Jurnal Health Sains: p–ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 3, No.6, Juni 2022
POTENSI
TABIR SURYA PADA BERBAGAI TANAMAN HERBAL
Mikha Ayu Lia Ningsih, Mita Lianastuti, Qori Putri Suciyanti, Nia Yuniarsih
Fakultas Farmasi
Universitas Buana Perjuangan
Karawang
Email: mikhaayu0409@gmail.com,
mitalian1999@gmail.com, qoriputri19@gmail.com nia.yuniarsih@ubpkarawang.ac.id
artikel
info |
abstraK |
Diterima: 10 Juni 2022 Direvisi: 15 Juni 2022 Dipublish: 25 Juni 2022 |
Kulit merupakan bagian tubuh terluar yang dapat terpapar sinar matahari secara langsung. Salah satu kosmetik yang dapat dimanfaatkan untuk melindungi kulit dari efek buruk
sinar matahari yaitu sunscreen. Tanaman
herbal dapat dimanfaatkan
sebagai zat aktif pembuatan sunscreen
seperti daun kelor, sirsak, kemangi, blackberry, kulit bawang merah. Tujuan penelitian ini untuk melihat
efektivitas penambahan ekstrak tanaman dalam formula sunscreen. Metode
penelitian dilakukan dengan literatures review atau
tinjuan pustaka pada
database jurnal penelitian
dari tahun 2012 hingga 2022. Hasil penelitian menunjukan adanya efek tabir Surya pada ekstrak tanaman yang ditambahkan kedalam formula
sunscreen, pengujian baik
secara in-vitro menggunakan
spektrofotometri UV-Vis maupun
in vivo menggunakan hewan
uji. Senyawa fenolik seperti flavonoid dan tannin yang terkandung didalam tanaman tersebut terbukti dapat menyerap sinar UV. ABSTRACT The skin is
the outermost part of the body that can be exposed to direct sunlight. One of
the cosmetics that can be used to protect the skin from the harmful effects
of the sun is sunscreen.
Herbal plants can be used as active ingredients for making sunscreen, such as Moringa leaves,
soursop, basil, blackberries, and onion skin. The purpose of this study was
to see the effectiveness of adding plant extracts in the sunscreen formula. The research
method was carried out by literature review or literature review in research
journal databases from 2012 to 2022. The results showed that there was an
effect of sunscreen on plant
extracts added to the sunscreen
formula, testing both in-vitro using UV-Vis
spectrophotometry and in vivo using test animal. Phenolic compounds such as flavonoids and tannins contained in
these plants are proven to absorb UV rays. |
Kata Kunci: tabir surya; bahan alam; tanaman
herbal; sinar uv. Keywords: sunscreen; natural materials; herbal
plant; UV rays. |
Pendahuluan
Kulit terutama bagian wajah merupakan
organ tubuh paling luar dan
juga paling sering diperhatikan.
Menjaga kesehatan dan keindahan kulit sehari-hari dapat digunakan kosmetik skin care.
Tabir surya merupakan kosmetik pelindung yang memiliki peran penting dalam
menjaga kesehatan kulit, mengingat aktivitas sehari-hari sebagian besar yang kita lakukan diluar
rumah yang cenderung terpapar sinar matahari. Paparan sinar matahari yang berlebihan atau dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan efek negatif pada kulit, baik yang bersifat akut maupun
kronik (Minerva, 2019).
Kanker kulit merupakan salah satu efek terburuk yang disebabkan oleh radiasi sinar ultraviolet (UV). Sebesar
5% penduduk dunia terkena kanker kulit melanoma dengan jumlah 132.000 kasus setiap tahunnya
dan 75% di antaranya menimbulkan
kematian. Di Indonesia, kanker
kulit menempati urutan ketiga kanker
terbanyak setelah kanker leher rahim
dan kanker payudara dengan prevalensi kasus 5,9% hingga 7,8% setiap tahunnya. Salah satu penyebab kanker
kulit yaitu karena radiasi sinar ultraviolet (UV) dari sinar matahari (Veronica et al., 2021).
Sangat penting untuk dilakukan
pencarian senyawa aktif yang berasal dari alam yang dapat berguna sebagai
bahan tabir surya alami. Sejumlah
besar senyawa alami sedang dipelajari
untuk tabir surya dengan potensi
dari tumbuhan atau mikroba dan dapat diklasifikasikan sebagai “green sunscreens”. Bahan
aktif tumbuhan lebih disukai karena
spektrum penyerapan UV yang
luas, foto stabilitas, efek perlindungan terhadap stres oksidatif, peradangan, dan kanker.Beberapa
bahan fotoprotektif yang penting termasuk sejumlah konstituen sering tergabung dalam basis krim dengan konsentrasi berbeda dan digunakan sebagai kosmetik tabir surya herbal. Pada umumnya, bahan tabir surya kimia
diharapkan dapat berefek mengabsorpsi sinar UV dan lebih jauh dapat berfungsi
sebagai antioksidan dan pengikat radikal bebas (Ismail et al., 2014).
Sinar UV matahari
sangat bermanfaat bagi kesehatan diantaranya yaitu membantu pembentukan vitamin D yang dibutuhkan
oleh tulang, namun sinar UV matahari juga memiliki efek negatif
bagi kesehatan kulit. Sinar UV matahari terdiri dari sinar UV A, UV B dan UV C.
Dimana pada sinar UV A memiliki
panjang gelombang (320-400
nm) dan lebih 90% dapat mencapai permukaan bumi serta dapat
menembus kulit hingga mencapai lapisan dermis (dalam) kulit. Di sisi lain sinar UV B dengan panjang gelombang (290-320) hanya 5% diantara seluruh UV, sebagian besar diserap oleh lapisan kulit stratum korneum (lapisan terluar) dan hanya sebagian kecil yang menembus bagian atas dermis kulit. Sinar UV C memiliki panjang gelombang (200-290 nm), namun radiasinya tidak mencapai permukaan bumi karena diserap oleh ozon pada atmosfer bumi. Sinar UV B memiliki kemampuan menimbulkan kulit terbakar (sunburn) lebih besar dari sinar
UV A. Sedangkan sinar UV A memiliki kemampuan menembus lapisan kulit lebih dalam
dan dapat merusak DNA kulit secara tidak
langsung yang dapat menyebabkan terjadinya penuaan pada kulit. Sinar UV A bersifat stabil sepanjang hari, dapat menembus
awan dan kaca, sedangkan sinar UV B terbanyak pada pukul 10.00-14.00 serta dapat diserap
kaca dan awan (Minerva, 2019).
Tabir surya merupakan kosmetik pelindung yang dapat menyaring dan menahan sinar matahari terhadap kulit. Jenis pada tabir surya yang ideal adalah tabir surya yang memberikan perlindungan terhadap UV A dan UV B tidak menimbulkan iritasi, mudah didapat. Selain itu jenis
bahan pembawa dalam tabir surya
juga mempengaruhi potensi penetrasi bahan aktif ke kulit
dan stabilitas seperti
water resistant (Lili, 2019).
Berdasarkan penelitian
yang di lakukan oleh (Hari, 2013)
serta dijelaskan bahwa tabir surya
dibagi menjadi dua golongan yakni
tabir surya kimia dan fisik. Tabir surya kimia
melindungi kulit dengan cara menyerap
sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi panas. Tabir
surya ini diserap oleh kulit dan mempunyai potensi menimbulkan iritasi pada kulit dan tidak dapat digunakan oleh bayi usia kecil
6 bulan. Sedangkan tabir surya fisik
bekerja melindungi kulit dengan cara
memantulkan sinar matahari. Tabir surya ini dikenal
dengan nama sunblock/tabir surya anorganik.
Tabir surya ini merupakan broad spectrum
(Spektrum luas) yang mampu melindungi dari sinar UV A dan UV B, bersifat stabil, potensi alergi yang ditimbulkan rendah dan tidak diserap oleh kulit sehingga dapat dipakai pada anak-anak. Apabila ingin mengoptimalkan
kemampuan tabir surya sering dilakukan
kombinasi antara tabir surya fisik
dan kimia oleh sebahagian produsen kosmetik.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan
ialah literatures review atau
tinjauan pustaka pada
database jurnal penelitian serta pencarian melalui internet dimana database
yang digunakan google scholar dari
2012 hingga 2021. Kata kunci
yang digunakan dalam mencari referensi artikel dari beberapa
studi yang relevan yaitu “tabir surya”
dan “bahan alam”.
Hasil dan Pembahasan
Untuk mengetahui efektivitas sediaan tabir surya atau
kemampuan menahan paparan sinar UV, tabir surya dinilai
dalam faktor proteksi cahaya dinyatakan dengan nilai SPF (Sun Protection Factor). Sun protection
factor merupakan indikator
universal yang menjelaskan tentang
keefektifan dari suatu produk atau
zat yang bersifat UV protector,
semakin tinggi nilai SPF dari suatu produk atau
zat aktif tabir surya maka
semakin efektif untuk melindungi kulit dari pengaruh
buruk sinar UV (Susanti
& Putra, 2012).
