Jurnal Health Sains: p–ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398     

Vol. 2, No. 12, Desember 2021

 

GAMBARAN PERESEPAN ANTIBIOTIK TERHADAP PENGOBATAN PASIEN ISPA DI KLINIK UTAMA PUPUK KUJANG CIKAMPEK

 

Ayunda Shita Devi, Rida Emelia

Politeknik Piksi Ganesha, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Email: ayundasitha@gmail.com, emeliarida1310@gmail.com

 

info artikel

abstraK

Diterima

5 Desember 2021

Direvisi

15 Desember 2021

Disetujui

25 Desember 2021

ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih saluran napas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk adneksanya yaitu sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Pada dasarnya asas penggunaan antibiotik secara rasional adalah pemilihan antibiotik yang selektif terhadap mikroorganisme penginfeksi dan efektif memusnahkan mikroorganisme penginfeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penulisan Resep antibiotik di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek. Metode dalam penelitian ini adalah Survey deskriftif, yaitu mendeskripsikan atau menguraikan peresepan antibiotik terhadap pengobatan ISPA berdasarkan jenis antibiotik dan jumlah obat di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek. Berdasarkan data yang diperoleh, hasil keseluruhan peresepan antibiotik pada bulan JanuariMaret Tahun 2021 di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek sebesar 719 Resep dan Peresepan antibiotik untuk pasien ISPA 250 Resep (34.77%). Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jumlah antibiotik yang paling banyak diresepkan pada bulan Januari yaitu Zibramax 500 mg sebanyak 29 resep (39.19%); pada bulan Februari antibiotik yang paling banyak diresepkan yaitu Zibramax 500 mg sebanyak 26 resep (47.27%); pada bulan Maret antibiotik yang paling banyak diresepkan yaitu Zibramax 500mg sebanyak 55 resep (45.45%).

 

ABSTRACT

ARI treatment is an acute infection that attacks one or more parts of the airways from the nose to the alveoli, including the adnexan, namely the sinus, middle ear cavity and pleura. Basically, the principle of rational use of antibiotics is the selection of antibiotics that are selective against infecting microorganisms and effectively destroying infecting microorganisms. The method in this study was descriptive survey, which describes antibiotic prescribing of ARI treatment based on type of antibiotic and amount of drug in clinic Kujang,Cikampek. Based on the data obtained, the overall results of antibiotics prescribing in JanuariMaret 2021 at Clinic Kujang Cikampek were 719 Prescription and antibiotics prescribing for ARI were 250 Prescription (34.77%). The results of this study can be concluded that the number of antibiotics that were most prescribed in January were Zibramax 500mg as many as 29 prescriptions (39,19%); in February the most prescribed antibiotics were Zibramax 500mg with 26 prescriptions (47.27%); in March the most prescribed antibiotic was Zibramax 500mg with 55 prescriptions (45.45%)

Kata Kunci:

peresepan, antibiotik, klinik, kujang, cikampek

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keywords:

prescribing, antibiotics, clinic, kujang, cikampek


 


Pendahuluan

Menurut (Kemenkes, 2011), ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih saluran napas mulai dari hidung sampai alveoli termasuk adneksanya yaitu sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA merupakan suatu penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak dengan insidensi 29% pertahun dinegara berkembang dan 5% pertahun dinegara maju. Di negara berkembang seperti Indonesia, ISPA merupakan salah satu penyebab kematian yang cukup tinggi pada bayi dan balita yaitu satu dari empat kematian yang terjadi. Hal tersebut bisa dilihat dari tingginya kunjungan pasien di puskesmas 40-60% dan rumah sakit 15-30% disebabkan karena ISPA (Kemenkes, 2011).

Penanganan ISPA dapat dilakukan secara farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan farmakologi bisa menggunakan obat batuk yang dapat diperoleh dari dokter atau beli di warung dan apotik (Amir & Hanafiah, 2019). Pengobatan ISPA menggunakan antibiotik sering diberikan tanpa didahului dengan pemeriksaan mikrobiologis dan uji kepekaan terhadap mikroorganisme penginfeksi. Pada dasarnya asas penggunaan antibiotik secara rasional adalah pemilihan antibiotik yang selektif terhadap mikroorganisme penginfeksi dan efektif memusnahkan mikroorganisme penginfeksi. Tetapi akibat dari pemberian antibiotik yang tidak tepat, dapat menimbulkan bakteri yang resisten terhadap antibiotik. Ini diakibatkan karena bakteri dapat beradaptasi pada lingkungannya dengan cara mengubah sistem enzim atau dinding selnya menjadi resisten terhadap antibiotik (Karch et al., 2011).

Periode prevalensi ISPA nasional berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, mencapai 25% dengan 25.8% didominasi oleh kasus ISPA pada balita (1-4 tahun). Penyakit ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran napas dan menimbulkan reaksi inflamasi. Virus yang sering menyebabkan ISPA pada balita yaitu influenza-A, adenovirus, Parainfluenza virus.

