PERBANDINGAN SUPERVISI
MODEL PROCTOR DAN MODEL REFLEKTIF DALAM MENINGKATKAN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN
DI
Orenta Sidauruk, Tri
Kurniati dan Luknis Sabri
Universitas
Muhammadiah Jakarta, Universitas Indonesia
Email: orentasidauruk@yahoo.co.id
info
artikel |
abstrak |
Tanggal diterima: 2 September 2020 Tanggal revisi: 10 September 2020 Tanggal yang diterima: 15 September 2020 |
Supervisi keperawatan
merupakan upaya untuk membangun keahlian, peningkatan kemampuan staf
keperawatan dengan memberikan dorongan, bimbingan serta pendampingan. Situasi
pandemic Covid-19 menimbulkan banyak tantangan dalam memberikan pelayanan
keperawatan, namun tetap menuntut pelayanan keperawatan yang bermutu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan supervisi model
proctor dan model reflektif terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang
perawatan Covid-19. Penelitian
merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain Cross Sectional dengan jumlah sample 76
responden yang terbagi pada dua kelompok sample yaitu 39 responden pada
kelompok supervisi model proctor dan 37 responden pada kelompok supervisi
model reflektif. Uji statistic yang digunakan adalah uji chi square dan uji t independen. Berdasarkan analisa data
bivariat, diperoleh adanya pengaruh antara pelaksanaan supervisi model
proctor maupun pelaksanaan supervisi model reflektif terhadap peningkatan
mutu pelayanan keperawatan di ruang perawatan Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan Jakarta. Pada uji t independen ditemukan tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata
mutu pelayanan keperawatan pada kedua kelompok sample. Terdapat pengaruh
antara pelaksanaan supervisi model proctor dan model reflektif terhadap peningkatan
mutu pelayanan keperawatan di ruang perawatan Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan Jakarta, namun tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata
mutu pelayanan keperawatan antara pelaksanaan supervisi model proctor dengan pelaksanaan supervisi model
reflektif. |
Kata kunci: Supervisi Keperawatan, Model Proctor, Model Reflektif,
Mutu Pelayanan Keperawatan |
Pendahuluan
Pelayanan kesehatan yang berkualitas tidak dapat lepas dari pelayanan
keperawatan karena pelayanan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan
kesehatan (Nursalam, 2007). Kualitas
atau mutu pelayanan keperawatan akan sangat menentukan
mutu pelayanan kesehatan disebuah tatanan atau layanan kesehatan serta sangat
mempengaruhi citra sebuah instansi pelayanan kesehatan misalnya citra sebuah
Rumah Sakit (Ritizza,
2013).
Terkait dengan hal tersebut maka dalam situasi apa
pun, kualitas mutu pelayanan keperawatan harus tetap dijaga dan dikembangkan
sehingga dapat memenuhi tuntutan masyarakat.
Seperti kondisi pandemic Covid-19 saat ini, mutu
pelayanan keperawatan harus tetap dijaga sehingga pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien Covid-19 adalah pelayanan yang bermutu dan berkualitas.
Peran seorang manajer keperawatan sangat diperlukan untuk mencapai peningkatan
mutu pelayanan keperawatan tersebut (Pratiwi, 2016). Hal ini
dapat dilakukan dengan melaksanakan fungsi manajemen salah satunya fungsi
pengarahan (Directing) (S, 2016). Salah satu kegiatan dalam pengarahan (directing) adalah kegiatan supervisi keperawatan.
Supervisi keperawatan meliputi segala bantuan
dari seorang atasan/ penanggungjawab keperawatan, dimana kegiatan tersebut ditujukan
untuk pengembangan staf keperawatan sehingga tujuan asuhan keperawatan dapat
dicapai dengan baik (Suyanto 2008). Supervisi juga merupakan upaya untuk membangun keahlian,
peningkatan kemampuan staf keperawatan dengan memberikan dorongan membimbing
serta pendampingan. Menurut (Nursalam, 2015) supervisi
adalah berbagai upaya dalam manajemen keperawatan, yang ditujukan untuk
pemenuhan dan peningkatan pelayanan yang diberikan kepada pasien dan keluarga. Kegiatan ini berfokus pada upaya peningkatan keterampilan dan
kemampuan staf keperawatan dalam melaksanakan tugasnya sebagai perawat.
Melalui proses supervisi diharapkan kualitas pelayanan keperawatan yang
diberikan oleh seorang perawat dapat meningkat. Untuk mencapai tujuan dari
supervisi tersebut, pelaksanaan supervisi harus dilakukan dengan baik (Suarli,
2012).
Salah satu cara melakukan supervisi yang baik adalah
dengan mengaplikasikan model supervisi keperawatan. Beberapa penelitian mengatakan
bahwa supervisi yang dilakukan dengan menggunakan model, mempunyai pengaruh
terhadap keberhasilan dari supervisi dibandingkan dengan supervisi yang
dilakukan tanpa menggunakan model (Turner, 2015a) Penelitian
yang dilakukan oleh Brunero & Parbury (2008) dengan judul The effectiveness of clinical supervision in
nursing: an evidenced based literature review, dimana hasilnya menunjukkan
bahwa model supervisi yang paling efektif untuk pelayanan kesehatan adalah
model proctor. (Turner, 2015b) mengatakan bahwa dengan mengimplementasikan model supervisi
proctor didapatkan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Penelitian lain adalah tentang supervisi model
reflektif. Didalam supervisi model refleksi ada proses refleksi yang dipimpin
oleh seorang supervisor, dimana supervisor akan
menggunakan pertanyaan pemicu. Melalui proses refleksi yang aktif tersebut,
seorang supervisor dapat membimbing perawat karena perawat tersebut akan lebih memahami praktek keperawatan yang dilakukan
(Driscoll, 2007). Study rivew literature yang dilakukan oleh (Suryaningsih, D., & Dwiantoro, 2017) menemukan
bahwa dari berbagai model supervisi, model yang paling efektif adalah model
Proctor dan model reflektif.
Semua penelitian yang telah dilakukan diatas terlihat bahwa pelaksanaan
supervisi model proctor dan model reflektif mampu meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, namun berbagai penelitian tersebut dilakukan dalam kondisi normal
dimana tidak dalam kondisi seperti pandemic saat ini.
Sejak WHO mengeluarkan pernyataan secara resmi
bahwa Covid-19 sebagai pandemic global pada tanggal 11 Maret 2020, Rumah Sakit
Umum Pusat Persahabatan Jakarta menjadi salah satu rumah sakit rujukan
Covid-19. Pada awalnya pelayanan keperawatan pada kondisi
pandemic ini hanya focus pada pencegahan penularan dengan prinsip isolasi tanpa
mempertimbangkan mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Seiring
berjalannya waktu disadari bahwa dalam kondisi apapun mutu pelayanan tetap
harus dijaga. Pelaksanaan supervisi keperawatan yang
diharapkan dapat memastikan bahwa mutu pelayanan keperawatan yang diberikan
oleh tenaga keperawatan sesuai dengan standar meskipun dalam kondisi tidak
normal seperti kondisi pandemic Covid-19 saat ini.
Wawancara dengan Kepala Bidang Keperawatan
mengatakan bahwa supervisi keperawatan di RSUP Persahabatan belum menggunakan
model supervisi apapun. Wawancara dengan kepala ruangan dan
ketua tim mengatakan bahwa mereka mengetahui tentang peran dan tugas mereka
untuk melakukan supervisi dan mengetahui bahwa melalui supervisi dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan namun mengatakan belum
mengetahui tentang adanya model supervisi yang dapat digunakan dalam melakukan
supervisi sehingga supervisi dapat lebih efektif dan membuahkan hasil yang
lebih baik.
Berdasarkan
studi pendahuluan diatas peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul
“Perbadingan Supervisi Model Proctor dan Model Reflektif Dalam Meningkatkan
Mutu Pelayanan Keperawatan di Ruang Rawat Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat
Persahabatan Jakarta”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh pelaksanaan supervisi model proctor dan model reflektif
terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang Perawatan Covid-19
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta, serta mengetahui ada perbandingan
mutu pelayanan keperawatan antara pelaksanaan supervisi model proctor dengan
pelaksanaan supervisi model reflektif.
Metode Penelitian
Penelitian merupakan penelitian kuantitatif
menggunakan desain Cross Sectional. Sample
penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ruangan Covid-19 Rumah Sakit Umum
Pusat Persahabatan Jakarta dengan jumlah sample 76
orang yang terbagi pada dua kelompok sample yaitu 39 responden pada kelompok
supervisi model proctor dan 37 responden pada kelompok supervisi model
reflektif. Alat
pengumpulan data adalah kuesioner. Analisis dalam penelitian ini
menggunakan uji chi square dan uji t
independen.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil Penelitian
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Pada Kelompok Proctor dan Kelompok
Reflektif di di ruang perawatan Covid-19 RSUP Persahabatan Jakarta Tahun 2020
(n=76)
Berdasarkan table 1 menunjukkan bahwa pada kedua kelompok, jenis kelamin
responden yang terbanyak adalah laki-laki dimana pada kelompok proctor
laki-laki sebanyak 66,7% (26 orang) sedangkan pada kelompok reflektif sebesar
54,1% (20 orang). Usia responden hampir merata pada kelompok proctor namun pada
kelompok reflektif didominasi oleh kelompok usia dewasa tua (usia ≥ 49
tahun) yaitu sebesar 59,5% (22 orang) sedangkan kelompok usia paling sedikit
adalah kelompok usia dewasa awal (18-33 tahun) yaitu hanya 1 orang (2,7%).
Karakteristik pendidikan responden paling banyak adalah tingkat pendidikan
rendah dimana pada kelompok proctor pendidikan tinggi hanya 35,9% (14 orang)
sedangkan pada kelompok reflektif hanya 18,9% (7 orang). Lama rawat responden
bervariasi pada kedua kelompok dimana pada kelompok proctor paling tinggi adalah lama
rawat pendek (3-5 hari) mencapai 64,1% (25 orang) sedangkan pada kelompok
reflektif ditemukan lama rawat yang hampir sama antara yang lama rawat pendek
dan panjang.
Tabel 2: Distribusi Responden berdasarkan Dimensi Mutu Pelayanan Keperawatan di RSUP Ruang perawatan Covid-19 Persahabatan Jakarta Tahun 2020 (n=76)
Berdasarkan
table 2 terlihat bahwa pada kelompok proctor tampak dua dimensi mutu
keperawatan yang mencapai nilai baik yaitu dimensi responsive 56,4% dan dimensi komunikasi 61,5%. Sedangkan pada kelompok
reflektif ada empat dimensi mutu pelayanan keperawatan yang mencapai nilai baik
yaitu dimensi kenyamanan (62,2%), dimensi kesopanan
(73%), empati (56,8%), komunikasi (54,1).
Tabel
3: Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Mutu Pelayanan Keperawatan di Ruang Perawatan Covid-19 RSUP Persahabatan Jakarta Tahun 2020 (n=76)
Berdasarkan table 3 terlihat bahwa mutu pelayanan keperawatan lebih
tinggi pada kelompok reflektif, namun tidak terlalu jauh berbeda dimana mutu
pelayanan keperawatan baik adalah 53% (21 orang) sedangkan pada kelompok
reflektif mutu pelayanan keperawatan baik adalah 56,8% (21 orang).
Tabel 4: Distribusi Responden berdasarkan Pelaksanaan Model Supervisi keperawatan di Ruang
perawatan Covid-19 RSUP Persahabatan Jakarta Jahun 2020 (n=76)
Berdasarkan table 4, tampak pelaksanaan model supervisi pada kedua
kelompok sama-sama mencapai nilai kurang
baik namun kelompok reflektif lebih tinggi dari pada kelompok proctor, dimana
pada kelompok reflektif pelaksanaan model supervisi baik adalah 48,6% (18
orang), pada kelompok proctor pelaksanaan supervisi baik 43,6% (17 orang).
Table 5:
Distribusi Pelaksanaan Supervisi Model Proctor Terhadap Peningkatan Mutu
Pelayanan Keperawatan di Ruang Perawatan Covid-19 RSUP Persahabatan Jakarta
Tahun 2020 (n=76)
Berdasarkan hasil analisis table 5 diatas, diperoleh bahwa ada sebanyak
16 orang (94,1%) yang mengatakan pelaksanaan supervisi baik juga menyatakan
bahwa mutu pelayanan keperawatan tinggi dan sebaliknya ada 17 orang (77,3%)
yang mengatakan pelaksanaan supervisi model proctor kurang, mengatakan bahwa
mutu pelayanan keperawatannya rendah. Hasil uji statistic dengan menggunakan uji chi square
diperoleh nilai p value= 0,000 maka
disimpulkan bahwa ada pengaruh antara pelaksanaan supervisi model proctor
terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawawatan di ruang perawatan Covid-19
Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta dengan nilai OR 54,400.
Tabel
6: Distribusi Pelaksanaan Supervisi Model Reflektif
Terhadap Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan di Ruang
perawatan Covid-19 RSUP Persahabatan Jakarta Tahun
2020 (n=76)
Berdasarkan hasil analisis tabel 6 diatas, terlihat bahwa 100% (18 orang) yang mengatakan pelaksanaan supervisi model
reflektif baik, mengatakan bahwa mutu pelayanan keperawatan tinggi. Demikian
juga ada 16 orang (84,2%) respoden yang mengatakan
pelaksanaan supervisi model reflektif kurang baik, mengatakan bahwa mutu
pelayanan keperawatannya juga rendah.
Hasil uji statistic diperoleh nilai p value=
0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara pelaksanaan supervisi
model reflektif terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawawatan di ruang
perawatan Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta dengan nilai OR
0,158.
Tabel
7: Perbedaan Mean Mutu Pada kelompok Supervisi Model Proctor dan Model
Reflektif di Ruang Perawatan Covid-19 RSUP Persahabatan Jakarta 2020
Hasil Uji t Independen pada kelompok supervisi
model proctor dan model reflektif dapat dilihat pada tabel 5 diatas,
berdasarkan hasil uji statistic didapatkan nilai p value= 0,437, berarti pada
alpha 5% terlihat tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata mutu
keperawatan antara kelompok yang melaksanakan supervisi model proctor dengan
kelompok yang melaksanakan supervisi model reflektif di ruang perawatan
Covid-19 Rumah sakit Umum Pusat Persahabatan.
B.
Pembahasan
1.
Pengaruh
pelaksanaan supervisi model proctor terhadap peningkatan mutu pelayanan
keperawatan.
Hasil analisis bivariate dengan menggunakan uji chi square didapatkan nilai p value
0,000 maka kesimpulannya adalah ada pengaruh yang signifikan antara pelaksanaan
supervisi model proctor terhadap peningkatam mutu pelayanan keperawatan di
ruang perawatan Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta.
Hasil penelitian sesuai dengan berbagai teori
tentang sepervisi seperti dijelaskan oleh (Nursalam, 2015) yang
mengatakan bahwa supervisi keperawatan merupakan suatu upaya yang dilakukan
dengan tujuan untuk memenuhi dan meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada
pasien dan keluarga. Melalui supervisi diharapkan ada
peningkatan keterampilan dan kemampuan staf keperawatan dalam melaksanakan
tugasnya sebagai perawat. Asumsinya adalah pelayanan
keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat yang mempunyai keterampilan dan
kemampuan yang baik maka pelayanan yang diberikan pasti lebih bermutu.
Dari enam dimensi mutu yang
diukur, hanya 2 dimensi mutu yang memiliki nilai baik pada kelompok proctor. Dimensi yang memiliki nilai baik tersebut adalah dimensi responsive
dan dimensi komunikasi. Dimensi responsive 56% (22 orang) yang
mengatakan bahwa tingkat responsive tenaga keperawatan baik dan dimensi
komunikasi 61,5% (24 orang) yang mengatakan bahwa
perawat mempunyai tingkat komunikasi yang baik.
2.
Pengaruh
pelaksanaan supervisi model reflektif terhadap peningkatan mutu pelayanan
keperawatan
Hasil uji statistic didapatkan nilai p
value 0,000 maka kesimpulannya adalah ada pengaruh yang signifikan antara
pelaksanaan supervisi model reflektif terhadap peningkatam mutu pelayanan
keperawatan di ruang perawatan Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Jakarta.
Didalam supervisi model reflektif ada
proses refleksi yang dipimpin oleh seorang supervisor, dimana supervisor akan menggunakan pertanyaan pemicu. Melalui proses refleksi
yang aktif tersebut, seorang supervisor dapat membimbing perawat karena perawat
tersebut akan lebih memahami praktek keperawatan yang
dilakukan (Driscoll, 2009). Study review literature yang dilakukan oleh Dewi
Suryaningsih dan Luky Dwiantoro (2017) menemukan bahwa dari berbagai model
supervisi, salah satu model yang paling efektif adalah model reflektif.
Capaian dimensi mutu pelayanan
keperawatan pada kelompok reflektif, dari enam dimensi mutu yang diukur, ada
empat dimensi mutu yang memiliki nilai baik yaitu dimensi kenyamanan 62,2% (23
orang), dimensi kesopanan 73,0% (27 orang), dimensi empati 26,8% (21 orang),
serta dimensi komunikasi 54,1% (20 orang).
3.
Perbedaan
mutu pelayanan keperawatan antara kelompok supervisi model proctor dengan
kelompok supervisi model reflektif
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan
mutu pelayanan di kedua kelompok sample yaitu kelompok yang melaksanakan
supervisi model proctor dengan kelompok yang melakukan supervisi model
reflektif dilakukan uji t independen, sehingga diketahui mean pada kedua kelompok
sample. Mean pada kelompok proctor adala 136,03 dan
mean pada kelompok reflektif adalah 137,38 dengan p value= 0,437 (> 0.005), dengan kesimpulan tidak ada perbedaan
yang signifikan rata-rata mutu pelayanan keperawatan antara kelompok yang
melaksanakan supervisi model proctor dengan kelompok yang melakanakan supervisi
model reflektif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan
beberapa teori dan penelitian terdahulu dikatakan bahwa supervisi model proctor
dan model reflektif merupakan model supervisi yang mempunyai tingkat kemampuan
dalam meningkatkan mutu pelayanan jika dilakukan dengan baik (Dewi dan Luky,
2017).
Namun jika
dilihat dari capaian atau nilai dimensi mutu pelayanan keperawatan pada kedua
kelompok, dapat dilihat bahwa pada kelompok reflektif ada empat dimensi mutu
yang memiliki nilai baik yaitu dimensi kenyamanan, kesopanan, empati dan
komunikasi. Sedangakan pada kelompok proctor hanya ada dua
dimensi mutu yang memiliki nilai baik yaitu dimensi responsive dan dimensi
komunikasi. Dari data capaian dimensi mutu pada kedua
kelompok ini dapat disimpulkan bahwa supervisi model reflektif lebih mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan dimensi mutu pelayanan keperawatan dari pada
pelaksanaan supervisi model proctor.
Kesimpulan
Ada pengaruh yang antar pelaksanaan supervisi model proctor dan modul
reflektif terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan di ruang perawatan
Covid-19 Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta namun tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata mutu keperawatan pada kelompok
supeisi model proctor dengan supervisi model reflektif.
Bibliografi
Nursalam.
(2015). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional Salemba Medika Jakarta.
Nursalam,
N. (2007). Manajemen keperawatan: Aplikasi dalam praktek keperawatan
profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Pratiwi, S.
dan Susanto. .. .. (2016). Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pasien
Rawat Inap di Rumah SakitSultan Immanudin Pangkalan Bun Kalimantan Tengah. Jurnal
Asosiasi Dosen Muhammadiyah Magister Administrasi Rumah Sakito Title, 2(2).
S,
Mugianti. (2016). Manajemen dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Kementerian
Kesehatan RI, Edisi 1, Jakarta.
Suarli, S.
dan Bahtiar. (2012). Manajemen keperawatan dengan pendekatan praktis. Jakarta:
Erlangga.
Suryaningsih,
D., & Dwiantoro, L. (2017). Model Supervisi Klinis Yang Dapat
Meningkatkan Mutu Pelayanan Keperawatan.
Turner, J.
B. (2015a). Implementing clinical supervision ( part 1 ): a review of the
literature James Turner and Alison Hill present part one of a three-part paper
on clinical supervision, (February).
Turner, J.
B. (2015b). Implementing clinical supervision ( part 2 ): using Proctor ’ s
model to structure the implementation of clinical supervision in a ward setting
James Turner and Alison Hill present part two of a three-part paper on clinical
supervision, (February).
Copyright
holder: Orenta Sidauruk, Tri
Kurniati dan Luknis Sabri (2020) |
First
publication right: Jurnal Health Sains |
|