Tabel 1
Peneliti |
Metode |
Intervensi |
Hasil |
In vitro |
Nilai SPF dihitung
dengan menggunakan persamaan Mansur |
Sari buah sirsak (Annona muricata
L.) Memiliki aktivitas
proteksi sinar UV pada konsentrasi 1% sebesar 5,188, konsentrasi 3% sebesar 12,242
dan konsentrasi 5% sebesar
17.247 |
|
In vitro |
Nilai SPF dihitung
dengan menggunakan persamaan Mansur |
Ekstrak air daun Kecombrang
memiliki Nilai SPF tertinggi pada konsentrasi 300
ppm sebesar 7,30±0,62. Fraksi
n heksan daun kecombrang memiliki aktivitas perlindungan yang tertinggi dengan nilai SPF 17,57±2,49. Sedangkan
fraksi etil asetat memiliki nilai SPF paling tinggi yaitu 2,65±0,12. |
|
In vitro |
Nilai SPF dihitung
dengan menggunakan persamaan Mansur |
Konsentrasi ekstrak 0,03% daun
Kemangi Memiliki nilai SPF 5,21 dan konsentrasi
ekstrak 0,06% memiliki nilai SPF 5,94. |
|
Wulandari et al., 2021 |
In-vitro In-vivo |
Diuji menggunakan
spektrofotometer UV-Vis dengan
metode Mansyur. Diuji menggunakan
hewan kelinci (New
Zealand) yang diradiasi lampu
exoterra UVB selama 24 jam |
Aktivitas tabir surya pada
uji in-vitro dan in-vivo menunjukkan nilai SPF pada konsentrasi
0,05% sebesar 9,59 termasuk
dalam kategori proteksi ekstra, konsentrasi 0,1% sebesar 21,14
dan konsentrasi 0,2% sebesar
35,85% termasuk kedalam kategori ultra. |
In-vitro |
Diuji menggunakan
spektrofotometer UV-Vis berdasarkan
serapan panjang gelombang |
Aktivitas tabir surya tertinggi terdapat pada formula
IV (Ekstrak 1%) dengan nilai SPF 31,2 termasuk kategori ultra, sedangkan
persen eritema (%Te) 0,24% dan persen pigmentasi (%Tp) 0,35% termasuk kategori sunblock. |
|
In-vitro |
Diuji menggunakan
spektrofotometer UV-Vis |
Ekstrak etanol daun stroberi pada konsentrasi 175
ppm memiliki nilai SPF diatas 15 yaitu sebesar 20,090 dengan persen eritema (%Te) 5,496% dan persen pigmen (%Tp) 5,074. |
|
Spektrofotometer |
Nilai SPF dihitung
dengan menggunakan nilai transmisi eritema (%Te),transmisi pigmentasi (%Tp) |
Daun Binahong (Anredera
Cordifolia) memiliki aktivitas
proteksi sedang pada 300
ppm dan 350 ppm sebesar 4,36 dan 5,82, proteksi ekstrak pada 400 ppm yaitu 7,44 dan proteksi maksimal pada 450 ppm yaitu 10,45.
Ekstrak daun binahong berkhasiat sebagai tabir surya pada konsentrasi 450 ppm. |
|
In vitro |
Diuji menggunakan
spektrometer uv-vis dan diolah menggunakan rumus penentuan spf |
Konsentrasi ekstrak 10.000 ppm daun
kelor nilai SPF 5,5, konsentrasi ekstrak 20.000 ppm memiliki nilai SPF 5,6 dan konsentrasi ekstrak 30.000 ppm memiliki nilai SPF 5,8. . |
|
In vitro |
Nilai SPF dihitung
dengan menggunakan nilai transmisi eritema (%Te),transmisi pigmentasi (%Tp) |
Ekstrak daun cempedak memiliki konsentrasi 150 ppm,
200-300 ppm dan 350 ppm dengan % Te, ekstrak daun
cempaka konsentrasi
100-300 ppm dengan % Tp. Fraksi
etil asetat memiliki konsentrasi 75 ppm,
100-150 ppm dan 200-250 ppm dengan %Tp. |
|
1.
Sari buah sirsak (Annona
muricata L.)
Pada penelitian (Rahmawati et al., 2018)
menggunakan sari buah sirsak (Annona muricata L.), dianalisis
menggunakan spektrofotometer
UV dengan panjang gelombang 290-320 nm. Konsentrasi
ekstrak yang bervariasi 1%,
3%, dan 5% bertujuan untuk mencari tahu konsentrasi
yang paling efektif dan memiliki
nilai SPF paling tinggi. Warsitaadmaja dalam (Sami et al., 2015)
menyatakan kemampuan menahan cahaya ultraviolet dari tabir surya
dinilai dalam faktor proteksi cahaya (Sun Protection Factor/SPF) yaitu perbandingan antara dosis minimal untuk menimbulkan eritema pada kulit terolesi tabir surya dengan yang tidak.
Pada penelitian buah sirsak (Annona muricata L.) sebagai
bahan untuk perlindungan sinar UV ini digunakan buah
sirsak (Annona muricata L.) yang matang karena kaya akan Vitamin C yang berguna sebagai antioksidan. Penggunaan antioksidan pada sediaan tabir surya dapat
meningkatkan aktivitas fotoprotektif. Penggunaan zat-zat yang bersifat antioksidan dapat mencegah berbagai penyakit yang ditimbulkan oleh radiasi sinar UV (Susanti & Putra, 2012).
Berdasarkan hasil pengukuran
nilai SPF dengan menggunakan persamaan Mansur, maka diperoleh nilai SPF dari sari buah sirsak (Annona muricata L.)
dengan konsentrasi 1% adalah 5,188 (perlindungan sedang), artinya nilai SPF 5 x 10 menit = 50 menit bertahan dibawah sinar matahari
langsung, konsentrasi 3% adalah 12,242 (perlindungan maksimal), artinya nilai SPF 12 x 10 menit = 120 menit bertahan di bawah sinar matahari
langsung dan konsentrasi 5%
adalah 17,247 (perlindungan
ultra), artinya nilai SPF
17 x 10 menit = 170 menit bertahan di bawah sinar matahari langsung.
Pembagian kelas dari
SPF diklasifikasikan sebagai
berikut, SPF 2–4 perlindungan
minimal, SPF 4–6 perlindungan sedang,
SPF 6 – 8 perlindungan ekstra,
SPF 8 – 15 perlindungan maksimal
dan SPF ≥ 15 perlindungan ultra (Wardhani et al., 2020).
2.
Daun Kecombrang
(Etlingera Elatior)
Daun kecombrang yang kaya akan
antioksidan dengan nilai lC50 sebesar 52,05 (µg/mL)
(Kusrian et al., 2017). Senyawa
golongan flavanoid dan tanin diketahui memiliki gugus kromofor yang berpotensi sebagai tabir surya
karena kemampuannya dalam menyerap sinar UV (Prastiyo et al., 2018).
Mokodompit (2013) juga menyatakan
salah satu antioksidan yang
paling kuat ialah flavonoid
dengan kemampuannya dalam mengikat ion logam sehingga dapat menunda efek
samping dari paparan sinar UV. Penelitian (Pramiastuti, 2019)
diketahui nilai SPF tertinggi ekstrak air daun kecombrang (Etlingera Elatior) didapat
dari konsetrasi 300 ppm dengan nilai SPF sebesar 7,30±0,6, fraksi n heksan sebesar 17,57±2,49, sedangkan fraksi etil asetat
memiliki nilai SPF
2,65±0,12. Dari ketiga jenis
pelarut yang digunakan, fraksi etil asetat
memiliki kemampuan perlindungan paling lemah yakni kategori perlindungan minimal, pelarut air
mililiki tingkat kemampuan tabir surya ekstra, sedangkan
fraksi n heksan memiliki tingkat kemampuan tabir surya ultra.
3.
Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.)
Daun Kemangi (Ocimum
Sanctum L.) juga memiliki potensi
sebagai tabir surya, bahwa daun
kemangi (Ocimum basilicum L) positif mengandung senyawa kimia flavonoid, alkaloid, saponin dan tanin. Flavonoid, tanin, antraquinona, sinama dan lain-lain
telah dilaporkan memiliki kemampuan sebagai perlindungan terhadap sinar UV (Ismail et al., 2014).
Pada penelitian (Ismail et al., 2014)
dilakukan uji nilai SPF yang
terkandung dalam daun Kemangi (Ocimum
Sanctum L.). Metode yang digunakan
untuk menguji aktivitas SPF pada penelitian ini ialah in vitro. Terdapat tiga variasi
konsentrasi ekstrak Kemangi (Ocimum Sanctum
L.) yang diuji yakni
0,03%, 0,06%, dan 0,12%. Setelah diuji
dengan spektrofotometer UV
Vis diketahui bahwa nilai SPF ekstrak kemangi (Ocimum Sanctum
L.) dengan konsentrasi
0,03% dan 0,06% ialah 5,21 dan 5,94. Kedua nilai yang didapat tersebut termasuk dalam golongan tingkat perlindungan tabir surya sedang. Di sisi lain, konsentrasi ekstrak tertinggi juga memiliki nilai SPF tertinggi yakni 8,97 yang termasuk ke dalam
golongan tingkat perlindungan tabir surya tinggi.
4.
Kulit Bawang
Merah
Kulit bawang merah biasanya hanya menjadi bagian yang tidak dibutuhkan, yang kemudian hanya akan menjadi limbah
rumah tangga. Faktanya di dalam kulit bawang merah
mengandung metabolit sekunder yaitu flavonoid, glikosida, fenolik dan zat tannin sebagai antikanker. Senyawa fenolik khususnya flavonoid dan
tanin yang terkandung memiliki potensi sebagai tabir surya
karena adanya gugus kromofor (ikatan rangkap tunggal terkonjugasi) yang mampu menyerap sinar UV (Whenny et al., 2015).
Menurut penelitian (Ruslan et al., 2019)
ekstrak etanol kulit bawang merah
memiliki kemampuan sebagai tabir surya
pada konsentrasi 8 ppm dengan
nilai SPF 20,12 yang tergolong
kedalam kategori proteksi maksimal dan pada konsentrasi 16 ppm dengan nilai SPF 34,83 termasuk kedalam kategori ultra (Wiraningtyas et al., 2019). .
Penentuan nilai SPF secara
in-vitro dilakukan menggunakan
spektrofotometer UV visible dengan
panjang gelombang 290-320
nm dan interval 5 nm. Sediaan emulgel
dibuat dalam konsentrasi 0,05%, 0,1% dan 0,2%. Hasil nilai
SPF pada konsentrasi 0,05% yaitu
9,59 yang termasuk kedalam kategori proteksi ekstra. Emulgel ekstrak pada konsentrasi 0,01% yaitu 21,14 termasuk kedalam kategori ultra. Pada konsentrasi 0,2% memiliki nilai SPF sebesar 35,85 termasuk dalam kategori ultra (Ruslan et al., 2019).
Hasil radiasi menunjukkan tidak adanya efek
eritema pada kelompok perlakuan 1,2, 3 dan 4 (Formula emulgel
0,05%; 0,1%, 0,2% dan kontrol positif),
sedangkan pada kelompok 4 (control
negative) dan 6 (control normal) terjadi eritema dengan luas eritema 17 mm (control
negative dan 24 mm control normal). Perbedaan
luas eritema ini dikarenakan pada control
normal tidak diberikan perlakuan apapun.
5.
Ekstrak Buah
Blackberry
Buah Blackberry (Rubus Fruticosus) memiliki senyawa fenolik dan antosianin yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi (Kaume et al., 2012).
Antioksidan digunakan untuk melindungi kulit dari radikal
bebas yang dapat menyebabkan kerusakan kulit. Aktivitas antioksidan dapat dikaitkan dengan aktivitas fotoprotektif sehingga dapat dimanfaatkan juga sebagai sediaan tabir surya
(Gunarti & Fikayuniar, 2020).
Buah blackberry dapat dikembangkan
menjadi sediaan tabir surya dalam
bentuk gel. Sediaan gel dipilih karena penampilannya yang menarik, mudah digunakan karena tidak lengket
dan tidak menyumbat pori-pori. Blackberry merupakan tanaman alami yang mengandung senyawa karotenoid dan flavonoid yang memiliki
cincin aromatis yang dapat menyerap sinar UV khususnya UVA dan UVB.
Formulasi gel dibuat menjadi
5 formula dengan variasi konsentrasi ekstrak etanol blackberry (0,25; 0,5; 0,75; 1,0; 1,25%). Zat tambahan yang digunakan adalah carbopol (gelling agent) 0,5%, gliserin
(humektan) 10%, triethanolamine (neutralizing
agent) secukupnya, nipagin (pengawet)
0,18%, nipasol (pengawet)
0,02%, dan aquadest hingga
100 gram. Kemudian sediaan diuji evaluasi sediaan yang meliputi uji
organoleptic, uji pH, viskositas, daya
sebar. Untuk evaluasi aktivitas tabir surya gel ekstrak Blackberry menggunakan spektrofotometer uv vis dengan parameter menentukan nilai SPF, persen eritema dan pigmentasi yang berdasarkan serapan panjang gelombang yang menyebabkan eritema dan pigmentasi yaitu 292,5 nm – 372,5
nm (Gunarti & Fikayuniar, 2020).
Hasil pengukuran menunjukan pada FI (ekstrak 0,25%) nilai (%Te) sebesar 8,59% termasuk dalam kategori regular suntan, sementara
(%Tp) sebesar 23,141% termasuk kategori total block.
Pada FII (ekstrak 0,5%) dengan
nilai (%Te) 2,51% termasuk dalam kategori extra protection sementara
nilai (%Tp) 7,05% menentukan kategori total block.
Pada formula III, IV, V dengan konsentrasi
(ekstrak 0,75%; 1,0%, 1,25%) termasuk
dalam kategori total block
dengan nilai (%Te) masing-masing 0,62; 0,24; 0,15 sedangkan
pada (%Tp) 6,79; 1,31; 0,35 termasuk
dalam kategori total block.
Hasil pengukuran nilai SPF menunjukkan bahwa sediaan gel pada FI (ekstrak 0,25%)
memiliki nilai SPF yang rendah yakni 4,16. Pada FII (ekstrak 0,5%) termasuk pada kategori sedang dengan nilai SPF 13,2. Sementara pada FIII, FIV dan FV (ekstrak
0,75%; 1,0%, 1,25%) dengan nilai
SPF masing-masing 14,68; 31,2; 245,18 termasuk kedalam kategori sunblock.
Pada hasil penelitian dapat disimpulkan terhadap 5 formula gel, F IV merupakan
formula dengan kualitas sediaan dan aktivitas tabir surya terbaik
yang memiliki nilai SPF
31,2 yang termasuk kedalam kategori ultra sedangkan (%Te) 0,24% dan (%Tp) 0,35% termasuk dalam kategori sunblock (Gunarti & Fikayuniar, 2020).
6.
Ekstrak Daun Stroberi
Tanaman stroberi (Fragaria vesca L) merupakan tanaman yang mengandung banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Buah stroberi
dikenal memiliki kandungan antioksidan yang tinggi, selain itu juga memiliki kandungan vitamin seperti vitamin
C, vitamin B1, B2, provitamin A, asam elagik yang dapat menghaluskan kulit, mencerahkan dan mencegah penuaan dini (Buricova et al., 2011). Selain pada buahnya, bagian daun stroberi juga kaya akan antioksidan yang dapat berfungsi sebagai penangkal radikal bebas. Bahwa telah dilakukan
pengujian antioksidan ekstrak daun stroberi
menggunakan metode DPPH menggunakan pembanding Vitamin C
dan menunjukkan nilai IC50 sebesar 363,551 ppm untuk Vitamin
C sebesar 33,573. Kapasitas
antioksidan dapat dipengaruhi oleh iklim, serangan hama, dan spesies (Widyastuti et al., 2016).
Pengujian aktivitas tabir
surya dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer uv-visible dengan konsentrasi ekstrak 100, 125, 150, 175 dan 200 ppm, yang diukur serapannya dan menentukan persen pigmentasi (%Tp) dan persen eritema (%Te). Pada hasil pengujian aktivitas tabir surya, pada konsentrasi ekstrak 100 µg/ml nilai (%Te) sebesar
2,719% termasuk dalam kategori proteksi ekstra dan (%Tp) sebesar 2,589 % dalam kategori sunblock. Pada konsentrasi
ekstrak 125 µg/ml (%Te)
3,366% termasuk kategori proteksi ekstra dan (%Tp) 3,172% termasuk dalam kategori sunblock. Begitu juga pada konsentrasi ekstrak 150, 175 dan 200 µg/ml, nilai
(%Te) masing-masing 4,500; 5,496; 6,341 % termasuk kategori proteksi ekstra dan (%Tp) masing-masing 4,187; 5,074; 5,844 % termasuk
dalam kategori sunblock.
Dari nilai SPF yang didapatkan,
konsentrasi 175 µg/ml dan 200 µg/ml mendapatkan nilai diatas 15 yakni masing-masing
20,090 dan 26,121. Sedangkan pada konsentrasi
100; 125; 150 µg/ml mendapat nilai
SPF rendah yaitu
masing-masing 4,753; 8,511; 14,093.
7.
Daun Binahong (Anredera Cordifolia)
Pada penelitian (Faruki, 2021)
menggunakan dianalisa menggunakan ekstrak daun binahong (Anredera Cordifolia) yang dianalisis menggunakan spektrofotometer
UV dengan panjang gelombang 290 - 400 nm. Konsentrasi
ekstrak yang bervariasi proteksi sedang pada 300 ppm dan
350 ppm sebesar 4,36 dan 5,82, proteksi
ekstrak pada 400 ppm yaitu
7,44 dan proteksi maksimal
pada 450 ppm yaitu 10,45 bertujuan
untuk mencari tahu konsentrasi yang paling efektif yang baik dan memiliki nilai SPF paling tinggi.
Pada penelitian daun binahong (Anredera
Cordifolia) sebagai bahan
untuk perlindungan sinar UV ini digunakan
ekstrak daun binahong (Anredera
Cordifolia) yang kaya akan Vitamin C yang memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi dengan nilai IC50 sebesar 40,27 ppm, pada penggunaan
antioksidan ini dapat bersifat fotoprotektif untuk melindungi kulit melalui senyawa bioaktif seperti senyawa fenolik dan senyawa yang bersifat antioksidan (Prasiddha et al., 2016).
Pada hasil pengukuran nilai SPF dengan menghitung nilai transmisi eritema (%Te), transmisi pigmentasi (%Tp) dan nilai SPF dari ekstrak daun
binahong (Anredera
Cordifolia) dengan konsentrasi
pada 300 ppm dan 350 ppm (perlindungan sedang) berada pada range 4-6,
pada konsentrasi 450 ppm (perlindungan
maksimal) berada pada range
8-15 memiliki daya proteksi maksimal dengan nilai spf
10,45 yang artinya dapat melindungi kulit lebih lama dibawah sinar matahari, konsentrasi nilai persentase Te sebesar
14,71 % artinya dapat melindungi kulit dari kemerahan, persentase pigmentasi ekstrak 300 ppm, 350 ppm, 400 ppm dan 450 ppm berada pada range 3-40 % yang artinya
dapat melindungi atau mencegah terjadinya
pigmentasi pada kulit.
8.
Daun Kelor (Moringa
Oleifera)
Daun kelor (Moringa Oleifera) mengandung senyawa antioksidan. Beberapa senyawa utama fenoliknya
yang merupakan golongan flavonoid.
Flavonoid merupakan antioksidan
yang kuat karena aktivitasnya sebagai antioksidan dan antiinflamasi (Kasolo et al., 2010).
Salah satu flavonoid terbesar
dalam daun kelor adalah kuersetin
dimana kuersetin memiliki kekuatan antioksidan 4-5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin C dan vitamin E mempunyai
kandungan kuersetin dalam daun kelor
yaitu sebesar 409, 06
mg/100 g sampel kering.
Hasil perhitungan sediaan nanoemulsi konsentrasi ekstrak 10.000 ppm memiliki nilai SPF sebesar 5,5, konsentrasi ekstrak 20.000 ppm memiliki nilai SPF sebesar 5,6 dan pada konsentrasi
30.000 memiliki nilai SPF
5,8 dengan kategori menurut FDA termasuk dalam perhitungan sedang. Kulit yang tidak menggunakan tabir surya hanya
dapat bertahan 10 menit di bawah paparan sinar matahari,
jika kulit menggunakan tabir surya maka ketahanan
kulit tersebut diperpanjang 10 kali lipat.
9.
Daun Cempedak (Artocarpus
Champeden Spreng)
Daun Cempedak (Artocarpus Champeden
Spreng) memiliki potensi sebagai tabir surya dimana
pada penelitian (Tabrizi et al., 2003)
bahwa daun cempedak (Artocarpus Champeden
Spreng) memiliki kandungan senyawa flavonoid yang
memiliki sifat fotoprotektif sehingga bisa menyerap sinar
ultraviolet. Senyawa fenolik
khususnya golongan flavonoid
memiliki potensi tabir surya sebab
adanya gugus kromofor yang dapat terserap sinar UV (Costa et al., 2021).
Uji nilai SPF yang terkandung dalam daun cempedak
(Artocarpus Champeden Spreng).
Melakukan penentuan tabir Surya dengan in Vitro memakai alat spektrometer
UV Vis dengan pengukuran % transmisi eritema dan % transmisi pigmentasi. Berdasarkan konsentrasi ekstrak kasar daun
cempedak memiliki konsentrasi 350 ppm dan kategori dari % Tp menunjukkan
konsentrasi 100 – 360 ppm adalah
pada rentang konsentrasi 200
– 300 ppm, fraksi etil asetat memiliki tingkat kemampuan tabir Surya ultra hasil yang
dapat memproteksi secara total UV A.
Kesimpulan
Tabir surya merupakan kosmetik pelindung yang dapat menyaring dan menahan sinar matahari terhadap kulit. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan secara in-vitro maupun in-vivo, beberapa tanaman herbal yang dapat dimanfaatkan sebagai tabir surya
diantaranya daun kelor, sirsak, kemangi, blackberry, kulit bawang merah, daun
kecombrang dan daun cembedak.
BIBLIOGRAFI
Buricova,
L., Andjelkovic, M., Cermakova, A., Reblova, Z., Jurcek, O., Kolehmainen, E.,
Verhe, R., & Kvasnicka, F. (2011). Antioxidant capacities
and antioxidants of strawberry, blackberry and raspberry leaves. Czech
Journal of Food Sciences. Google Scholar
Costa, S. C. C., Damasceno, P. K. F., Lima, R. G. G., Botura, M. B., Branco, C. R. C., Silva, T. R. S., Oliveira, A. P., Guimarăes, A. L., Almeida, J., & Branco, A. (2021). Evaluation of antioxidant, photoprotective and antinociceptive activities of Marcetia macrophylla extract: potential for formulation of sunscreens. Brazilian Journal of Biology, 83. Google Scholar
Faruki, R. F.
(2021). Formulasi dan Uji Aktivitas Krim Antioksidan Ekstrak Etanol Daun
Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dengan Metode DPPH (1, 1-diphenyl-2-picrilhydrazil).
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Google Scholar
Gunarti, N. S.,
& Fikayuniar, L. (2020). Formulasi dan uji aktivitas gel tabir surya dari
ekstrak buah blackberry (Rubus fruticosus) secara in vitro dengan
spektrofotometri Uv-visibel. Kartika: Jurnal Ilmiah Farmasi, 7(2),
66–72. Google Scholar
Hari, S. (2013).
Photoprotection for Children Simposium Pearls Cosmetic Dermatology Update. Google
Scholar
Ismail, I.,
Handayany, G. N., Wahyuni, D., & Juliandri, J. (2014). Formulasi Dan
Penentuan Nilai SPF (Sun Protecting Factor) Sediaan Krim Tabir Surya Ekstrak
Etanol Daun Kemangi (Ocimum Sanctum L.). Jurnal Farmasi UIN Alauddin
Makassar, 2(1), 6–11. Google Scholar
Kasolo, J. N.,
Bimenya, G. S., Ojok, L., Ochieng, J., & Ogwal-Okeng, J. W. (2010). Phytochemicals
and uses of Moringa oleifera leaves in Ugandan rural communities. Google Scholar
Kaume, L.,
Howard, L. R., & Devareddy, L. (2012). The blackberry fruit: a review on
its composition and chemistry, metabolism and bioavailability, and health
benefits. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 60(23),
5716–5727. Google Scholar
Lili, L. (2019).
Pemakaian Tabir Surya Pada Kulit Menua. Google Scholar
Minerva, P.
(2019). Penggunaan tabir surya bagi kesehatan kulit. Jurnal Pendidikan Dan
Keluarga, 11(1), 95–101. Google Scholar
Pramiastuti, O.
(2019). Penentuan Nilai Spf (Sun Protection Factor) Ekstrak Dan Fraksi Daun
Kecombrang (Etlingera Elatior) Secara in vitro Menggunakan Metode Spektrofotometri.
Parapemikir: Jurnal Ilmiah Farmasi, 8(1), 14–18. Google Scholar
Prasiddha, I. J.,
Laeliocattleya, R. A., Estiasih, T., & Maligan, J. M. (2016). Potensi
Senyawa Bioaktif Rambut Jagung (Zea mays L.) Untuk Tabir Surya Alami: Kajian
Pustaka [In Press Januari 2016]. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 4(1).
Google Scholar
Rahmawati, R.,
Muflihunna, A., & Amalia, M. (2018). Analisis aktivitas perlindungan sinar
uv sari buah sirsak (annona muricata l.) berdasarkan nilai Sun Protection
Factor (SPF) secara spektrofotometri UV-VIS. Jurnal Fitofarmaka Indonesia,
5(2), 284–288. Google Scholar
Ruslan, R.,
Agustina, S., & Hasanah, U. (2019). Penentuan nilai sun protection factor
(spf) dari kulit bawang merah. Jurnal Redoks: Jurnal Pendidikan Kimia Dan Ilmu
Kimia, 2(1), 34–43. Google Scholar
Sami, F. J.,
Nur, S., & Martani, M. M. (2015). Uji Aktivitas Tabir Surya Pada Beberapa
Spesies Dari Family Zingiberaceae Dengan Metode Spektrofotometri. Jurnal
Ilmiah As-Syifaa, 7(2), 164–173. Google Scholar
Susanti, M., &
Putra, D. P. (2012). Aktivitas perlindungan sinar UV kulit buah Garcinia
mangostana Linn secara in vitro. Google Scholar
Tabrizi, H.,
Mortazavi, S. A., & Kamalinejad, M. (2003). An in vitro evaluation of
various Rosa damascena flower extracts as a natural antisolar agent. International
Journal of Cosmetic Science, 25(6), 259–265. Google Scholar
Veronica, E.,
Chrismayanti, N. K. S., & Dampati, P. S. (2021). Potensi ekstrak kastuba
(Euphorbia pulcherrima) sebagai tabir surya terhadap paparan sinar UV. Journal
of Medicine and Health, 3(1), 83–92. Google Scholar
Wardhani, A. A. K.,
Pardede, A., & Prasiska, E. (2020). Penentuan Nilai Spf Dan Uji Antibakteri
Staphylococcus Aureus Ekstrak Daun Dan Kulit Batang Tanaman Bangkal (Nauclea
Subdita). Hydrogen: Jurnal Kependidikan Kimia, 8(2), 47–57. Google Scholar
Whenny, W.,
Rusli, R., & Rijai, L. (2015). Aktivitas tabir surya ekstrak daun cempedak
(Artocarpus Champeden Spreng). Jurnal Sains Dan Kesehatan, 1(4),
154–158. Google Scholar
Widyastuti, W.,
Kusuma, A. E., Nurlaili, N., & Sukmawati, F. (2016). Aktivitas antioksidan
dan tabir surya ekstrak etanol daun stroberi (Fragaria x ananassa AN Duchesne).
Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 3(1), 19–24. Google Scholar
Copyright
holder: Mikha Ayu Lia Ningsih, Mita Lianastuti, Qori Putri Suciyanti, Nia Yuniarsih (2022) |
First publication
right: Jurnal Health Sains |
|