Menurut (Kemenkes, 2018), prevalensi ISPA pada balita menurut karakteristik kelompok usia balita 0 sampai 11 bulan sebanyak 9.4%, 12 sampai 23 bulan sebanyak 14.4%, 24 sampai 35 bulan sebanyak 13.8%, 36 sampai 47 bulan sebanyak 13.1%, dan 48-59 bulan sebanyak 13.5%. Sedangkan menurut karakteristik jenis kelamin laki-laki sebanyak 13.2% dan perempuan sebanyak 12.4%. 

Antibiotik bertujuan untuk mencegah dan mengobati penyakitpenyakit infeksi. Pemberian pada kondisi yang bukan disebabkan oleh infeksi banyak ditemukan dalm praktek sehari-hari, baik di pusat kesehatan primer (puskesmas), rumah sakit maupun praktek swasta. Ketidaktepatan diagnosis pemilihan antibiotik, indikasi, dosis, dan cara pemberian, frekuensi dan lama pemberian menjadi penyebab tidak akuratnya pengobatan infeksi dengan antibiotika (Nelson et al., 2015).

Pemberian antibiotik yang tidak memenuhi dosis regimen dapat meningkatkan resistensi antibiotik. Jika resistensi antibiotik tidak terdeteksi dan tetap bersifat patogen makan akan terjadi penyakit yang merupakan ulangan dan menjadi sulit disembuhkan (Hanafi, 2013).

Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran penulisan Resep antibiotik di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek. Manfaat penelitian sebagai informasi tambahan bagi pembaca mengenai antibiotik.

 

Metode Penelitian

Jenis dan Desain Penelitian yang digunakan adalah Survey deskriftif, yaitu mendeskripsikan atau menguraikan peresepan antibiotik terhadap pengobatan ISPA berdasarkan jenis antibiotik dan jumlah obat di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek.

Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan Januari sampai Maret 2021.

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh resep di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek  mulai bulan Januari sampai Maret 2021.

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua resep pasien ISPA yang mengandung obat antibiotik di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung oleh Peneliti dari resep pasien di Instalasi Farmasi (apotik) di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek.

Cara pengumpulan data dengan menggunakan metode pengamatan atau observasi yaitu suatu prosedur yang terencana, meliputi kegiatan melihat dan mencatat jumlah dari resep. Pengolahan data dengan memilih resep pasien ISPA yang mengandung obat antibiotik.

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu tentang peresepan antibiotik melalui resep yang diperoleh dari pasien di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek maka diperoleh data sebagai berikut:


Tabel 1

Persentase Peresepan Antibiotik di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek pada bulan JanuariMaret 2021

NO

Nama Obat

Jumlah Resep

Jumlah Resep ISPA

Persentase Jumlah Seluruh Resep Antibiotik dan Jumlah Resep ISPA

1.

Amoxsan syr

58

16

27.59%

2.

Amoxsan 500 mg

110

6

5.45%

3.

Cefat syr

10

3

30%

4.

Cefat 500 mg

13

7

53.85%

5.

Clabat syr

10

5

50%

6.

Claneksi 500 mg

46

1

2.17%

7.

Baquinor 500 mg

46

4

8.70%

8.

Sporetik syr

87

48

55.17%

9.

Sporetik 100 mg

138

37

26.81%

10.

Zibramax syr

28

13

46.43%

11.

Zibramax 500 mg

173

110

63.58%

 

Total

719

250

34.77%

 


Berdasarkan tabel 1 diperoleh persentase keseluruhan peresepan antibiotik pada bulan JanurariMaret 2021 di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek sebesar 719 Resep dan Peresepan antibiotik untuk pasien ISPA 250 Resep (34.77%). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa peresepan antibiotik terhadap penyakit ISPA Rendah.


 

 

 

 

 

Tabel 2

Persentase Peresepan Antibiotik Pengobatan ISPA di Klinik Utama Pupuk Kujang Cikampek pada bylan JanuariMaret 2021

NO

Nama Obat

Jumlah Resep ISPA

Bulan Januari

Bulan Februari

Bulan Maret

% Januari

% Februari

% Maret

1

Amoxsan syr

16

6

2

8

8,11%

3,64%

6,6%

2

Amoxsan 500 mg

6

3

1

2

4,05%

1,82%

1,65%

3

Cefat syr

3

0

0

3

0%

0%

2,5%

4

Cefat 500 mg

7

1

1

5

1,35%

1,82%

4,13%

5

Clabat syr

5

2

3

0

2,7%

5,45%

0%

6

Claneksi 500 mg

1

1

0

0

1,35%

0%

0%

7

Baquinor 500 mg

4

1

2

1

1,35%

3,64%

0,83%

8

Sporetik syr

48

14

8

26

18,92%

14,54%

21,49%

9

Sporetik 100 mg

37

13

11

13

17,57%

20%

10,74%

10

Zibramax syr

13

4

1

8

5,41%

1,82%

6,61%

11

Zibramax 500 mg

110

29

26

55

39,19%

47,27%

45,45%

 

Total

250

74

55

121

100%

100%

100%

 


Berdasarkan tabel 2 jumlah antibiotik yang paling banyak di resepkan pada bulan Januari yaitu Zibramax 500 mg sebanyak 29 resep (39.19%); pada bulan Februari antibiotik yang paling banyak diresepkan yaitu Zibramax 500 mg sebanyak 26 resep (47.27%); pada bulan Maret antibiotik yang paling banyak diresepkan yaitu Zibramax 500mg sebanyak 55 resep (45.45%).

B.  Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa antibiotik yang paling banyak diresepkan adalah jenis antibiotik Zibramax 500 mg (Azithromycin). Antibiotik ini merupakan antibiotik golongan makrolida yang aktivitasnya terhadap bakteri Gram positif sedikit lebih lemah dibanding eritromisin, tetapi memiliki aktivitas yang lebih besar untuk bakteri Gram negatif seperti Hemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis dan juga memiliki aktivitas untuk beberapa enterobakteri seperti Escerichia coli, Salmonella dan Shigella spp. Waktu paruh azithromycin yang panjang dalam jaringan memungkinkan obat ini diberikan dalam dosis satu kali sehari.

 

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa resep antibiotik yang paling banyak digunakan pada bulan Januari yaitu Zibramax 500 mg sebanyak 29 resep (39.19%); pada bulan Februari antibiotik yang paling banyak diresepkan yaitu Zibramax 500 mg sebanyak 26 resep (47.27%); pada bulan Maret antibiotik yang paling banyak diresepkan yaitu Zibramax 500mg sebanyak 55 resep (45.45%).

Dilihat dari peruntukan Resep boleh dikatakan pemakaian antibiotik terhadap penyakit ISPA cukup rendah, karena mempertimbangkan resiko kejadian resistensi antibiotik. Dengan hal ini diharapkan Klinik Utama Pupuk Kujang dapat meminimalisir resistensi antibiotik. 

Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa Dokter tidak sering meresepkan antibiotik kepada pasien dengan keluhan ISPA yang datang ke Klinik Utama Pupuk Kujang.

BIBLIOGRAFI

 

Amir, A., & Hanafiah, M. J. (2019). Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Google Scholar

 

Hanafi, S. (2013). Explaining Spacio-Cide In The Palestinian Territory: Colonization, Separation, And State Of Exception. Current Sociology, 61(2), 190–205. Google Scholar

 

Handoko, R. (2013). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Tumbuhan Sala (Cynometra Ramiflora L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Epidermidis, Pseudomonas Aeruginosa, Dan Klebsiella Pneumoniae Serta Bioautografinya. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar

 

Ivoryanto, E., & Illahi, R. K. (2017). Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Masyarakat Terhadap Pengetahuan Dalam Penggunaan Antibiotika Oral Di Apotek Kecamatan Klojen. Pharmaceutical Journal Of Indonesia, 2(2), 31–36. Google Scholar

 

Karch, J., Drexler, C., Olbrich, P., Fehrenbacher, M., Hirmer, M., Glazov, M. M., Tarasenko, S. A., Ivchenko, El., Birkner, B., & Eroms, J. (2011). Terahertz Radiation Driven Chiral Edge Currents In Graphene. Physical Review Letters, 107(27), 276601. Google Scholar

 

Kemenkes, R. I. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406. Menkes/Per/Xii/2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Ri. Google Scholar

 

Kemenkes, R. I. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018. In Online) Http://Www. Depkes. Go. Id/Resources/Download/Info-Terkini/Materi_Rakorpop_2018/Hasil% 20riskesdas (Vol. 202018). Google Scholar

 

Kemenkes, R. I. (2011). Kementerian Kesehatan Ri. Buletin Jendela, Data Dan Informasi Kesehatan: Epidemiologi Malaria Di Indonesia. Jakarta: Bhakti Husada. Google Scholar

 

Kusumanata, M., & Endrawati, S. (2013). Pola Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Pasien Pediatrik Rawat Inap Di Rrsud Karanganyar Bulan November 2013-Maret 2014. Ijms-Indonesian Journal On Medical Science, 1(2). Google Scholar

 

Meta, V., Wineini, R. B., & Intannia, D. (2015). Peresepan Antibiotik Pada Pasien Anak Rawat Jalan Di Blud Rs Ratu Zalecha Martapura : Prevalensi Dan Pola Peresepan Obat. Prosiding Seminar Nasional & Workshop “Perkembangan Terkini Sains Farmasi & Klinik 5,” 5, 268–273. Google Scholar

 

Nelson, E. C., Eftimovska, E., Lind, C., Hager, A., Wasson, J. H., & Lindblad, S. (2015). Patient Reported Outcome Measures In Practice. Bmj, 350. Google Scholar

 

Rossefine, E. F. (2013). Evaluasi Kualitatif Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Paska Bedah Dengan Metode Gyssens Di Ruang Inap Terpadu Rsup. H. Adam Malik Periode Juli-September 2012. Google Scholar

 

Widjaja, A. C. (2002). Penanganan Ispa Pada Anak Di Rumah Sakit Kecil Negara Berkembang. Penerbit Buku Kedokteran Egc. Google Scholar

 

 

 

 


Copyright holder:

Ayunda Shita Devi, Rida Emelia (2021)

 

First publication right:

Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under: