., 2014). Dalam penelitian ini, dari masing-masing pekerja sebagian besar tidak memiliki riwayat atopik dan beberapa dari faktor yang termasuk dalam faktor endogen. Dengan kata lain, faktor eksogen yang kemungkinan besar berperan dalam kejadian dermatitis kontak tersebut seperti pengetahuan, penggunaan alat pelindung diri dan personal hygiene (Sumaryati, 2016).

Dari beberapa laundry yang dijadikan tempat penelitian ditemukan bahwa para pekerja memakai sarung tangan saat bekerja, dimana penggunaan APD


seperti sarung tangan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kejadian dermatitis kontak. Kemudian, kebanyakan dari laundry yang dijadikan tempat penelitian sudah menggunakan mesin cuci dan detergen langsung dituangkan kedalam mesin cuci sehingga paparan terhadap detergen tidak separah dengan mereka yang mencuci dengan tangan (manual) dan memakai detergen yang sangat mengiritasi (Azhar & Hananto, 2011).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan, karena faktor pekerja yang memiliki pengetahuan yang baik akan pentingnya menggunakan sarung tangan saat kontak dengan bahan kimia seperti detergen menyebabkan tidak terjadinya dermatitis kontak pada pekerja laundry di tempat yang diteliti (Prakoso, 2018).

 

Kesimpulan

Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku pekerja laundry terhadap dermatitis kontak. Terdapat hubungan antara sikap pekerja laundry terhadap dermatitis kontak. Dermatitis Kontak adalah peradangan kulit sebagai respons terhadap pengaruh bahan/substansi yang menempel pada kulit. Dermatitis kontak dipengaruhi oleh faktor langsung (ukuran molekul, daya larut dan konsentrasi) dan tidak langsung (suhu, kelembaban, masa kerja, usia, jenis kelamin, ras, riwayat penyakit sebelumnya, personal hygiene dan penggunaan APD) dan lama kontak.

 

BIBLIOGRAFI

 

Abdullah, A. A., & Prasetya, E. (2020). Analisis Karakteristik Limbah Laundry Terhadap Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pekerja Laundry X Kota Gorontalo. Jambura Journal Of Health Sciences And Research, 2(1), 43–52.

 

Afifah, A., Ernawati, D., & Sudaryanto, S. (2012).     Faktor-Faktor   Yang


Berhubungan Dengan Terjadinya Dermatitis Kontak Akibat Kerja Pada Karyawan Binatu. Fakultas Kedokteran.

 

Alfaqinisa, R. (2015). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku Orang Tua Tentang Pneumonia Dengan Tingkat Kekambuhan Pneumonia Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep Kota Semarang Tahun 2015. Universitas Negeri Semarang.

 

Azhar, K., & Hananto, M. (2011). Hubungan Proses Kerja Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Petani Rumput Laut Di Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Indonesian Journal Of Health Ecology, 10(1), 79001.

 

Hardhiyani, R. (2013). Hubungan Komunikasi Therapeutic Perawat Dengan Motivasi Sembuh Pada Pasien Rawat Inap Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kalisari Batang. Universitas Negeri Semarang.

 

Hutagalung, A. L., & Hazlianda, C. P. (2019). Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Binatu Terhadap Dermatitis Kontak Di Kelurahan Padang Bulan Tahun 2017. Media Dermato Venereologica Indonesiana, 46(3).

 

Mardianto, A., Effendi, A., & Alfarizi, R. (2014). Hubungan Riwayat Atopi Dan Masa Kerja Terhadap Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Cuci Motor Di Kemiling Bandar Lampung. Jurnal Medika Malahayati, 1(1), 19–23.

 

Nanto, S. S. (2015). Kejadian Timbulnya Dermatitis Kontak Pada Petugas


         Kebersihan. Jurnal Majority, 4(8), 147–152

 

Nini, M. S. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Pada Petani Padi Di Desa Balerejo Kecamatan Balerejo Kabupaten Madiun. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.

 

Prakoso, N. R. (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Pada Pekerja Steam Kendaraan Bermotor Di Kecamatan Ciputat Timur Tahun 2017. Uin Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 2017.

 

Pratama, R. (2017). Implementasi Kebijakan Qanun Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Kemukimen Dalam Rangka Pelaksanaan Hukum Adat Bagi Masyarakat Kampung Blang Kolak 1 Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah.

 

Sinulingga, A. G., Nababan, K. A., & Hutasoit,

E. S. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Pada Karyawan Pencuci Mobil Dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan Di Kecamatan Medan Baru. Jurnal Kedokteran Methodist, 10(1), 21–26.

 

Sumaryati, M. (2016). Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Lansia Tentang Penyakit Dermatitis Di Wilayah Kerja Puskesmas Batua Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 4(2), 11–23.

 

Verdy, S., Winarni, D. R. A., Budiyanto, A., & Indrastuti, N. (N.D.). Tingkat Iritasi 10 Deterjen Paling Umum Digunakan Rumah Tangga Indonesia.


 

Copyright holder:

Mawaddah Warahmah (2020)

 

First publication right:

Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under: