Jurnal Health
Sains: pISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398 |
Vol. 1, No.3, September 2020 |
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIkes) Cirebon, Poltekkes Bhakti Pertiwi Husada Email: ikachoirinnisa@gmail.com, elarohaeni21@gmail.com, omacuco07@gmail.com
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Diterima |
Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan penduduk terbesar menempati posisi keempat didunia setelah China, India, Amerika Serikat. Laju pertumbuhan penduduk disuatu daerah disebabkan oleh faktor-faktor demografi, diantaranya adalah Angka Kelahiran dan Angka Kematian. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan akseptor terhadap pemilihan alat kontrasepsi di Polindes Pamengkang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan random sampling pada Polindes Pamengkang Mundu Kabupaten Cirebon. Hasil analisis penelitian menunjukan nilai Pearson Chi-Square hitung sebesar 0,002, maka dapat disimpulkan bahwa h0 ditolak yang berarti ada hubungan pengetahuan akseptor terhadap pemilihan alat kontrasepsi, yang ditunjukan dengan banyaknya responden yang memiliki pengetahuan baik untuk memilih alat kontrasepsi. Penelitian tentang hubungan pengetahuam akseptor terhadap pemilihan alat kontrasepsi di Polindes Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Pengetahuan yang dimiliki akseptor di polindes pamengkang cirebon tentang pemilihan alat kontrasepsi dengan kategori baik yaitu sebesar 29 responden (49,2%). (2) Pemilihan alat kontrasepsi di polindes pamengkang Cirebon tentang pemilihan alat kontrasepsi dengan kategori kurang baik yaitu sebesar 26 responden (44,1%) (3) Ada hubungan pengetahuan akseptor terhadap pemilihan alat kontrasepsi di polindes pamengkang kec. Mundu kab Cirebon berdasarkan nilai Pearson Chi- Square hitung lebih kecil dari signifikan 0,05 (0,002 < 0,05). Saran hasil dari penelitian ini yaitu: (1.) Bagi askesptor di polindes pamengkang Akseptor diharapkan untuk dapat meningkatan pengetahuan tentang memilih alat kontrasepsi dengan cara bertanya atau konseling dengan bidan. (2.) Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan pertimbangan untuk meneliti factor yang lebih kompleks pengaruhnya terhadap pemilihan alat kontrasepsi. |
5 September 2020 |
|
Direvisi |
|
12 September 2020 |
|
Disetujui |
|
25
September 2020 |
|
Kata Kunci: |
|
Alat Kontrasepsi Suntik; |
|
Akseptor dan Pengetahuan. |
Ika Choirin Nisa, Ela Rohaeni,
Norma Mardiani
Keywords: Injection Contraceptives; Acceptor and Knowledge. |
ABSTRACT Indonesia is a country with
the largest population growth, occupying the fourth position in the world after
China, India and the United States.
The rate of population growth in a region is caused by demographic factors, including birth
rates and death rates. The purpose
of this study was to find out how knowledgeable acceptors were about choosing contraceptives at
the Pamengkang Polindes. This study
uses a quantitative research method which
can be interpreted as a research method based on the philosophy of positivism. Examining certain populations
or samples, sampling techniques
are generally carried out randomly, data collection uses research instruments, data analysis is quantitative/statistical in nature with the aim of testing the hypotheses that
have been set. This study used random sampling at the
Pamengkang Mundu Polindes, Cirebon
Regency. The results of the research analysis show that the calculated Pearson Chi-Square value is 0.002, so it can be concluded that h0 is rejected, which means there is a relationship
between the actor's knowledge of the choice
of contraceptives as indicated by the number
of respondents who have good knowledge in choosing contraceptives. Research on the relationship between acceptors' knowledge of the choice
of contraceptives at the Pamengkang Polindes, Mundu District, Cirebon Regency can be concluded as follows: (1) The knowledge possessed by acceptors at the Pamengkang Polindes Cirebon regarding the selection of contraceptives is in the good category, namely 29 respondents (49.2%). (2) The choice of contraceptives at the Pamengkang Polindes Cirebon regarding the selection of contraceptives was
in the unfavorable category, namely
26 respondents (44.1%) (3) There was a relationship between
acceptors' knowledge about
the selection of contraceptives at the Pamengkang
Polindes, kec. Based on the Pearson
Chi-Square value, Mundu District, Cirebon Regency, it is significantly less than 0.05 (0.002
<0.05). The results of this study suggest: (1.) For questioners at the Pamengkang polindes it is hoped that
acceptors can increase their knowledge about
choosing contraceptives by asking questions or counseling with
midwives. (2.) Furthermore, researchers as material
considerations to examine factors that are more complex in their influence on the selection of
contraceptives. |
Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan penduduk terbesar menempati posisi keempat didunia setelah China, India, Amerika Serikat. Laju pertumbuhan penduduk disuatu daerah disebabkan oleh faktor-faktor demografi, diantaranya adalah Angka Kelahiran dan Angka Kematian (Anggraini, 2011).
Jumlah penduduk di Indonesia berdasarkan survei penduduk antar sensus jumlah penduduk Indonesia pada 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa (Masulani, 2019). Jenis kelamin, jumlah
tersebut terdiri atas 134 juta jiwa laki-laki dan 132,89 juta jiwa perempuan. Jumlah penduduk didunia pada tahun 2015 diperkirakan sebesar 7,3 milyar jiwa atau bertambah 1.1182% dari tahun sebelumnya 7,2% milyar jiwa. Penduduk dunia diperkirakan naik menjadi 8,1 milyar jiwa pada tahun 2025 dari jumlah 7,2 milyar saat ini. Jumlah ini akan terus berkembang menjadi 9,6 milyar pada tahun 2050.
Menurut World Population Data Sheet 2014, Untuk mengatasi peningkatan jumlah penduduk, Indonesia dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Bencana Nasional (BKKBN), yang salah satu programnya adalah
104
Syntax Health
Sains Vol 1 Nomor 3
September 2020
Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon
Keluarga Berencan (KB) dengan penggunan kontrasepsi yang bertujuan menciptakan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Mulyani & Rinawati, 2013).
Dalam upaya program ini pemerintah menyarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi pada pasangan usia subur (Fadhila et al., 2017). Metode kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, yang bersifat sementara dan besifat permanen dengan cara pencegahan terbuahinya sel telur oleh sperma (Konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding Rahim (Mulyani & Rinawati, 2013).
Metode alat kontrasepsi yang digunakan diindonesia dibagi menjadi 2 yaitu metode kontrasepsi hormonal dan kontrasepsi non- hormonal. Metode kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi yang bertujuan untuk mencegah kehamilan, dengan cara menghambat terjadinya ovulasi, mengentalkan lendir serviks dan mencegahnya terjadi implantasi (Widyaningsih & Isfaizah, 2019). Jenis kontrasepsi hormonal terdiri dari Implant, Suntik KB, KB Pil. Sedangkan metode kontrasepsi non hormonal adalah berbagai macam atau metode untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan cara mencegah sperma masuk kesaluran reproduksi wanita dan mencegah terjadinya implantasi (Hayati et al., 2017). Metode ini dibagi 3 yaitu Kontrasepsi Teknik yang terdiri dari sengama Terputus (Coitus Interuptus), Metode Kalender dan MAL (Metode Amenorea Laktasi). Kontrasepsi Mekanik yang terdiri dari Kondom, Diafragma dan IUD ( Intra Uterin Device) atau alat Kontrasepsi Dalam Rahim (ADR) . Kontrasepsi Strelisiasasi yang terdiri dari Tuomi atau medis Operatif Wanita (MOW) dan Vasektomi atau Mdis Operation Pria (MOP) (Nisa et al., 2020).
Dalam upaya penyelenggaraan kesehatan, ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapat prioritas. Oleh
karena itu, upaya peningkatan kesehatan ibu penting untuk dilakukan pemantauan. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang peka dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat disuatu negara (Hayati et al., 2017). Kematian ibu menurut defisini WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/ cidera Keluarga Berencana (KB) sangat berkaitan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) (Wahyuni & Hanna, 2017). Tetapi saat ini rata-rata cakupan KB nasional masih angka di angka 60% (Sukmadinata, 2010).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per
100.000 kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu sedikit signifikan.Target global MDGs (Millenium Development Goals) ke-5 adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Mengacu pada kondisi saat ini, potensi untuk mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI adalah off track, artinya diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya (Sukmadinata, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO), KB adalah suatu tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan kelahiran ynag diinginakn, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga, salah stau program KB adalah penggunaan alat Kontrasepsi (Wibowo et al., 2012).
Keluarga Berencana merupakan suatu upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Keluarga Berencana memiliki
Syntax Health Sains
Vol 1 Nomor 3 September 2020 105
peranan dalam menrunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, menunda kehamilan atau membatasi kehamilan. Pelayanan Keluarga Berencana merupakan upaya pelayanan kesehatan preventif yang dasar dan utama .
KB mempunyai peranan dalam menurunkan resiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan melaui pendewasaan usia hamil, dan menjarangkan kehamilan atau membatasi kehamilan bila anak dianggap sudah cukup. Setiap wanita berhak untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses terhadap metode KB yang mereka inginkan, meliputi keefektifan, keamanan, keterjangkauan, dan juga metode-metode pengendalian kehamilan yang tidak bertentangan dengan hukum dan perundangan-undangan yang berlaku (Pinem, 2009).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan April 2019 dengan membagikan kuesioner 10 responden di wilayah Polindes Pamengkang, dari 10 responden dengan cara didapatkan hasil: 6 Ibu yang tidak tahu mengenai jenis-jenis metode kontrasepsi, tidak tahu mengenai siapa saja yang dapat menggunakan kontrasepsi, beserta
efek sampingnya. 4 orang kurang mengetahui tentang jenis-jenis metode kontrasepsi hanya mengetahui tentang efek samping dari KB. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan akseptor terhadap Pemilihan Alat Kontrasepsi di Wilayah desa Pamengkang Kabupaten Cirebon..
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Meneliti pada populasi
atau sampel tertentu,
teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan random sampling pada Polindes Pamengkang Mundu Kabupaten Cirebon..
A. Analisis Univariat.
1. Pengetahuan Akseptor
Pengetahuan Akseptor dapat dilihat pada table dibawah ini :
Distribusi Frekuensi
Responden Menurut Pengetahuan Akseptor
Variabel |
Kelompok Intervensi |
|
Kelompok Kontrol |
|||
|
Mean |
Min-Max |
SD |
Mean |
Min-Max |
SD |
Umur |
16.33 |
15-18 |
0.802 |
16.33 |
15-17 |
0.661 |
Umur Menarch |
11.13 |
9-14 |
1.196 |
11.60 |
9-14 |
1.567 |
Siklus Menstruasi |
29.77 |
18-35 |
5.829 |
30,27 |
25-47 |
4.008 |
BB |
48 |
35-60 |
7.139 |
61 |
40-63 |
5,500 |
TB |
156,77 |
140-172 |
7,074 |
155,80 |
146-175 |
5,536 |
Indeks Masa Tubuh |
19.53 |
14-23 |
2.417 |
19,93 |
13-25 |
2,333 |
106
Syntax Health
Sains Vol 1 Nomor 3
September 2020
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 59 responden yang diteliti, responden
pada pengetahuan
berdasarkan Pekerjaan Tabel
2. Distribusi FrekuensiResponden Menurut Pemilihan
Alat Kontrasepsi
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Pemilihan Alat Kontrasepsi |
Frekuensi |
Persentase (%) |
Kurang Baik |
26 |
44,1 |
Cukup |
11 |
18,6 |
Baik |
22 |
37,3 |
Total |
59 |
100 |
Analisis bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hasil analisis beberapa variabel bebas dengan variabel terikat dapat dirinci pada table hasil uji chi-square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden tersebut dapat diketahui bahwa umur responden sebagian besar berusia 20-35 tahun terdapat 38 orang (64,4%). Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.
Dalam penelitian ini karakteristik yang diukur adalah pendidikan terakhir responden karena akan berpengaruh terhadap pengetahuan responden tentang kontrasepsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden 18 (30,5%) lulusan sma/smk.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden 29 (49,2%) memiliki pengetahuan tentang kontrasepsi dengan kategori baik. Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti fackor pendidikan, umur, dan pekerjaan.
Hal ini terjadi karena pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang lebih berpendidikan lebih mudah menerima gagasan baru. Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan, karena akseptor dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang makin mudah menerima informasi dan semakin luas pengetahuan. Begitu juga dengan lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman yang dapat diperoleh dari rekan kerja dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang termasuk pengetahuan tentang kontrasepsi suntik.
Hal ini sejalan dengan pendapat (Fitriani & Andriyani, 2015) yang menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai informasi lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang
107
Syntax Health
Sains Vol 1 Nomor 3
September 2020
lebuh luas. Informasi yang diperoleh dari beberapa sumber meningkatkan tingkat pengetahuan sesorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas dan lebih banyak.
Menurut asumsi peneliti, dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa masih ada ibu yang berpengetahuan kurang tentang alat kontrasepsi suntik. Karena berdasarkan hasil penelitian masih banyak ibu yang pendidikannya mayoritas pendidikan menengah atas diperkirakan menjadi satu penyebab, pendidikan yang tinggi akan mempengaruhi seorang pribadi dalam berpendapat, berfikir dan bersikap disamping itu pengetahuan ibu juga kurang diperkirakan karena kurangnya informasi tentang alat kontrasepsi, penyuluhan yang dilakukan bidan dimasyarakat serta kurangnya informasi yang ada di media massa tentang alat kontrasepsi.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pengetahuan akseptor di Polindes Pamengkang, Cirebon jawa barat dalam kategori baik.
Pengetahuan berkaitan dengan pemilihan alat kontrasepsi. Dengan pengetahuan yang baik maka akan berpengaruh terhadap akseptor untuk dapat memilih alat kontrasepsi. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden pada pemilihan alat kontrasepsi kurang baik lebih banyak yaitu sebanyak 26 responden (44,1%). Maka dari pengetahuan akseptor yang baik, akseptor dapat memilih alat kontrasepsi yang baik untuk kondisi tubuhnya.
Berdasarkan hasil penelitian pemilihan alat kontrasepsi di polindes pamengkang yang memilih alat kontrasepsi suntik. Tingginya minat pemakai alat kontrasepsi suntik sebagai pilihan untuk menjarangkan kehamilan, hal ini disebabkan karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan gangguan dan dapat dipakai pasca persalinan.
Menurut (Yustiana, 2015) penggunaan alat kontrasepsi suntik sangat tinggi keefektifitasannya dan angka kegagalannya sangat rendah dibandingkan dengan metode kontrasepsi jenis lain, yang angka kegagalannya hanya 0,1, yang artinya hanya sekitar satu yang akan menjadi hamil diantara sepuluh wanita yang menggunakan alat kontrasepsi suntik. Hal ini membuat injeksi salah satu yang paling efisien dari semua kontrasepsi. Dalam memilih suatu metode, ibu
harus menimbang berbagai faktor termasuk faktor status kesehatan, efek samping, besar keluarga yang diinginkan, kerjasama pasangan dan budaya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dian (2012) di BPS Sri Hastuti Surabaya bahwa pemilihan alat kontrasepsi suntik tinggi, karena alat kontrasepsi sendiri sangat sedikit efek sampingnya dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain dan dengan cara yang sederhana yaitu penyuntikan yang dilakukan satu bulan dan tiga bulan sekali. Sehingga peminat lebih tertarik memilih alat kontrasepsi suntik sebagai pilihan,disamping itu alat kontrasepsi suntik lebih diminati dikarenakan tidak mengganggu aktifitas ibu dan metode kontrasepsi ini lebih nyaman digunakan dan tidak mengganggu hubungan suami istri. Penelitian melibatkan 203 akseptor KB, dan 170 akseptor memilih alat kontrasepsi suntik sebagai alat untuk menjarangkan kehamilan, dari 170 akseptor terdapat 100 akseptor yang memutuskan menggunakan alat kontrasepsi suntik satu bulan dan 70 akseptor memilih menggunakan alat kontrasepsi suntik tiga bulan. Tingginya akseptor yang lebih memilih alat kontrasepsi suntik satu bulan dibandingkan tiga bulan dikarenakan perubahan siklus menstruasi yang ditimbulkan dari KB suntik satu bulan hanya sedikit dibandingkan tiga bulan.
Menurut asumsi peneliti, pemilihan alat kontrasepsi suntik lebih diminati sebagai pilihan untuk menjarangkan kehamilan disebabkan karena cara penggunaannya sederhana yaitu hanya melakukan penyuntikan, dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain. Alat kontrasepsi suntik juga tingkat kegagalannya sangat sedikit sehingga alat kontrasepsi suntik ini sangat diminati. Disamping itu alat kontrasepsi jenis suntik lebih nyaman digunakan tanpa harus dikonsumsi setiap hari (pil), tidak mengganggu aktifitas (implant), dan tidak mengganggu hubungan suami istri (IUD) disamping itu efek samping yang ditimbulkan hanya sedikit.
Hasil analisis penelitian menunjukan nilai Pearson Chi-Square hitung sebesar 0,002, maka dapat disimpulkan bahwa h0 ditolak yang berarti ada hubungan pengetahuan akseptor terhadap pemilihan alat kontrasepsi, yang ditunjukan dengan banyaknya responden yang memiliki pengetahuan baik untuk memilih alat
108
Syntax Health
Sains Vol 1 Nomor 3
September 2020
Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon
kontrasepsi.
Hasil uji Chi-Square terdapat pengaruh antara pengetahuan ibu terhadap alat kontrasepsi suntik. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior), yang salah satu tindakannya untuk menjadi peserta KB. Penelitian ini sejalan dengan pendapat (Iswandari et al., 2016) bahwa pengetahuan mengenai pembatasan kelahiran dan keluarga berencana (KB) merupakan aspek penting kearah pemahaman tentang berbagai alat/cara kontrasepsi yang tersedia. Selanjutnya, pengetahuan tersebut akan berpengaruh kepada pemilihan alat/cara kontrasepsi yang tepat dan efektif. Pengetahuan responden mengenai kontrasepsi diperoleh dengan cara menanyakan semua jenis alat atau cara kontrasepsi yang pernah didengar untuk menunda atau menghindari terjadinya kehamilan dan kelahiran.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Muhtaram, N.D.) yang melakukan penelitian hubungan pengetahuan KB dengan pemilihan alat kontrasepsi di Kelurahan Srondol Kulon Kecamatan Banyumanik Kota Semarang mendapatkan hasil bahwa pengetahuan berhubungan signifikan dengan pemilihan alat kontrasepsi suntik.
Penelitian tentang hubungan pengetahuam akseptor terhadap pemilihan alat kontrasepsi di Polindes Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon dapat disimpulkan sebagai berikut
Pengetahuan yang dimiliki akseptor di polindes pamengkang cirebon tentang pemilihan alat kontrasepsi dengan kategori baik yaitu sebesar 29 responden (49,2%).
Pemilihan alat kontrasepsi di polindes pamengkang Cirebon tentang pemilihan alat kontrasepsi dengan kategori kurang baik yaitu sebesar 26 responden (44,1%)
Ada hubungan pengetahuan akseptor terhadap pemilihan alat kontrasepsi di polindes pamengkang kec. Mundu kab Cirebon berdasarkan nilai Pearson Chi-Square hitung lebih kecil dari signifikan 0,05 (0,002 < 0,05), Akseptor diharapkan untuk dapat meningkatan pengetahuan tentang memilih alat kontrasepsi
dengan cara bertanya atau konseling dengan bidan.
Anggraini, M. (2011). Pelayanan Keluarga
Berencana. Yogyakarta. Rohima Press.Google Scholar
Fitriani, N. L., & Andriyani, S. (2015). Hubungan antara pengetahuan dengan sikap anak usia sekolah akhir (10-12 Tahun) tentang makanan
jajanan di SD Negeri II Tagog Apu Padalarang Kabupaten
Bandung Barat tahun 2015. Jurnal Pendidikan
Keperawatan Indonesia, 1(1), 726.
Google Scholar
Iswandari, N. D.,
Handayani, L., & Asi, R. (2016). Analisis
Perilaku Akseptor Keluarga Berencana
Terhadap Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Di Puskesmas Tewah. Dinamika Kesehatan: Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan,
7(2), 193209. Google Scholar
Masulani, I.
(2019). Transformasi Budaya Organisasi Antar Lintas Generasi Di Pt Semen Indonesia
(Persero) Tbk. Untuk Mewujudkan World Class Engineering Company. Universitas
Syntax Health Sains
Vol 1 Nomor 3 September 2020 109
Internasional Semen Indonesia. Google
Scholar
Muhtaram,
A. (N.D.). Perspektif Muslim Puritan
Tentang Program Keluarga
Berencana: Kasus
Muslim Salafi Di K. Ecamatan
Banyumanik Kota Semarang. Google Scholar
Mulyani, N. S.,
& Rinawati, M. (2013). Keluarga berencana
dan alat kontrasepsi. Yogyakarta: Nuha Medika. Google Scholar
Pinem, S. (2009). Kesehatan
reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media, 221301. Google Scholar
Wibowo, C. D. T., Notoatmojo, H., & Rohmani,
A. (2012). Hubungan
antara status gizi dengan anemia
pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 3 Semarang. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah, 1(2). Google Scholar
Widyaningsih, A., & Isfaizah,
I. (2019). Hubungan Kontrasepsi Hormonal terhadap Tekanan
Darah di Puskesmas Leyangan Tahun 2018. Indonesian
Journal of Midwifery
(IJM), 2(1).
Google Scholar
Yustiana, S. (2015).
Pengaruh Konseling Kb Terhadap Minat Ibu Untuk Ber Kb Di Dusun Krisik,
Desa Krisik, Kecamatan
Gandusari Kabupaten Blitar. Stikes Patria Husada Blitar.Google Scholar
Copyright holder : Ika Choirin Nisa, Ela Rohaeni, Norma Mardiani (2022) |
First publication right
: Jurnal Health Sains This article is licensed under: |
110
Syntax Health
Sains Vol 1 Nomor 3
September 2020
Pamengkang Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon
Syntax Health Sains
Vol 1 Nomor 3 September 2020 111