PENGARUH METODE PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TB DALAM PENCEGAHAN TB DI PUSKESMAS AEK PAROMBUNAN KOTA SIBOLGA
Hotmauli Manik, R.Kintoko Rochadi,
Fazidah Aguslina Siregar
Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan, Sumatera Utara,
Indonesia
Email
: hotmaulimanik74@gmail.com
info artikel |
abstrak |
Tanggal diterima: 2
September 2020 Tanggal revisi: 10
September 2020 Tanggal yang diterima:
15 September 2020 |
Penyakit
Tuberkulosis (TB) masih menjadi permasalah kesehatan di dunia hingga saat
ini, World Health Organization
melaporkan bahwa 10 juta kasus baru TB dengan jumlah kasus relatife stabil.
Kasus TB ini, sebagian besar berada di negara berkembang, diantaranya di
Indonesia. Upaya pengendalian TB secara Nasional telah dilakukan dengan
program DOTS (Directly Observed
Treatment Shourt Course),
program ini adalah pengawasan langsung pengobatan dengan jangka pendek.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh promosi kesehatan terhadap
pengetahuan dan sikap penderita TB dalam pencegahan TB di Puskesmas Kota
Sibolga. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan rancangan
pretest-posttest control group design. Jumlah sampel dalam penelitian
sebanyak 15 orang. Sebelum melakukan analisis data dilakukan uji Saphiro-wilk dan diperoleh data
berdistribusi normal, kemudian dilanjutkan analisis data uji paired t-test dan diperoleh nilai
rerata pengetahuan dari 13,40 menjadi 22,73 dengan nilai p = 0,000 dan niai rerata sikap dari 9,67 menjadi 12,47 dengan
nilai p = 0,000 yang artinya bahwa
ada pengaruh kombinasi ceramah dan audiovisual/film
terhadap pengetahuan dan sikap penderita TB. Berdasarkan hasil uji tersebut
dapat disimpulkan bahwa pemberian promosi kesehatan dengan metode kombinasi
ceramah dengan media audiovisual
berpengaruh terhadap perubahan pengetahuan dan sikap penderita TB dalam
pencegahan TB. Oleh karena itu diperlukan pengembangan media promosi
kesehatan secara terus menerus terkait pencegahan penyakit TB. |
Kata kunci: Promosi Kesehatan, Audiovisual,
Tuberkulosis |
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah merupakan
suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mikrobacterium tubercolusis. Penyait TB merupakan salah satu
penyakit infeksi yang meyerang tubuh organ lain termasuk saluran pernafasan
atau paru-paru (Kemenkes RI,2018). World Health
Organization (WHO) tahun 2018 memperkirakan 10 juta kasus baru penyakit TB dan
jumlahnya realtif stabil dalam beberapa tahun kebelakang, Secara global ada 1,2
juta kematian yang diakibatkan penyakit TB dan diperkirakan 1 juta kasus pada
TB anak dengan kematian 140,000 tiap tahunnya (International,
2018) Secara geografis penderita TB sebagian besar terdapat
di Asia Tenggara (44%), Afrika (24%), Pasifik Barat (18%), Mediterania bagian
Timur (8%), dan Amerika dan eropa (3%).
Delapan
negara penyumbang 67 persen kasus TB baru adalah India (27%), Cina (9%),
Indonesia (8%), Filipina (6%), Pakistan (6%), Nigeria (4%) dan Banglades (4%) (WHO, 2019). Indonesia menempati posisi ketiga dangan kasus TB tertinggi di
dunia, dimana kasus TB di Indonesia masih merupakan penyebab nomor empat
kematian setelah penyakit kardiovaskular. Kasus TB di Indonesia
mengalami peningkatan menurut laporan Pusat Data dan Informasi (InfoDATIN)
tahun 2018, diperkirakan 298.128 kasus TB untuk semua tipe setara dengan 115
per 100.000 penduduk, kasus TB BTA positif sebanyak 156.723 atau setara dengan
61 per 100.000 penduduk pada tahun 2016. Tahun 2017 jumlah kasus TB untuk semua
tipe naik menjadi 360.770 kasus setara dengan 138 per 100.000 penduduk, TB BTA
positif sebanyak 168.412 kasus setara dengan 64 per 100.000 penduduk. Tahun 2018 kasus TB untuk semua tipe
511.873 kasus setara dengan 193 per 100.000 penduduk,TB BTA positif sebanyak
204.394 setara dengan 77 per 100.000 penduduk.
Pasien TB BTA positif merupakan
sumber penularan, pada waktu batuk atau bersin. Penelitian
Amin dan Asri (2017) menyatakan kuman TB ditularkan melalui percikan dahak saat
penderita TB Paru batuk, bersin, berbicara atau meludah.
Penularan
TB dipengaruhi oleh faktor perilaku dari pasien, keluarga, dan masyarakat.
Peran serta penderita TB sangat penting dalam mencegah dan
memutus rantai penularan TB (Fitria dan Muthia, 2016). Penelitian Suharyo (2013) mengatakan beberapa faktor yang
mengakitbakan penularan penyakit TB salah satu adalah kebiasaan buruk pasien TB
yang meludah sembarangan.
Menurut (Mardiatun., Dwi, A.S., Haqiqi, 2019) Keberhasilan
pengobatan dan pencegahan TB tergantung pada pengetahuan pasien dan adanya
dukungan keluarga serta informasi yang didapat tentang upaya pencegahan
penularan TB. Kurangnya informasi yang diperoleh pasien akan
mempengaruhi perilaku pasien untuk melakukan upaya pencegahan penularan TB.
Jika hal ini dibiarkan akanmemberikan dampak buruk yaitu penularan TB akan semakin meluas dan angka kesakitan akibat TB akan terus
meningkat yang mengakibatkan angka kematian akan terus bertambah.
Penelitian yang dilakukan
Marwansyah dan Hidayat (2015), bahwa pemberdayaan keluarga penderita TB menjadi
Pengawas Menelan Obat (PMO) berpengaruh terhadap melaksanakan tugas kesehatan
keluarga dalam pencegahan dan pengobatan TB.
Provinsi Sumatera Utara tahun 2017 dengan
kasus insiden TB sebesar 104,3 per 100.000 penduduk terjadi peningkatan pada
tahun 2018 yaitu kasus insiden 226 per 100.000 penduduk dengan kesembuhan
mencapai 85,52 persen (Profil Dinkes Prov. Sumatera Utara, 2018). Kota Sibolga terdapat proporsi
penderita TB.
Paru sebanyak 21,1 persen dengan tingkat kesembuhan
hanya 70,1 persen (Profil Dinkes Prov. Sumatera Utara, 2017).
Survei
pendahuluan pada 10 responden yang diwawancarai, didapat perilaku batuk menutup
mulut sebanyak 3 org (30%), buang dahak sembarangan 8 org ( 80 %) dan responden
tahu tentang penularan TB hanya 3 (30 %).
Survei pendahuluan yang telah
dilakukan diketahui bahwa data tersebut masih jauh dari yang diharapkan dan
hasilnya juga kurang baik, hal ini juga dikarenakan tingkat pengetahuan mereka
tentang TB masih sangat minim.
Hal ini juga dapat disimpulkan bahwa mereka penderita TB tersebut masih
berperilaku jauh dari menjaga dirinya untuk tidak menularkan kepada orang lain termasuk keluarganya. Bahkan ketika mereka ditanya
tentang bahaya penyakit TB pada umumnya mereka belum mengerti bahaya TB itu,
yang mereka tahu hanya batuknya saja, mereka tidak tahu kalau batuknya itu bisa
menularkan kepada orang lain termasuk keluarga.
Menurut Wahyuni dalam (Salindri,
2018) Salah satu kegiatan promosi kesehatan adalah
pendidikan kesehatan yang dapat dilakukan melalui metode ceramah sehingga pesan
penanggulangan TB dapat berjalan dengan baik dan optimal. Metode
ceramah adalah metode yang paling sering digunakan untuk membagi pengetahuan
dan fakta kesehatan, karena metode ceramah ini lebih mudah dan murah dari segi
waktu, biaya dan tenaga.
Beberapa
penelitian menyatakan bahwa metode ceramah yang selama ini dilaksanakan kurang
efektif. Tetapi metode ceramah inilah yang sering dan
masih dilakukan dibeberapa puskesmas di Kota Sibolga. Melihat
hal tersebut maka dianggap perlu menampilkan metode kombinasi dengan media agar
dapat meningkatkan pengetahaun dan sikap penderita TB dan masyarakat dalam
pencegahan penularan TB.
Penelitian
(Kristianto,
H., & Badira, 2019) mengatakan ada pengaruh media
ceramah dan leaflet terhadap pengetahuan dan perilaku penderita TB dalam
pengobatan TB, tetapi tidak ada pengaruh media ceramah dan leaflet terhadap
sikap penderita TB dalam pengobatan TB.
Salah
satu metode dalam promosi kesehatan adalah metode ceramah yang bertujuan
menyampaikan ide atau pesan kepada orang lain. Penyampaian
ide atau informasi juga dapat dilakukan melalui media promosi kesehatan yang
salah satunya adalah media audiovisual yaitu pemutara film atau video.
Penelitian (Fadilah,
M., Syakurah, R. A., & Fikri, 2019) menyatakan metode ceramah dan
media audiovisual sama-sama efektif meningkatkan pengetahuan siswa sekolah
dasar tentang penyakit TB.
Penelitian
Jusniati (2012) menyatakan media audiovisual cukup efektif terhadap peningkatan
pengetahuan ibu dalam merawat bayi. Penelitian yang
dilakukan Habibah (2014) menyatakan media audiovisual lebih efektif untuk
meningkatkan pengetahuan keluarga dalam pencegahan penularan TB. Penelitian yang dilakukan oleh Buang (2015), pendidikan audiovisual
lebih efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan perilaku hidup sehat keluarga
tentang pencegahan penularan TB.
Dari uraian diatas peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang sama dengan menggunakan
kombinasi metode ceramah dan media audiovisual
berupa pemutaran film, untuk melihat sejauh mana peningkatan pengetahuan dan
sikap penderita TB dapat berubah dalam pencegahan penularan penyakit TB.
Metode
Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan desain Quasi
Eksperimen (eksperimen semu).
Rancangan penelitian ini adalah One Group
Pretest – Posttest, yaitu rancangan ini tidak ada kelompok pembanding
(kontrol), tetapi telah dilakukan observasi pertama atau sebelum intervensi (pretest) yang dapat dilihat adanya perubahan
yang terjadi setelah intervensi diberikan (Sulistyaningsih,
2011). Jumlah populasi yaitu 47
Penderita TB dengan jumlah sampel sebanyak 15 responden. Pengambilan sampel menggunakan Teknik non probability sampling dengan pendekatan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan atas
pertimbangan dan sesuai kriteria yang dikehendaki peneliti. Pengumpulan data berupa kuisioner yang terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil uji validitas menunjukkan bahwa 24
pernyataan valid dari 25 pertanyaan tentang pengetahuan penderita TB, dengan
nilai reabilitas dalam penc=0,760
yang artinya koesioner tersebut valid dan reliabel untuk digunakan sebagai instrument dalam penelitian. Kuesioner
sikap dari 15 pertanyaan didapat hasil ujinya semua valid dengan nilai
reabilitas dalam penc=0,765 artinya bahwa instrument ini juga reliabel
digunakan dalam penelitian.
Hasil Penelitian
Hasil
dalam penelitian dapat diuraikan sesuai dengan tabel dibawah ini:
1.
Analisis
Univariat
Tabel 1
Distribusi Karakteristin Responden
Karakteristik |
Responden |
|
N |
% |
|
Umur < 20 20-40 > 40 |
2 7 6 |
13,3 46,7 40,0 |
Jenis Kelamin Laki-laki perempuan |
6 9 |
40,0 60,0 |
Pendidikan SD SLTP SLTA |
5 4 6 |
33,3 26,7 40,0 |
Pekerjaan Buruh harian Nelayan Ibu rumah tangga Wiraswasta Tidak bekerja |
2 2 8 2 1 |
13,3 13,3 53,3 13,3 6,8 |
Status perkawinan Kawin Tidak kawin |
13 2 |
86,7 13,3 |
Berdasarkan tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa umur responden paling
banyak 20-40 tahun sebanyak 7 orang (46,7%), jenis kelamin responden laki-laki sebanyak 6
orang (40%) dan perempuan sebanyak 9 orang (60%), pendidikan SD sebanyak 5
orang (33,3%), SLTP sebanyak 4 orang (26,7%), SLTA sebanyak 6 orang (40%), pekerjaan
buruh harian sebanyak 2 orang (13,3%), nelayan sebanyak 2 orang (13,3%), ibu
rumah tangga sebanyak 8 orang (53,3%), wiraswasta sebanyak 2 orang (13,3%),
tidak bekerja sebanyak 1 orang (6,8%) status kawin sebanyak 13 orang (86,7%)
dan status tidak kawin sebanyak 2 orang (13,3 %).
Tabel 2
Distribusi
Pengetahuan dan sikap Responden sebelum dan sesudah intervensi dengan
Ceramah dan Audiovisual/film.
Variabel |
Terendah |
Tertinggi |
Rata-rata |
Simpangan Baku |
Pengetahuan pretest |
11 |
17 |
13,40 |
1.920 |
Pengetahuan posttest |
21 |
24 |
22,73 |
.884 |
Sikap pretest |
8 |
12 |
9,80 |
1.175 |
Sikap posttest |
10 |
15 |
12,47 |
1.598 |
Dari uraian tabel 2. diatas dapat dilihat hasil pengukuran
pengetahuan dan sikap responden sebelum diberikan intervensi (pretest) diperoleh dari 24 soal
pengetahuan tentang pencegahan TB dan 15 soal sikap tentang pencegahan TB
didapat bahwa nilai pengetahuan terendah 11 dan tertinggi 17 dengan nilai
rata-rata sebesar 13,40 dengan simpangan baku 1,920 terjadi peningkatan
pengetahuan setelah diberikan intervensi (posttest)
pengetahuan terendah 21 dan pengetahuan tertinggi 24 dengan rata-rata 22,73
dengan simpangan baku 884. Hasil pengukuran sikap responden sebelum diberikan
intervensi (pretest) dari soal yang
diberikan sebanyak 15 tentang pencegahan TB maka nilai sikap terendah 8 dan
tertinggi 12 dengan rata-rata 9,80 dengan simpangan
baku 1,175 dan setelah diberikan intervensi (posttest)
dari sikap responden terendah 10 dan tertinggi menjadi 15 dengan rata-rata
12,47 pada simpangan baku 1,598 hal ini dapat dilihat terjadi peningkatan
pengetahuan dan sikap responden setelah diberi intervensi.
Tabel 3
Kategori Pengetahuan dan Sikap Responden
sebelum dan sesudah diberikan intervensi dengan Ceramah dan Audiovisual/film
Kategori |
Sebelum |
Sesudah |
||
F |
% |
F |
% |
|
Pengetahuan Rendah Tinggi |
12 3 |
80,0 20,0 |
15 |
100 |
Total |
15 |
100 |
15 |
100 |
Sikap Kurang baik Baik |
11 4 |
73,3 26,7 |
1 14 |
6,7 93,3 |
Total |
15 |
100 |
15 |
100 |
Tabel 3. diatas menunjukkan tingkat pengetahuan sebelum
diberikan intervensi tentang pencegahan TB melalui ceramah dan audiovisual berupa pemutaran film
pengetahuan rendah sebanyak 12 orang (80,0 %), pengetahuan tinggi 3 orang
(20,0%) setelah diberikan intervensi maka pengetahuan responden mengalami
peningkatan yaitu pengetahuan responden menjadi tinggi sebanyak 15 orang
(100%). Sikap responden sebelum diberi intervensi kurang baik sebanyak 11 orang
(73,3%) dan sikap yang baik sebanyak 4 orang (26,7%), setelah diberikan
intervensi maka sikap responden mengalami peningkatan yaitu sikap kurang baik
sebanyak 1 orang (6,7%) dan sikap yang baik menjadi 14 orang (93,3%).
2.
Analisis
Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk
menguji perbedaan pengetahuan dan sikap responden tentang pencegahan TB sebelum
dan sesudah mendapat intervensi.
Pengujian statistik yang digunakan
pada penelitian ini menggunakan uji paired
t- test, setelah terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data, dan didapat
hasilnya data berdistribsusi normal yaitu sig. > 0,05.
Tabel 4
Uji normalitas data
Variabel |
Signifikansi Shapiro wilk |
Distribusi
data |
Pengetahuan pretest |
0,060 |
Normal |
Pengetahuan
posttes |
0,063 |
Normal |
Sikap
pretest |
0,133 |
Normal |
Sikap
posttest |
0,137 |
Normal |
Tabel 4 menunjukkan hasil uji normalitas menggunakan
uji statistik Shapiro wilk diatas
bahwa variabel pengetahuan dan sikap sebelum dan sesudah intervensi ceramah dan
Audiovisual/film diperoleh hasil sig. > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa data tersebut diatas berdistribusi normal, sehingga untuk uji
statistik yang akan dipakai adalah uji
paired t- test.
Hasil analisis perbedaan pengetahuan dan sikap
responden sebelum dan sesudah mendapatkan intervensi berupa ceramah dan Audiovisual/film dengan menggunakan uji paired t-test dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 5
Perbedaan
Pengetahuan dan Sikap Responden sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
Variabel |
Rerata |
Simpangan baku |
P value |
Pengetahuan pretest |
13,40 |
1,920 |
0,000 |
Pengetahuan posttest |
22,73 |
884 |
|
Sikap pretest |
9,67 |
1,175 |
0,000 |
Sikap posttest |
12,47 |
1,598 |
Hasil Tabel 5 menunjunkkan bahwa rerata pada variabel
pengetahuan penderita TB sebelum dilakukan intervensi berupa ceramah dan audiovisual/film sebesar 13,40 dengan simpangan baku 1,920, rerata pada pengetahuan
penderita TB setelah diberi intervensi sebesar
22,73 dengan simpangan baku 884. Hasil uji statistik menggunakan uji paired t-test didapat nilai p value
yaitu 0,000 < 0,05 yang artinya bahwa ada perbedaan yang signifikan pada pengetahuan penderita TB
tentang pencegahan TB sebelum dan sesudah intervensi, sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang bermakna
secara signifikan dari pemberian metode ceramah dan audiovisul/film terhadap tingkat pengetahuan penderita TB tentang
pencegahan TB.
Rerata variabel sikap penderita TB
pada Tabel 5. menunjunkkan bahwa
sikap penderita TB sebelum dilakukan intervensi berupa ceramah dan audiovisual/film sebesar 9,67 dengan
simpangan baku 1,175 dan rerata sikap
penderita TB setelah diberi intervensi sebesar 12,47 dengan simpangan baku
1,598. Hasil uji statistik menggunakan uji
paired t-test didapat nilai p value yaitu
0,000<0,05 yang artinya bahwa ada perbedaan yang signifikan pada sikap penderita TB tentang pencegahan TB sebelum
dan sesudah diberi intervensi, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
yang bermakna secara signifikan dari pemberian metode ceramah dan audiovisul/film terhadap sikap penderita
TB tentang pencegahan TB.
Pembahasan
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan diketahui bahwa penggunaan metode dan media promosi kesehatan melalui ceramah
dan audiovisual/film yang dipilih
sebagai sarana penyebaran informasi kepada masyarakat dapat berpotensi secara
signifikan dalam menaikkan skor pengetahuan dan sikap penderita TB tentang
pencegahan TB. Pengetahuan dan sikap penderita TB
dalam pencegahan TB sesudah pemberian intervensi mengalami peningkatan skor.
Hasil penelitian diperoleh pengetahuan penderita TB
sebelum intervensi dengan rerata sebesar 13,40 mengalami peningkatan sesudah
intervensi dengan rerata sebesar 22,73 dilakukan uji statistik paired t - test didapat nilai ρ value 0,000 < 0,05, yang artinya bahwa ada
pengaruh yang signifikan pada pengetahuan penderita TB dalam pencegahan TB
sesudah diberikan intervensi.
Hasil penelitian diperoleh sikap penderita TB sebelum
intervensi dengan rerata sebesar 9,80 mengalami peningkatan sesudah intervensi
dengan rerata sebesar 12,47 dilakukan uji statistik paired t - test didapat nilai ρ
value 0,000 < 0,05, yang artinya
bahwa ada pengaruh yang signifikan pada sikap penderita TB dalam pencegahan TB
sesudah diberikan intervensi.
Pengaruh dari metode dan media promosi kesehatan yang
digunakan dapat memberikan dampak kepada sipenerima untuk diterima atau
ditangkap melalui panca indera, jadi, semakin banyak indera yang digunakan
untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas informasi yang
disampaikan sehingga informasi dapat dengan mudah dipahami oleh sipenerima. Menurut
(Notoatmodjo, 2018), kemampuan daya serap manusia 2,5%, melalui
pengecapan, 3,5% melalui perabaan, 1% melalui penciuman, 11% melalui
pendengaran dan penglihatan 82%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Edyaty
(2014) menyatakan adanya peningkatan sebesar 80% pada pengetahuan dan sikap
responden sesudah diberi informasi melalui media audiovisual/video.
Proses penyampaian informasi dengan tulisan saja
dianggap kurang efektif sehingga pada penelitian ini ceramah dipadukan dengan audiovisual berupa gambar yang bergerak
dapat menarik perhatian dari penerima pesan agar pesan yang disampaikan dapat
diingat lama. Hal ini sejalan dengan penelitian (Anestya, 2018) menyatakan ada pengaruh media audiovisual/video terhadap pengetahuan siswa dalam pemilihan
jajanan. Penelitian (Prabawati, 2017) juga mengatakan adanya pengaruh media audiovisual terhadap pengetahuan kader
kesehatan dalam melakukan SADARI.
Pemberian informasi dengan
menggunakan metode ceramah dan media audiovisual
dapat berpengaruh langsung terhadap perubahan pengetahuan dan sikap penderita
TB dalam pencegahan TB, dimana hal tersebut dapat memotivasi mereka sehingga
berperilaku lebih baik. Peningkatan pengetahuan dan sikap yang baik dari penderita TB
setelah mendapat intervensi atau informasi baru melalui audiovisual yang dierima dengan harapan mereka dapat berperilaku
lebih baik dalam menjaga, mencegah, menghindari atau mengatasi resiko yang
telah terjadi. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menimbulkan
rasa percaya diri maupun sisikap dan perilaku kelompok masyarakat setiap
harinya, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting dalam terbentuknya sikap dan tindakan seseorang (Notoadmodjo,2013). Pengetahuan akan upaya
pencegahan penyakit TB bisa didapatkan dari berbagai sumber seperti media masa,
media elektronik, serta penyuluhan dan pendidikan kesehatan. Salah satu metode
untuk memberikan Pendidikan kesehatan adalah dengan menggunakan metode ceramah
dan media audiovisual/film, media audiovisual dapat menyampaikan pesan melalui
alat bantu yang digunakan untuk memberikan informasi kesehatan kepada
masyarakat maupun kelompok (Notoatmodjo, 2018) Peningkatan minat terhadap media pembelajaran
audiovisual tentunya lebih besar dari pada media proyeksi, hal ini disebabkan
karena Audiovisual dapat menampilkan gambar
yang bergerak sehingga minat dan keinginan responden untuk mengikuti pendidikan
kesehatan semakin tinggi. Keinginan responden dalam mengikuti pendidikan
kesehatan akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap mereka, (Azwar, 2013) menyatakan semakin tinggi minat responden dalam
mengikuti penyuluhan kesehatan akan berdampak pada peningkatan pengetahuan
responden tentang pencegahan penyakit TB, sehingga akan terbentuk sikap yang
baik dalam upaya pencegahan penyakit TB.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
bahwa terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap penderita TB sebelum dan sesudah
diberi intervensi dengan kombinasi metode ceramah dan media audiovisual/film. Pengetahuan penderita TB dalam penceghan TB sebelum
intervensi dengan rerata 13,40 dan sesudah intervensi meningkat dengan rerata 22,73, sedangkan pada
sikap didapat nilai sebelum intervensi dengan rerata 9,67 dan sesudah
intervensi meningkat dengan rerata 12,47. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa promosi kesehatan dengan metode ceramah dan audiovisual/film
memberi pengaruh terhadap pengetahuan dan sikap penderita TB dalam pencegahan
TB di Puskesmas Aek Parombunan Kota Sibolga.
Saran
Promosi kesehatan perlu
dilakukan secara rutin dan teratur dengan menggunakan metode dan media yang
lebih menarik sehingga orang lain atau
masyarakat dapat dengan mudah memahami apa yang disampaikan kepada mereka. Bagi
Pemerintah setempat khususnya Dinas Kesehatan Kota Sibolga agar dapat merancang
strategi promosi kesehatan yang lebih baik dalam penurunan kasus TB melalui
program pencegahan TB. Pada Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
mengembangkan penggunaan metode dan media promosi kesehatan yang lain dalam penyebaran informasi kesehatan yang lebih baik
dan lebih menarik.
Anestya, M. (2018). Pengaruh Pendidikan Gizi Dengan Media
Video Terhadap Pengetahuan Siswa Dalam Pemilihan Jajanan Di SMP Muhammadiyah 10
Surakarta. Nutri-Sains, 2.
Azwar, Saifudin. (2013). Sikap Manusia Teori dan
Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Fadilah, M., Syakurah, R. A., & Fikri, M. Z. (2019).
Perbandingan Promosi Kesehatan melalui Media Audiovisual dan Metode Ceramah
terhadap Tingkat Pengetahuan Anak SD mengenai Penyakit TB Paru. SRIWIJAYA
JOURNAL OF MEDICINE.
International, World Health Organization. (2018). Global
Tubercolosis Report 2018.
Kristianto, H., & Badira, M. (2019). Metode Dan Media
Promosi Kesehatan Terhadap Perubahan Perilaku Pengobatan Penderita TB Paru Di
Wilayah Puskesmas Putat Jaya Kota Surabaya. Jurnal Keperawatan Dan Kebidanan.
Mardiatun., Dwi, A.S., Haqiqi, I. (2019). Efektivitas
Pendidikan Kesehatan Dengan Video Tentang Pencegahan Penularan Penyakit
Terhadap Pengetahuan Pasien Tuberculosis Di Wilayah Kerja Puskesmas Sedau Tahun
2019. Jurnal Keperawatan Terpadu.
Notoatmodjo, S. (. (2018). Metodologi Penelitian
Kesehatan, Jakarta. Rineka Cipta.
Prabawati. (2017). Pengaruh Penyuluhan Dengan Video Terhadap
Pengetahuan dan Keterampilan Kader Kesehatan Untuk Melakukan SADARI di Desa Sumber
Mulyo Bambanglipuro Bantul. Universitas Aisyah Yogyakarta.
Salindri, G. (2018). Pengaruh Penyuluhan Tentang TB Paru
Terhadap Motivasi Penderita TB Dalam Program Pengobatan Di Puskesmas Pasokan
Kabupaten Tojo Una-Una.
Sulistyaningsih. (2011). Metodologi Penelitian Kebidanan
Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta. Graha Ilmu.
Copyright holder: Hotmauli Manik, R.Kintoko Rochadi, Fazidah
Aguslina Siregar (2020) |
First publication right: Jurnal Health Sains |
This
article is licensed under: |