How to cite:
Foris,M, S., Damay, V, A., Anggraini, D, N., (2022) Pengaruh Intervensi Edukasi terhadap
Pemahaman Berolahraga Pada Masyarakat Indonesia Berusia 18 Sampai 64 Tahun. Jurnal Health
Sains 3(5). https://doi.org/ 10.46799/jhs.v3i5.487
E-ISSN:
2723-6927
Published by:
Ridwan Institute
Jurnal Health Sains: pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 3, No.5, Mei 2022
PENGARUH INTERVENSI EDUKASI TERHADAP PEMAHAMAN BEROLAHRAGA
PADA MASYARAKAT INDONESIA BERUSIA 18 SAMPAI 64 TAHUN
Melisa Sonia Foris, Vito Anggarino Damay, Dyah Novita Anggraini
Universitas Pelita Harapan Jakarta, Indonesia
Email: melisaforis@gmail.com, vito.damay@uph.edu, vita@klikdokter.com
ARTIKEL INFO
ABSTRAK
Diterima:
10 April 2022
Direvisi:
11 April 2022
Dipublish:
23 April 2022
Edukasi adalah proses pengajaran dengan tujuan agar dapat
mengembangkan pengetahuan dan potensi. Berdasarkan SUSENAS
tahun 2018 terdapat 35,7% masyarakat Indonesia yang aktif
berolahraga. Data ini menunjukan bahwa hanya terdapat kurang lebih
sepertiga masyarakat Indonesia yang aktif berolahraga. Melihat
manfaat olahraga yang begitu banyak, maka diharapkan masyarakat
memiliki pemahaman yang baik dan benar mengenai kegiatan
berolahraga. Untuk itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana edukasi memberikan pengaruh terhadap pemahaman
masyarakat Indonesia berusia 18 sampai 64 tahun, dalam hal
berolahraga demi mencapai masyarakat Indonesia yang sehat dan
masyarakat yang memiliki kualitas kesehatan yang baik dan juga
berdampak pada angka harapan hidup nasional. Penelitian ini
menggunakan metode studi eksperimental (one group pretest-posttest
design) terhadap 110 sampel yang memenuhi kriteria inklusi, dengan
teknik sampling purposive dan uji korelasi Wilcoxon. Responden
mengikuti seminar daring kemudian mengisi kuesioner sebelum dan
sesudah intervensi untuk diukur tingkat pengetahuannya mengenai
berolarhaga. Hasil penelitian menunjukan perbedaan tingkat rata-rata
pengetahuan sebelum seminar daring dan sesudah seminar daring.
Rata-rata nilai tes sebelum adalah sebesar 79,18 dan rata-rata nilai tes
sesudah adalah sebesar 96,82 dari total skor 100. Hal ini berarti bahwa,
edukasi meningkatkan pemahaman tentang berolahraga dengan
P<0,001. Oleh karena itu, edukasi terbukti meningkatkan pemahaman
berolaraga pada masyarakat Indonesia berusia 18 sampai 64 tahun.
ABSTRACT
Education is a process to educate aimed to develop knowledge and
potential. Based on SUSENAS 2018, there are only 35,7% of our
Indonesian that exercise regularly. This survey proved that there are
only about one third people that actually exercise actively. With so
many benefits and positive impacts that we could get by exercising, it
is expected to see our society to have decent knowledge and
understanding about physical exercise. Therefore, this study is aimed
to find out how the educated intervention impact physical exercise
knowledge of Indonesians with age range from 18 until 64 years old,
therefore will achieve healthy society with great health quality that will
further impact on our national life expectancy. This study was done by
using the experimental method (one group pretest-posttest design)
towards the 110 samples of Indonesians with age from 18 until 64
Kata Kunci:
edukasi;
pemahaman;
olahraga;
Keywords:
education;
knowledge;
exercisel;
Pengaruh Intervensi Edukasi terhadap Pemahaman Berolahraga Pada Masyarakat Indonesia
Berusia 18 Sampai 64 Tahun
Jurnal Health Sains, Vol. 3, No. 5, Mei 2022 661
years old with purposive sampling and Wilcoxon analitic study. The
participants participated in the webinar and completes questionnaires
before and after the intervention to asses their level of knowledge
about exercise. The findings revealed a difference in the mean level of
knowledge among respondents before and after the webinar, with pre-
test score of 79,18 and post-test score of 96,82 out of 100 as the total
score. There were significant difference in the mean level of
knowledge and results showed that the intervention education
increased the knowledge of participant with P<0,001. In conclusion,
intervention education is proven to increase participant’s knowledge
about physical exercise in Indonesian with age range from 18 until 64
years old.
Pendahuluan
Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS)-Modul Sosial Budaya dan
Pendidikan tahun 2018 menyatakan terdapat
35,7% masyarakat Indonesia yang memiliki
kebiasaan aktif berolahraga. Data ini
menunjukan bahwa hanya terdapat sepertiga
masyarakat yang aktif berolahraga. Hal ini
sangat disayangkan jika kita melihat begitu
banyak manfaat yang dapat diperoleh melalui
kegiatan berolahraga secara rutin. Penelitian
yang dilakukan oleh (Vina et al., 2012),
menunjukan bahwa olahraga dapat
dinyatakan sebagai suatu obat yang efektif
yang dapat membawa begitu banyak manfaat
dan dampak positif bagi kesehatan jasmani
dan meningkatkan angka harapan hidup.
Olahraga tidak hanya memberikan manfaat
bagi orang yang sehat saja, melainkan juga
memberikan dampak positif yang signifikan
terhadap pasien dengan penyakit kronis.
Olahraga dapat menjadi pencegahan primer
dan sekunder bagi penyakit kardio dan
vaskular, penyakit metabolik, penyakit tulang
dan sendi, kanker, serta depresi (Vina et al.,
2012).
Melihat manfaat olahraga yang begitu
banyak, maka diharapkan masyarakat
memiliki pemahaman yang baik dan benar
mengenai kegiatan berolahraga. Dengan
adanya pemahaman dan pengetahuan
berolahraga yang baik, diharapkan hal ini
dapat menjadi motivasi dan bekal
pengetahuan yang nantinya dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
dilakukan demi mencapai masyarakat
Indonesia yang sehat dan masyarakat yang
memiliki kualitas kesehatan yang baik. Pada
masa pandemi, terdapat banyak seminar
daring yang dilakukan. Hal ini bertujuan
untuk memberikan informasi dan pengajaran
kepada masyarakat dengan tetap menjaga
social distancing demi keamanan dan
kesehatan bersama. Dengan adanya seminar
daring yang dilakukan, maka masyarakat
dapat tetap mendapatkan pengetahuan dan
informasi yang berguna bagi kehidupannya
sehari-hari. Oleh karena itu, penelitian ini
juga berfungsi untuk mengetahui efektivitas
dari seminar daring yang sering dilakukan
dewasa ini.
Penelitian yang dilakukan (Rosidin et
al., 2019), mengenai penyuluhan tentang
aktifitas fisik dalam peningkatan status
kesehatan, menyatakan bahwa edukasi dapat
meningkatkan pemahaman tentang aktifitas
fisik. Tetapi, tampaknya masih belum ada
penelitian yang dilakukan untuk mencari tahu
apakah dengan pemberian edukasi kepada
masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan
berolahraga. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan karena belum dilakukan penelitian
serupa dan melalui penelitian ini kita dapat
memberikan kontribusi untuk meningkatkan
pengetahuan berolahraga.
Melisa Sonia Foris, Vito Anggarino Damay, Dyah Novita Anggraini
662 Jurnal Health Sains, Vol. 3, No. 5, Mei 2022
Metode Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan dengan
desain Studi Analitik dengan metode studi
Eksperimental (Experimental Study).
Jenis studi experimental yang
digunakan adalah Pre-experimental design
yaitu dengan One-Group Pretest-Posttest
Design.Penelitian ini dilakukan melalui
seminar daring online. Penelitian ini
dilakukan pada periode waktu bulan Januari
sampai Mei 2021 dengan menggunakan
metode tes sebelum dan tes sesudah
pemberian edukasi (Nuriyanto & Rahayuwati,
2021).
Bahan penelitian mencakup lembar
persetujuan dan lembar kuesioner. Kuesioner
yang digunakan diambil dari kuesioner yang
sudah melalui proses uji validitas berdasarkan
penelitian terdahulu kepada populasi
penelitian. Data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah survei paparan edukasi,
data sosiodemografik peserta, hasil tes
sebelum dan tes sesudah.
Pengumpulan data dilakukan dengan
menyebarkan survei paparan edukasi,
memberikan kuesioner demografis dan pre-
test kepada responden yang harus diisi
sebelum seminar daring dimulai. Setelah
materi dalam seminar daring selesai
disampaikan, responden diberikan post-test.
Tabulasi dilakukan dengan menggunakan
aplikasi Microsoft Excel dan pengelolaan data
menggunakan aplikasi SPSS.
Target responden yang memenuhi
kriteria berupa orang Indonesia dengan usia
18-64 tahun. Jika bersedia menjadi bagian
dari penelitian, akan diminta untuk mengikuti
kegiatan seminar daring dan mengisi
kuesioner demografi. Responden perlu
mengisi pre-test sebelum mendengarkan
pemaparan materi.
Setelah materi sudah disampaikan,
target responden diminta untuk mengisi post-
test. Pengisian pre-test, post-test, dan
kuesioner demografi masing-masing kurang
lebih memerlukan waktu 10 15 menit.
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik komparatif numerik berpasangan 2
kelompok sehingga untuk menghitung jumlah
sampel, perlu menggunakan rumus:
Dengan menggunakan :
Zα = 1,64
Zβ = 0,84
Variasi data (S) = 0,675
X1 = 2,60
X2 = 2.87
Pengaruh Intervensi Edukasi terhadap Pemahaman Berolahraga Pada Masyarakat Indonesia
Berusia 18 Sampai 64 Tahun
Jurnal Health Sains, Vol. 3, No. 5, Mei 2022 621
Dengan demikian didapatkan jumlah
sampel minimal adalah 38 sampel. Data yang
diolah menggunakan aplikasi SPSS berupa
data primer hasil pengisian kuesioner
demografi, pre-test, dan post-test melalui
google form. Uji statistik yang digunakan
dalam penelitian ini berupa analisis Wilcoxon
statistical test
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Terdapat sebanyak 156 responden
yang mendaftar pada seminar daring dan
mengisi survei awal webinar. Kemudian
sebanyak 134 reponden mengikuti seminar
daring, 130 responden mengisi tes
sebelum dan sebanyak 125 orang mengisi
tes sesudah. Kemudian kriteria inklusi dan
eksklusi diaplikasikan terhadap responden.
Hasil pengujian yang didapatkan adalah
terdapat 10 responden yang tidak mengisi
dengan lengkap, baik tes sebelum maupun
tes sesudah, dan terdapat 5 responden yang
memiliki usia dibawah 18 tahun.
Sehingga, total responden yang diuji dalam penelitian ini adalah sebanyak 110
responden.
Tabel 1
Tabel Distribusi Demografis Sampel
Kategori
Frekuensi
(n)
Presentase
(%)
Usia Responden
18-20
21-30
31-40
41-50
51-60
52
34
15
2
7
47,3%
30,9%
13,6%
1,8%
6,4%
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
37
73
33,6%
66,4%
Pekerjaan
Pelajar /
Mahasiswa
Pegawai swasta
Wiraswasta
Ibu rumah tangga
Dokter
Notaris
PNS & ASN
Guru
Petani
Tidak bekerja
74
4
7
7
6
1
4
4
1
2
67,3%
3,6%
6,4%
6,4%
5,5%
0,9%
3,6%
3,6%
0,9%
1,8%
Pendidikan
Terakhir
SMA
Diploma
Sarjana
S2
71
8
29
2
64,5%
7,3%
26,4%
1,8%
Dapat dinyatakan bahwa kelompok
usia yang paling banyak adalah pada rentang usia 18-20 tahun yaitu sebanyak 52 responden
(47,3%). Sedangkan kelompok usia yang
Melisa Sonia Foris, Vito Anggarino Damay, Dyah Novita Anggraini
664
paling sedikit adalah pada rentang usia 41-50
tahun yaitu sebanyak 2 responden (1,8%).
Responden yang berjenis kelamin laki-laki
adalah sebanyak 37 orang (33,6%) dan
responden berjenis kelamin perempuan
adalah sebanyak 73 orang (66,4%). Pekerjaan
yang dimiliki oleh responden adalah sebagai
pelajar dan mahasiswa sebanyak 74
responden (67,3%), pegawai swasta sebanyak
4 reponden (3,6%), wiraswasta sebanyak 7
reponden (6,4%), ibu rumah tangga sebanyak
7 responden (6,4%), dokter sebanyak 6
responden (5,5%), notaris sebanyak 1
responden (0,9%), PNS dan ASN sebanyak 4
responden (3,6%), guru sebanyak 4 responden
(3,6%), petani sebanyak 1 responden (0,9%)
dan responden yang tidak bekerja sebanyak 2
responden (1,8%). Data distribusi pendidikan
terakhir menunjukan bahwa sebanyak 71
responden (64,5%) memiliki pendidikan
terakhir di jenjang SMA, 8 responden (7,3%)
di jenjang diploma, 29 responden (26,4%) di
jenjang sarjana dan 2 responden (1,8%) di
jenjang S2.
Tabel 2
Hasil Survei Awal
Sebelum dilakukannya edukasi, peneliti
melakukan survei awal untuk melihat apakah
edukasi yang nantinya diberikan, sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan apakah
edukasi ini akan bermanfaat bagi masyarakat
nantinya. Hasil yang didapatkan adalah
sebanyak 25 responden (22,7%) menyatakan
bahwa pengetahuan mereka mengenai
olahraga sudah memadai dan sebanyak 85
responden (72,3%) menyatakan bahwa
pengetahuan mereka mengenai olahraga tidak
memadai. Sebananyak 109 responden
(99,1%) menyatakan bahwa penting untuk
dilakukan edukasi mengenai olahraga dan
sebanyak 1 responden (0,9%) menyatakan
bahwa tidak penting untuk dilakukan edukasi
mengenai olahraga. Sebanyak 110 responden
(100%) menyatakan bahwa mereka akan
mengikuti edukasi dengan sungguh-sungguh.
Sebanyak 107 reponden (97,3%) menyatakan
bahwa edukasi mengenai olahrga dapat
membantu menjaga kesehatan dalam masa
pandemi dan sebanyak 3 responden (2,7%)
menyatakan bahwa edukasi mengenai
olahraga tidak dapat membantu menjaga
kesehatan dalam masa pandemi. Sebanyak
103 responden (93,6%) menyatakan bahwa
edukasi mengenai olahraga dapat membuat
mereka lebih sering berolahraga dan sebanyak
7 responden (6,4%) menyatakan bahwa
edukasi mengenai olahraga tidak dapat
membuat mereka lebih sering berolahraga.
Tabel 3
Ya
Tidak
25
22,7%
85
72,3%
109
99,1%
1
0,9%
110
100%
0
0%
107
97,3%
3
2,7%
103
93,6%
7
6,4%
Pengaruh Intervensi Edukasi terhadap Pemahaman Berolahraga Pada Masyarakat Indonesia
Berusia 18 Sampai 64 Tahun
Persebaran Jawaban Benar Pre Test dan Post Test
Pertanyaan
Pre Test
Post Test
(n)
%
(n)
%
Olahraga diperlukan dalam menjaga kesehatan
yang baik
105
95,5%
110
100%
Olahraga memberikan kerugian lebih banyak
dibandingkan manfaat
103
93,6%
107
97,3%
Kegiatan seperti mencuci dan pekerjaan rumah
lainnya merupakan jenis aktivitas yang cukup
untuk mempertahankan kesehatan yang baik
39
35,5%
91
82,7%
Olahraga terbagi atas olahraga aerobik dan
olahraga non aerobik
89
80,9%
107
97,3%
Olahraga aerobik seperti jogging, berenang,
bersepeda, berlari dan jalan cepat
74
67,3%
105
95,5%
Olahraga harus dilakukan secara berkelanjutan
sepanjang hidup untuk mempertahankan
kesehatan yang baik
97
88,2%
109
99,1%
Teh pelangsing dan obat-obatan lain dapat
digunakan untuk menggantikan olahraga
dengan mendapatkan efek yang sama
91
82,7%
106
96,4%
Olahraga dapat meningkatkan dan
mempertahankan kelenturan tubuh
94
85,5%
108
98,2%
Olahraga dapat meningkatkan dan
mempertahankan kekuatan otot dan daya tahan
99
90%
109
99,1%
Olahraga dapat mempertahankan tekanan darah
normal
79
71,8%
107
97,3%
Tabel 4
Persebaran Perubahan Nilai Tes Sebelum dan Tes Sesudah Total Responden
Tabel 5
Statistik Tes Sebelum dan Tes Sesudah
Pre Test
PostTest
N
Valid
110
110
Missing
0
0
Mean
79.18
96.82
Median
80.00
100.00
Std. Deviation
15.512
5.736
Minimum
40
80
Maximum
100
100
Hasil yang didapatkan dari 110
responden menyatakan, terdapat sebanyak 83
responden mengalami kenaikan nilai dari tes
N
Mean Rank
Sum of Ranks
Post Test Pre Test
Negative Ranks
1a
16.00
16.00
Positive Ranks
83b
42.82
3554.00
Ties
26c
Total
110
a. Post Test < Pre Test
b. Post Test > Pre Test
c. Post Test = Pre Test
Melisa Sonia Foris, Vito Anggarino Damay, Dyah Novita Anggraini
666 Jurnal Health Sains, Vol. 3, No. 5, Mei 2022
sebelum ke tes sesudah, 26 responden
memiliki nilai yang sama, dan 1 responden
mengalami penurunan nilai.
Pada tes sebelum, didapatkan nilai rata-
rata adalah 79,18 dan nilai median adalah 80,
dengan nilai minimum adalah 40 dan nilai
maksimum adalah 100. Pada tes sesudah,
didapatkan nilai rata-rata adalah 96,82 dan
nilai median adalah 100, sedangkan untuk
nilai minimum adalah 80 dan nilai maksimum
adalah 100.
Tabel 6
Hasil Uji Wilcoxon Test
Post Test - Pre Test
Z
-7.962b
Asymp. Sig. (2-tailed)
<0.001
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
Hasil analisis menggunakan SPSS
dengan uji Wilcoxon, didapatkan probabilitas
asymp sig. (2-tailed) adalah <0,001 nilai ini
kurang dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa, terdapat perbedaan pemahaman
responden pada saat sebelum dilakukan
edukasi dan pada saat setelah dilakukan
edukasi. Dimana edukasi yang diberikan
kepada responden dibuktikan dapat
meningkatkan pemahaman berolahraga.
Hubungan Pendidikan Terakhir terhadap
Hasil Pemahaman Edukasi.
Tabel 7
Hasil Test pada semua Total Responden
No
Variabel
n
Mean ± SD
Median
Min/Max
P value
1.
Pre Test
110
79.18 ± 15.51
80
40/100
<0.001
2.
Post Test
110
96.82 ± 5.74
100
80/100
Tabel 8
Hasil Test berdasarkan Kelompok Pendidikan
No.
Variabel
n
Mean ± SD
Median
P value
1.
Pendidikan Tinggi
Pre Test
39
78.46 ± 16.15
80
<0.001
Post Test
39
96.67 ± 5.77
100
2.
Pendidikan Menengah
Pre Test
71
79.58 ± 15.25
80
<0.001
Post Test
71
96.90 ± 5.75
100
Berdasarkan tingkat pendidikan
terakhir, responden penelitian terbagi menjadi
2 kelompok yaitu responden dengan
pendidikan tinggi dan responden dengan
pendidikan menengah. Responden yang
memiliki tingkat pendidikan terakhir tinggi
sebanyak 39 orang dan responden yang
memeiliki pendidikan menengah sebanyak 71
orang. Responden yang memiliki pendidikan
tinggi memiliki rata-rata nilai tes sebelum
sebesar 78,46 dengan standar deviasi sebesar
16,15 dan rata-rata nilai tes sesudah sebesar
96,67 dengan standar deviasi sebesar 5,77.
Dengan demikian, kenaikan nilai responden
yang memiliki tingkat pendidikan terakhir
tinggi adalah sebesar 18,21. Responden yang
memiliki tingkat pendidikan akhir menengah
memiliki rata-rata nilai tes sebelum adalah
sebesar 79,58 dengan standar deviasi 15,25
dan rata-rata nilai tes sesudah adalah sebesar
96,90 dengan standar deviasi 5,75. Dengan
demikian peningkatan nilai yang didapatkan
Pengaruh Intervensi Edukasi terhadap Pemahaman Berolahraga Pada Masyarakat Indonesia
Berusia 18 Sampai 64 Tahun
Jurnal Health Sains, Vol. 3, No. 5, Mei 2022 667
pada responden dengan pendidikan terakhir
menengah adalah 17,32.
B. Pembahasan
Kegiatan penyuluhan dan edukasi
menunjukan manfaat dari seminar daring,
responden mengalami peningkatan
pemahaman setelah dilakukannya edukasi.
Hal ini dikarenakan, informasi
disampaikan dengan metode yang mudah
dipahami dan interaktif. Pada saat sebelum
dilakukan edukasi, peneliti juga
melakukan survei awal kepada para
responden. Melalui survei awal
disimpulkan bahwa, edukasi mengenai
olahraga yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan dari responden dan responden
memiliki antusiasme untuk mengikuti
seminar daring (Foris et al., 2022).
Menurut Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS)-Modul Sosial
Budaya dan Pendidikan tahun 2018
terdapat 35,7% masyarakat Indonesia yang
memiliki kebiasaan aktif berolahraga. Hal
ini sangat disayangkan karena banyak
manfaat yang dapat diperoleh melalui
kegiatan berolahraga. Olahraga sendiri
dapat dinyatakan sebagai suatu obat yang
efektif yang dapat membawa begitu
banyak manfaat dan dampak positif bagi
kesehatan jasmani dan meningkatkan
angka harapan hidup (Vina et al., 2012).
Selain itu, olahraga tidak hanya
memberikan manfaat bagi orang yang
sehat saja, melainkan juga memberikan
dampak positif yang signifikan terhadap
pasien dengan penyakit kronis (Warburton
et al., 2016). Olahraga dapat menjadi
pencegahan primer dan sekunder bagi
penyakit kardio dan vaskular, penyakit
metabolik, penyakit tulang dan sendi,
kanker, depresi dan kesehatan mental
(Pinckard et al., 2019).
Untuk menganalisis hasil, penelitian
ini menggunakan jenis uji non parametrik
dikarenakan adanya variasi nilai hasil tes
sebelum dan sesudah sehingga
mengakibatkan distribusi data yang tidak
normal. Analisis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah Wilcoxon Test
dikarenakan variabel yang dihubungkan
merupakan analitik numerik komparatif
berpasangan. Berdasarkan uji analisis
menggunakan SPSS, didapatkan hasil uji
Wilcoxon adalah P < 0,001. Hal ini
menunjukan bahwa terdapat perbedaan
pada saat dilakukan edukasi dan setelah
dilakukan edukasi. Dimana, edukasi
terbukti mampu meningkatkan
pemahaman responden. Sebanyak 83
responden mengalami peningkatan nilai,
26 responden memiliki nilai yang sama,
dan hanya 1 responden yang memiliki
penurunan nilai dari total 110 responden,
sehingga terdapat peningkatan rata-rata tes
sebelum sebesar 79,18 menjadi 96,82.
Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan edukasi dapat meningkatkan
pemahaman dapat diterima (Khofiyah &
Islamiah, 2018).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Rosidin et
al., 2019), bahwa penyuluhan mengenai
aktivitas dapat meningkatkan pengetahuan
masyarakat terutama dalam peningkatan
status kesehatan. Penelitian ini juga
menyatakan bahwa kegiatan penyuluhan
atau edukasi kesehatan sangat bermanfaat
bagi peserta edukasi, terutama jika edukasi
yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
dari para peserta. Begitu juga dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Benita et
al., 2012), bahwa penyuluhan dapat
meningkatkan pengetahuan kesehatan
reproduksi pada remaja. Penelitian yang
dilakukan oleh (Anggitamara et al., 2018),
juga menyatakan bahwa edukasi dapat
meningkatkan pengetahuan dan sikap pada
orang tua yang memiliki anak yang
memiliki kondisi cerebral palsy di
Melisa Sonia Foris, Vito Anggarino Damay, Dyah Novita Anggraini
668 Jurnal Health Sains, Vol. 3, No. 5, Mei 2022
Yayasan Pembinaan Anak Cacat di
Surakarta. Dan didukung pula oleh
penelitian yang dilakukan oleh
(Anggitamara et al., 2018), yang
menyatakan bahwa edukasi kesehatan
dapat meningkatkan pengetahuan serta
sikap terhadap penyakit infeksi pernafasan
pada pelajar di Gansu, Cina.
Penelitian yang dilakukan oleh
(Dunton et al., 2020), faktor
sosiodemografik seperti tingkat
pendidikan terakhir dan pekerjaan dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Melalui hasil penelitian, didapatkan
peningkatan nilai lebih besar pada
responden yang memiliki tingkat
pendidikan terakhir tinggi dibandingkan
dengan responden yang memiliki tingkat
pendidikan menengah. Responden yang
memiliki pendidikan tinggi memiliki rata-
rata nilai tes sebelum sebesar 78,46 dan
rata-rata nilai tes sesudah sebesar 96,67.
Dengan demikian, kenaikan nilai
responden yang memiliki tingkat
pendidikan terakhir tinggi adalah sebesar
18,21. Responden yang memiliki tingkat
pendidikan akhir menengah memiliki rata-
rata nilai tes sebelum adalah sebesar 79,58
dan rata-rata nilai tes sesudah adalah
sebesar 96,90. Dengan demikian
peningkatan nilai yang didapatkan pada
responden dengan pendidikan terakhir
menengah adalah 17,32. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dimaksud
sebelumnya bahwa, tingkat pendidikan
terakhir mempengeruhi pengetahuan
seseorang. Akan tetapi untuk faktor
pekerjaan, dikarenakan responden
penelitian tidak memiliki pekerjaan yang
berkaitan dengan olahraga maka variabel
tersebut tidak dapat dianalisis.
Dalam penelitian ini, didapatkan
hasil signifikan peningkatan nilai pada
pertanyaan-pertanyaan yang dimuat dalam
tes sebelum dan tes sesudah. Topik topik
ini mencakup pengetahuan berolahraga
secara umum dan manfaat dari
berolahraga. Terutama, pada topik
kegiatan mencuci dan pekerjaan rumah
lainnya merupakan jenis aktivitas yang
cukup untuk mempertahankan kesehatan
yang baik, yang hanya dijawab benar oleh
39 responden pada tes sebelum dan
kemudian dijawab benar oleh 91
responden pada tes sesudah. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa masih
banyak masyarakat yang menganggap
pekerjaan rumah dapat mempertahankan
kesehatan mereka. Berdasarkan anjuran
Kementrian Kesehatan Indonesia, anjuran
untuk berolahraga adalah setidaknya 30
menit per hari yang dapat dilakukan
dengan olahraga ringan seperti lari dan
bersepeda.
Kelebihan dari penelitian ini adalah,
responden juga mendapatkan manfaat dari
penelitian berupa informasi dan
pengetahuan baru mengenai berolahraga.
Sehingga penelitian ini membawa manfaat
bagi peneliti maupun responden yang
berpartisipasi. Selain itu, penelitian ini
juga memiliki data demografik yang
beragam, terutama dari sisi pekerjaan dan
daerah asal. Penelitian ini juga
memberikan bukti bahwa pelaksanaan
seminar daring dapat meningkatkan
pengetahuan responden, dimana seminar
daring atau kelas online sering dilakukan
dapat menjadi pilihan alternatif dalam
situasi pandemi seperti sekarang ini.
Penelitian ini masih memiliki
keterbatasan, yaitu karena edukasi
dilakukan secara online dikarenakan
situasi Pandemi COVID-19, sehingga
dapat terjadi kendala internet pada saat
mengikuti seminar daring. Penelitian ini
juga tidak dapat dijangkau oleh
masyarakat yang tidak memiliki fasilitas
dan akses internet. Selain itu, persebaran
tingkat pendidikan terakhir responden
berada di tingkat menengah dan tinggi,
sehingga peneliti tidak mampu melakukan
Pengaruh Intervensi Edukasi terhadap Pemahaman Berolahraga Pada Masyarakat Indonesia
Berusia 18 Sampai 64 Tahun
Jurnal Health Sains, Vol. 3, No. 5, Mei 2022 669
analisis pada variabel tingkat pendidikan
rendah (Foris et al., 2022).
Terlepas dari keterbatasan yang ada,
diharapkan penelitian ini dapat membawa
manfaat bagi masyarakat secara luas,
terutama menambah pemahaman agar
dapat meningkatkan kegiatan berolahraga.
Sehingga, dapat terwujud masyarakat
Indonesia yang sehat. Di sisi lain,
Penelitian ini memberikan data yang
mendukung bahwa, seminar daring yang
sering dilakukan dewasa ini bermanfaat
dan dapat dijadikan opsi ketika seminar
atau edukasi tatap muka secara langsung
tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu,
penelitian ini diharapkan dapat menjadi
acuan bagi penelitian dengan skala yang
lebih luas.
Kesimpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah
intervensi edukasi berpengaruh meingkatkan
pemahaman mengenai berolahraga pada
masyarakat Indonesia berusia 18 sampai 64
tahun.
BIBLIOGRAFI
Anggitamara, T., Widodo, A., & Fis, S.
(2018). Pengaruh Edukasi Terhadap
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku
Orangtua Pada Anak Cerebral Palsy Di
Yayasan Pembinaan Anak Cacat
(YPAC) Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.Google
Scholar
Benita, N. R., Dewantiningrum, J., &
Maharani, N. (2012). Pengaruh
penyuluhan terhadap tingkat
pengetahuan kesehatan reproduksi pada
remaja siswa SMP Kristen Gergaji.
Fakultas Kedokteran. Google Scholar
Dunton, G. F., Do, B., & Wang, S. D. (2020).
Early effects of the COVID-19
pandemic on physical activity and
sedentary behavior in children living in
the US. BMC Public Health, 20(1), 1
13. Google Scholar
Foris, M. S., Damay, V. A., & Anggraini, D. N.
(2022). Pengaruh Intervensi Edukasi
Terhadap Pemahaman Berolahraga pada
Masyarakat Indonesia Berusia 18 Sampai
64 Tahun. Jurnal Health Sains, 3(4), 607
617. Google Scholar
Khofiyah, N., & Islamiah, B. F. (2018).
Pengaruh Edukasi Tentang HIV/AIDS
Terhadap Sikap Pencegahan HIV/AIDS
Pada Remaja. Jurnal Riset Kebidanan
Indonesia, 2(1), 1620. Google Scholar
Nuriyanto, A., & Rahayuwati, L. (2021).
Keperawatan Keluarga Sebagai Strategi
Peningkatan Indeks Keluarga Sehat Di
Indonesia: Suatu Kajian Pustaka. Daftar
Isi, 77.
Pinckard, K., Baskin, K. K., & Stanford, K. I.
(2019). Effects of Exercise to Improve
Cardiovascular Health. Frontiers in
Cardiovascular Medicine, 6, 69. Google
Scholar
Rosidin, U., Sumarni, N., & Suhendar, I.
(2019). Penyuluhan tentang Aktifitas Fisik
dalam Peningkatan Status Kesehatan.
Media Karya Kesehatan, 2(2). Google
Scholar
Vina, J., SanchisGomar, F., MartinezBello,
V., & GomezCabrera, M. C. (2012).
Exercise acts as a drug; the
pharmacological benefits of exercise.
British Journal of Pharmacology, 167(1),
112. Google Scholar
Warburton, D. E. R., Taunton, J., Bredin, S. S.
D., & Isserow, S. (2016). The risk-benefit
paradox of exercise. BC Medical
Association Journal, 58, 210218. Google
Scholar
Melisa Sonia Foris, Vito Anggarino Damay, Dyah Novita Anggraini
670 Jurnal Health Sains, Vol. 3, No. 5, Mei 2022
Copyright holder:
Muhammad Iqbal martini (2022)
First publication right:
Jurnal Health Sains
This article is licensed under: