Jurnal Health Sains: p–ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 2, No. 3, Maret 2021
Tina Meirindany, Sri Malem Indirawati, Irnawati Marsaulina
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan Sumatera Utara, Indonesia
Email: meirindanytina@gmail.com, srimalem@usu.ac.id dan irnamarsa@yahoo.com
ARTIKEL INFO |
ABSTRACT |
Tanggal diterima: 5 Maret 2021 Tanggal direvisi: 15 Maret 2021 Tanggal disetujui: 25 Maret 2021 |
One of the activities in improving the quality of agricultural products is inseparable from the use of pesticides. The use of pesticides in Indonesia is still dominated by chemical pesticides. Agricultural businesses,
especially red chili, still use pesticides from the organophosphate group.
Epideomyological studies show that individuals who are exposed
to acute and chronic organophosphates will experience long-term neurological disorders called
neurobehavioral effects. The purpose of this study
was to analyze
pesticide exposure with neurobehavioral effects
on red chilli
farmers in Beringin District. This type of research is analytic observational research with cross
sectional design. The
research population is all red chili farmers
who are members
of the Juli Tani group,
Sidodadi Ramunia village.
Samples were 46 red chili farmers. Data collection using
the German version
of the Q18 questionnaire
which was followed by a neurobehavioral performance
test using digit symbol instruments, digist
span, pursuit aiming and trail making. Results as many as 60.9% of farmers experienced abnormal
neurobehavioral effects and 39.1% of farmers experienced normal neurobehavioral
effects, from the results of the chi square
test showed there was a relationship between age (p = 0.003),
length of work (p = 0,000), and type of pesticides ( p = 0.013) with neurobehavioral
effects on red chilli farmers in
Beringin District. Conclusion age,
the length of work,
and types of pesticides can cause abnormal neurobehavioral effects on red chilli farmers in Beringin District. |
Keywords: pesticide exposure; neurobehavioral
effect; red chilli grower |
|
|
ABSTRAK Salah satu kegiatan dalam meningkatkan kualitas hasil pertanian tidak terlepas dari penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida di Indonesia masih didominasi pestisida berbahan kimia. Usaha pertanian khususnya cabai merah masih menggunakan pestisida dari golongan organofosfat. Berbagai studi epideomiologi menunjukkan bahwa individu yang terpapar organofosfat secara akut dan kronik akan mengalami gangguan neurologis jangka panjang yang disebut efek neurobehavioral. Tujuan |
Hubungan Pajanan Pestisida dengan Efek Neurobehavioral pada Petani Cabai Merah di
Kecamatan Beringin
|
|
penelitian ini untuk menganalisis pajanan pestisida |
|
|
dengan efek neurobehavioral pada petani cabai merah di |
|
|
Kecamatan Beringin. Jenis penelitian ini adalah penelitian |
|
|
observasional analitik dengan desain cross sectional. |
|
|
Populasi penelitan adalah seluruh petani cabai merah |
|
|
yang tergabung dalam kelompok Juli Tani desa Sidodadi |
|
|
Ramunia. Sampel adalah 46 petani cabai merah. |
|
|
Pengumpulan data menggunakan kuisioner Q18 Versi |
|
|
Jerman yang dilajutkan dengan uji performa |
|
|
neurobehavioral menggunakan instrument digit symbol, |
|
|
digist span, pursuit aiming dan trail making. Hasil |
|
|
sebanyak 60,9%
petani mengalami efek neurobehavioral |
|
|
tidak normal dan 39,1% petani mengalami efek |
|
|
neurobehavioral normal, berdasarkan analisis |
|
|
menunjukkan ada hubungan antara usia ( p = 0,003), |
|
|
masa kerja (p = 0,000), dan jenis pestisida (p = 0,013) |
|
|
dengan efek neurobehavioral pada petani cabai merah di |
Kata Kunci: |
|
Kecamatan Beringin. Kesimpulan usia, masa kerja petani, |
pajanan pestisida; |
efek |
dan jenis pestisida dapat menyebabkan efek |
neurobehavioral; petani |
cabai |
neurobehavioral tidak normal pada petani cabai merah di |
merah |
|
Kecamatan Beringin. |
Email: meirindanytina@gmail.com Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi
Indonesia merupakan salah satu negara agrikultural yang cukup berkembang dalam sektor pertanian. Berdasarkan data hasil Survei Pertanian Antar Sensus tahun 2018 melaporkan bahwa jumlah penduduk yang bekerja disektor pertanian di seluruh provinsi berjumlah 33.487.806 jiwa. Peningkatan hasil pertanian tidak terlepas dari penggunaan pestisida. Pestisida berbahan kimia masih dominan digunakan para petani. Menurut penelitian (Bouwknegt et al., 2018) menyatakan dunia telah menggunakan pestisida sekitar 2,4 megaton dan Amerika Sertikat telah menggunakan pestisida sekitar 0,5 megaton. Berdasarkan data Kementerian Pertanian, Indonesia menduduki urutan pertama penggunaan pestisida tertinggi di Asia Tenggara.
Penggunaan pestisida kimia secara masif telah memberikan dampak negatif baik
terhadap manusia. Berdasarkan informasi (Organization, 2013) bahwa penyebab kematian 12,6 juta orang pertahun salah satunya disebabkan oleh pestisida. Kasus keracunan pestisida juga banyak terjadi di Indonesia. Berdasarkan data Sentra Informasi Keracunan Nasional melaporkan tahun 2014 telah terjadi 710 kasus keracunan pestisida dan meningkat menjadi 771 kasus di tahun 2016.
Usaha pertanian cabai merah masih menggunakan insektisida dari golongan organofosfat. Berbagai studi epideomiologi menunjukkan bahwa individu yang terpapar organofosfat secara akut dan kronik akan mengalami gangguan neurologis jangka panjang sehingga memengaruhi fungsi saraf yang menimbulkan efek neurobehavioral. United State Environmental Protection Agency (US EPA) melaporkan bahwa efek neurobehaioval merupakan salah satu dari 10
Tina Meirindany, Sri Malem Indirawati dan Irnawati Marsaulina
gangguan kesehatan
di tempat kerja. gangguan sistem saraf ini mudah di identifikasi melalui
gejala-gejala yang dirasakan oleh seseorang yang terpapar
oleh pestisida seperti pusing, kelelahan
yang berlebihan, susah tidur, dan sulit berkonsentrasi. Cara mengetahui adanya
efek neurobehavioral akibat pajanan pestisida
dapat identifikasi melalui kuesioner Q18 versi Jerman, keluhan ini mengacu pada atensi, memori,
konsentrasi serta suasana
hati, selanjutnya dibuktikan
melalui uji performa neurobehavioral yang disebut Neurobehavioral Core Test Battery. UJi performa ini dikenalkan oleh Helena Hanninen dan ditetapkan WHO sejak tahun 1986 sebagai standarisasi untuk mendeteksi gangguan
sistem saraf. Gejala distribusi neurobehavioral akibat paparan pestisida
dapat diasosiasikan dengan keluhan yang dievaluasi melalui
kuesioner Q18 versi Jerman. Kuesioner
ini bertujuan menggambarkan gejala distribusi neurobehavioral akibat pajanan zat neurotoksikan.
Berdasarkan survey pendahuluan pada petani cabai merah di desa Sidodadi Ramunia, usaha pertanian cabai merah sudah berlangsung selama 37 tahun. Beberapa petani cabai merah juga mengalami gejala neurobehavioral yang didukung berdasarkan kuesioner Q18 Versi Jerman seperti merasa kesulitan mengerti isi surat kabar atau buku, sering melupakan kejadian yang baru saja terjadi, sulit berkonsentrasi, sering merasa lelah berlebihan dan sakit kepala sekali yang dialami dalam seminggu atau lebih. Berdasarkan fakta yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pajanan pestisida dengan efek neurobehavioral pada petani cabai merah di Kecamatan Beringin.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pajanan pestisida dengan efek neurobehavioral pada petani cabai merah di kecamatan beringin.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2020. Populasi seluruh petani cabai merah yang tergabung dalam kelompok Juli Tani Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin sebanyak 105 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Lemshow (1997)
n≥〖(Z𝖺√P0(1 - P0) + Zβ√Pa (1 - Pa
))〗^2/((Pa - P0)2)
n : Besar sampel
1 − 𝖺⁄2 : Nilai deviasi normal pada tingkat kemaknaan 𝖺= 0,05 yaitu 1,96
1 –𝛽 : Kekuatan uji bila 𝛽= 20%, maka Z𝛽 =0,842
𝑃0 : Petani yang tidak mengalami gejala neurotoksik (56)/(90)= 0,62
𝑃a: Petani yang mengalami gejala neurotoksik34/(90)= 0,38
𝑃𝑎−𝑃0: Selisih proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar 20%
n≥46, Jumlah sampel dalam penelitian ini 46 orang.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner Q18 Versi Jerman dan dilanjutkan dengan uji neurobehavioral core tes battery dengan menggunakan instrumen digit symbol, digit span, pursuit aiming dan trail making oleh tim psikologi.
Data dianalisis secara deskriptif pada masing-masing variabel yang diteliti. Analisis inferensial dilakukan dengan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan kemaknaan antara variabel bebas dan terikat.
A.
Hasil Penelitian
1. Deskripsi Variabel Penelitian.
Petani yang paling banyak merasakan gejala neurobehavioral pada pertanyaan no 1 yaitu sering merasa lupa pada hal yang baru saja terjadi dan
Hubungan Pajanan Pestisida dengan Efek Neurobehavioral pada Petani Cabai Merah di
Kecamatan Beringin
petani yang merasakan keluhan paling sedikit yaitu pada pertanyaan no 10 yaitu sering merasa sakit seperti tertekan di dada dan pertanyaan no 17
Nilai Mean dan SD
Usia, Masa Kerja dan Distribusi Gejala
Neurobehavioral
No Pertanyaan Ya Tidak
dimana merasakan |
tangan |
sering |
1 |
Apakah |
Anda |
45 |
97,8 |
1 |
2,2 |
bergetar. |
|
|
|
merasa pelupa |
pada |
|
|
|
|
|
hal yang baru saja
terjadi?
Berdasarkan hasil penelitian tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai mean dari variabel usia adalah 41,73. Hal ini menunjukkan dari 46 petani memiliki rata-rata usia 41,73 tahun dengan usia responden minimum 27 tahun dan maksimum 53 tahun. Nilai mean variabel masa kerja adalah 17,10 dimana menunjukkan bahwa rata-rata masa kerja petani selama 17,10 tahun dengan masa kerja minimum 5 tahun dan maksimum 35 tahun. Selanjutnya nilai mean gejala distribusi neurobehavioral adalah 5,10 yang menunjukkan bahwa rata-rata responden memiliki 5,1 distribusi gejala neurobehavioral dengan distribusi gejala neurobehavioral minimum adalah 1 gejala dan distribusi gejala neurobehavioral.
tidak boleh anda lupakan?
5 Apakah anda sulit berkonsentrasi? 39 84,8 7 15,2 6 Apakah merasa anda sering 20 43,5 26 56,5
4 Apakah
anda secara umum menemukan
kesulitan mengerti isi surat kabar dan buku?
mudah
emosi tanpa sebab yang jelas?
7
Apakah
anda sering merasa sedih atau depresi tanpa sebab yang jelas?
8
9 Pernahkah merasakan berdebar adanya anda jantung tanpa 7 15,2 39 84,8 tekanan/melakukan apapun? 10 Apakah anda sering merasa sakit seperti 1 2,2 45 97,8 ditekan didada? 11 Apakah anda berkeringat tanpa 7 15,2 39 84,8
Apakah anda sering
merasa lelah diluar
kebiasaan?
10 21,7 36 78,3
7 15,2 39 84,8
15 32,6 31 67,4
Tina Meirindany, Sri Malem Indirawati dan Irnawati Marsaulina
sebab yang jelas? 12 Apakah anda sering sakit kepala sekali dalam seminggu atau lebih? 17 37,0 29 63,0 13 Apakah keinginan seksualitas anda berkurang dari biasanya? 3 6,5 43 93,5 14 Apakah anda sering merasa tidak sehat? 5 10,9 41 89,1 15 Apakah ada rasa kebal/baal pada tangan/kaki
anda? 18 39,1 28 60,9 16 Apakah ada rasa atau lemah pada lengan/tungkai kaki anda? 10 21,7 36 78,3 17 Apakah
tangan anda bergetar? 1 2,2 45 97,8 18 Apakah anda terbiasa dengan minuman beralkohol? 2 4,3 44 95,7
atau
sama dengan 2 kali dalam satu minggu dan lama penyemprotan kurang atau sama dengan 2 jam perhari sebanyak
35 orang (76,1%).
Pada variabel masa kerja diketahui bahwa petani yang bekerja lebih dari atau sama dengan 10 tahun sebanyak 33 orang (71,7%) dan 13 orang (28,3%) menyatakan kurang dari
10 tahun. Pada variabel penggunaan APD diketahui bahwa responden dengan penggunaan APD tidak lengkap
36 orang (78,3%) dan 10 orang (21,7%) dengan penggunaan APD lengkap. Pada variabel dependen yaitu efek neurobehavioral diketahui bahwa responden dengan efek neurobehavioral tidak normal sebanyak
28 orang (60,9%) dan responden dengan efek neurobehavioral normal sebanyak 18 orang (39,1%).
Berdasarkan tabel 2, pada variabel jenis kelamin diketahui bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 33 orang (71,7%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (28,3%). Pada variabel usia diketahui bahwa usia petani diatas atau sama dengan 40 tahun berjumlah 30 orang
(65,2%) dan usia petani dibawah 40
tahun sebanyak 16 orang (34,8%). Pada variabel jenis pestisida diketahui bahwa responden yang menggunakan jenis pestisida organofosfat sebanyak 15 orang (32,6%) 31 orang (67,4%) menggunakan pestisida non organofosfat. Pada variabel lama penyemprotan diketahui bahwa petani yang melakukan penyemprotan lebih dari 2 kali dalam satu minggu dan lama penyemprotan lebih dari 2 jam perhari sebanyak 11 orang (23,9%) dan petani yang melakukan penyemprotan kurang
Distribusi Frekuensi Karakteristik
Individu, Jenis Pestisida, Frekuensi Penyemprotan,
Masa Kerja, Penggunaan APD, dan Efek
Neurobehavioral pada Petani Cabai
Merah di Kecamatan Beringin
Variabel |
n =46 |
Persen (%) |
Jenis Kelamin |
||
Laki-laki |
33 |
71.7 |
Perempuan |
13 |
28.3 |
Usia |
||
≥ 40 Tahun |
30 |
65.2 |
< 40
Tahun |
16 |
34.8 |
Jenis Pestisida |
||
Organofosfat |
15 |
32.6 |
Non Organofosfat |
31 |
67.4 |
Lama Penyemprotan |
||
> 2 jam/hari |
11 |
23.9 |
≤ 2 jam/hari |
35 |
76.1 |
Masa Kerja |
||
≥ 10 Tahun |
33 |
71.7 |
< 10
Tahun |
13 |
28.3 |
Penggunaan APD |
||
Tidak Lengkap |
36 |
78.3 |
Hubungan Pajanan Pestisida dengan Efek Neurobehavioral pada Petani Cabai Merah di
Kecamatan Beringin
Lengkap |
10 |
21.7 |
Efek Neurobehavioral |
||
Efek neurobehavioral tidak normal |
28 |
60.9 |
Efek neurobehavioral normal |
18 |
39.1 |
Efek Neurobehavioral Variabel Tidak Normal Normal Total p. value n % n % n % Jenis Kelamin Laki-laki 19 57,6 14 42,4 33 100,0 0,466 Perempuan 9 69,2 4 30,8 13 100,0 Usia ≥ 40 Tahun 23 76,7 7 23,3 30 100,0 0,003 < 40
Tahun 5 31,3 11 68,7 16 100,0 Jenis Pestisida Organofosfat 13 86,7 2 13,3 15 100,0 0,013 Non Organofosfat 15 48,4 16 51,6 31 100,0 Lama Penyemprotan > 2
jam/hari 7 63,6 4 36,4 11 100,0 1 ≤ 2 jam/hari 21 60,0 14 40,0 35 100,0 Masa Kerja ≥ 10 Tahun 26 78,8 7 21,2 33 100,0 0,000 < 10
Tahun 2 15,4 11 84,6 13 100,0 Penggunaan APD Tidak Lengkap 23 63,9 13 36,1 36 100,0 0,480 Lengkap 5 50,0 5 50,0 10 100,0
Tabulasi
Silang Hubungan Karakteristik Individu,
Jenis Pestisida, Lama Penyemprotan,
Masa Kerja, Penggunaan APD terhadap
Efek Neurobehavioral pada Petani
Cabai Merah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang
1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Efek Neurobehavioral pada Petani Cabai Merah di Kecamatan Beringin
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan efek neurobehavioral didapatkan nilai p=0,466 yang menyatakan bahwa tidak hubungan jenis kelamin terhadap efek neurobehavioral.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian oleh (Zhang &
Wallace, 2015) pada pekerja pertanian di Jiangsu dimana tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan efek neurobehavioral (p=0,952) pada pekerja pertanian di Jiangsu China.
Pada penelitian ini 19 orang petani laki-laki mengalami efek neurobehavioral dan 9 orang petani perempuan juga mengalami efek neurobehavioral. Efek neurobehavioral serta gangguan saraf lainnya dapat dialami oleh setiap individu baik pada laki-laki maupun perempuan. Menurut (Meryana et al., 2016) pada prinsipnya laki-laki dan perempuan bisa terkena penyakit saraf yang sama. Hanya saja ada beberapa hal yang membedakan pengaruhnya terhadap gangguan saraf tergantung berdasarkan respon tubuh yang diterima oleh seseorang. Penyakit saraf pada perempuan pada umumnya banyaknya dipicu oleh faktor hormonal.
2. Hubungan Usia dengan Efek Neurobehavioral pada Petani Cabai Merah di Kecamatan Beringin
Hasil analisis hubungan usia dengan efek neurobehavioral didapatkan nilai p = 0,003 sehingga ada hubungan usia dengan efek neurobehavioral pada petani cabai merah di Kecamatan Beringin. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Kim et al., 2019) bahwa terdapat hubungan paparan pestisida kronis pada kelompok usia tertentu (60 – 69 tahun) di wilayah pedesaan Korea Selatan (p=0,003) dengan gangguan saraf pusat dalam fungsi mengingat. Hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian (Zhang & Wallace, 2015) dimana ada hubungan usia dengan efek neurobehavioral pada petani di Jiangsu China (p=0,04).
Tina Meirindany, Sri Malem Indirawati dan Irnawati Marsaulina
Menurut (Kandel & Squire, 2000) menjelaskan bahwa sistem saraf akan melalui tahap perubahan ke arah reduksi yang terjadi pada rentang usia
40 tahun dimana otak dan sum-sum tulang belakang akan kehilangan sel saraf. Sel-sel saraf juga mulai menyampaikan pesan lebih lambat dari pada sebelumnya.
Selain itu, berbagai penelitian melaporkan bahwa hipocampus (bagian dari sistem limbik) yang berperan pada kegiatan mengingat akan dipengaruhi oleh peningkatan kadar hormon steroid adrenalin kronis yang pada umumnya ditemukan pada usia dewasa sehingga mengakibatkan ukuran hypokampus akan semakin mengecil (Svennigsen & Dahlin, 2013).
3. Hubungan Jenis Pestisida dengan Efek Neurobehavioral pada Petani Cabai Merah di Kecamatan Beringin
Berdasarkan hasil analisis hubungan jenis pestisida terhadap efek neurobehavioral pada petani cabai merah di Kecamatan Beringin Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel jenis pestisida dengan efek neurobehavioral (p=0,013).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa efek neurobehavioral dapat
dialami baik dari petani yang menggunakan pestisida organofosfat dan petani yang menggunakan pestisida non organofosfat karena bahan aktif yang terkandung dalam pestisida berbahaya
bagi kesehatan tubuh serta diperparah dengan berbagai faktor
internal dan faktor eksternal pada petani sebagai
penyebab terjadinya efek neurobehavioral.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Gusti & Desnizar, 2017) yang menunjukkan bahwa ada hubungan jenis pestisida
terhadap gejala neurotoksik (p=0,002) dimana responden yang mengalami gejala neurotoksik dengan penggunaan pestisida golongan organofosfat dimana 40 orang (74,1%) menggunakan pestisida jenis organofosfat dan 7 orang (33,3%) menggunakan pestisida dari jenis non organofosfat.
Defisit performa neurobehavioral akibat paparan organofosfat disebabkan sifat organofosfat yang memodulasi sistem saraf. Organofosfat menghambat kerja enzim karboksilat esterase, asetilkolinesterase,pseudokolinesterase secara irreversibel sehingga terjadi akumulasi asetilkolin pada sinapsis muskarinik, nikotinik, dan sistem saraf pusat. Asetilkolinesterase yang tidak terbentuk menyebabkan kelebihan asetilkolin bebas yang berkepanjangan dalam sistem saraf otonom, dan sistem saraf pusat sehingga berkontribusi dalam keterlambatan perkembangan neurobehavior. (Androutsopoulos, 2013 dalam Wiadi & Muliarta, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 15 responden yang menggunakan pestisida dari jenis non organofosfat juga mengalami efek neurobehavioral. Petani menggunakan insektisida golongan neonikotinoid seperti winder (imidakloprid) dan ares (nitenpiram). Cemaran jenis pestisida ini berbahaya karena menyebabkan pusing, sakit didada, mual dan muntah. Gangguan kesehatan ini timbul akibat adanya zat neonik jenis imidacloprid serta neonik lainnya yang mekanismenya hampir sama dengan jenis organofosfat. Gejala lain yang ditimbulkan paparan neonikotionid yaitu gangguan j (Watts, 2011).
Hubungan Pajanan Pestisida dengan Efek Neurobehavioral pada Petani Cabai Merah di
Kecamatan Beringin
4. Hubungan Lama Penyemprotan dengan Efek Neurobehavioral pada Petani Cabai Merah di Kecamatan Beringin
Hasil analisis hubungan variabel lama penyemprotan dengan efek neurobehavioral didapatkan nilai p=1 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan lama penyemprotan dengan efek neurobehavioral pada petani cabai merah di Kecamatan Beringin. Sebagian petani melakukan penyemprotan hanya pada waktu tertentu seperti pada pagi hari atau pada sore hari dan penyemprotan pestisida juga tidak lama karena lahan pertanian tidak terlalu luas. Mayoritas petani melakukan pengerjaan pada pagi hari selama 1 jam kemudian dilanjutkan sore hari selama 1 jam.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Samosir., et.al (2017) bahwa ada pengaruh lama penyemprotan dengan gangguan sistem saraf pada keseimbangan tubuh petani holtikultura di Kecamatan Ngablak Magelang (p=0,015), variabel lama penyemprotan berisiko 6,593 kali mengalami gangguan sistem saraf pada keseimbangan tubuh. Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian Zulmi (2016) pada petani di Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepego dimana lama penyemprotan pestisida berhubungan dengan penurunan kadar cholinesterase dalam darah. (p=0,000).
Lama kerja petani yang diimbangi dengan istirahat yang cukup dapat mengembalikan aktivitas kholinesterase dalam darah. Pengerjaan penyemprotan pestisida yang dilakukan petani yaitu memulai aktivitas di pagi hari, beristirahat di siang hari dan melanjutkan kembali di sore hari (Lucki., et.al. 2018).
5. Hubungan Masa Kerja dengan Efek Neurobehavioral pada Petani Cabai Merah di Kecamatan Beringin
Berdasarkan hasil analisis hubungan variabel masa kerja dengan efek neurobehavioral didapatkan nilai p=0,000 yang menyatakan bahwa ada hubungan masa kerja dengan efek neurobehavioral pada petani cabai merah di Kecamatan Beringin.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Rahmah et al., 2012) bahwa tidak terdapat hubungan masa kerja dengan gejala neurotoksik akibat pajanan xylen pada pekerja pembuatan cat (p=1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Samosir et al., 2017) bahwa ada hubungan masa kerja seseorang dengan gangguan sistem saraf pada keseimbangan tubuh petani holtikultura di Kecamatan Ngablak dengan p=0,036.
Semakin lama masa kerja yang dialami oleh petani maka semakin besar pula residu zat toksik yang masuk kedalam tubuh. Zat toksik tersebut diabsorbsi, diangkut melalui sawar darah otak menuju otak sehingga terakumulasi dalam jaringan otak yang mengakibatkan rusaknya sel –sel saraf, mengakibatkan terjadi abnormalitas pada fungsi saraf seperti perlambatan daya olah pikir, memori dan konsentrasi (Kandel & Squire, 2000).
6. Hubungan Penggunaan APD dengan Efek Neurobehavioral pada Petani Cabai Merah di Kecamatan Beringin
Pada hasil analisis hubungan penggunaan APD dengan efek neurobehavioral nilai p=0,480, menunjukkan bahwa tidak ada hubungan penggunaan APD dengan efek neurobehavioral pada petani cabai merah di Kecamatan Beringin.
Tina Meirindany, Sri Malem Indirawati dan Irnawati Marsaulina
Berdasarkan hasil wawancara, petani menyatakan bahwa mereka merasa kurang nyaman dengan pemakaian APD lengkap dengan alasan kurang leluasa dalam beraktivitas, bahkan mayoritas petani tidak pernah menggunakan sarung tangan dan kacamatan pengaman ketika melakukan penyemprotan. Selain itu, mereka juga jarang membersihkan alat penyemprotan setelah digunakan bahkan ada juga yang mengaku tidak pernah membersihkan peralatan tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Rahmah et al., 2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan penggunaan APD dengan gejala distribusi neurobehavioral akibat pajanan xylen pada pekerja pembuatan cat (p=0,530). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian (Samosir et al., 2017) bahwa ada hubungan penggunaan APD dengan gangguan sistem saraf berupa keseimbangan tubuh (p=0,035) pada petani holtikultura di Kecamatan Ngablak Magelang.
Berdasarkan (Rahmadani, 2020), alat pelindung diri merupakan suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensibahaya pada suatu tempat kerja
Penelitian ini menyimpulkan bahwa Sebanyak 60,9% petani mengalami efek neurobehvaioral tidak normal dan 30,1% petani yang mengalami efek neurobehavioral normal, ada hubungan usia (p= 0,003), masa kerja (p = 0,000), jenis pestisida (p = 0,013) dengan efek neurobehavioral pada petani cabai merah di Kecamatan Beringin, tidak ada hubungan jenis kelamin (p=0,466), lama
penyemprotan (p = 0,000), dan penggunaan APD (p = 0,480) dengan efek neurobehavioral pada petani cabai merah di Kecamatan Beringin.
Bouwknegt, M., Devleesschauwer, B., Graham, H., Robertson, L. J., & Van Der Giessen, J. W. B. (2018). Prioritisation Of Food-Borne Parasites In Europe, 2016. Eurosurveillance, 23(9), 17–161.
Gusti, A., & Desnizar, I. (2017). Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Gejala Neurotoksik Akibat Paparan Pestisida Pada Petani Sayuran Di Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 16(1), 17–21.
Kandel, E. R., & Squire, L. R. (2000). Neuroscience: Breaking Down Scientific Barriers To The Study Of Brain And Mind. Science, 290(5494), 1113–1120.
Kim, S., Chen, J., Cheng, T., Gindulyte, A.,
He, J., He, S., Li, Q., Shoemaker, B. A., Thiessen, P. A., & Yu, B. (2019). Pubchem 2019 Update: Improved Access To Chemical Data. Nucleic Acids Research, 47(D1), D1102–D1109.
Meryana, E., Budiono, A., & Sutyanto, D. (2016). Palm Oil. Available From: Www. Indonesia-Investments. Com/Business/Commodities/Palm- Oil/Item166.
Organization, W. H. (2013). Global Tuberculosis Report 2013. World Health Organization.
Rahmadani, A. (2020). Analisis Kesesuaian Penggunaan Apd Menurut Permenakertrans No. 08 Tahun 2010 Pada Pekerja Di Workshop Pt. Surya Kabel Cemerlang Bogor Tahun 2010. Universitas Binawan.
Hubungan Pajanan Pestisida dengan Efek Neurobehavioral pada Petani Cabai Merah di
Kecamatan Beringin
Rahmah, N. N., Sakai, K., Sano, K., & Hongo, K. (2012). Expression Of Reck In Endothelial Cells Of Glioma: Comparison With Cd34 And Vegf Expressions. Journal Of Neuro- Oncology, 107(3), 559–564.
Samosir, K., Setiani, O., & Nurjazuli, N. (2017). Hubungan Pajanan Pestisida Dengan Gangguan Keseimbangan Tubuh Petani Hortikultura Di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, 16(2), 63–69.
Svennigsen, Å. F., & Dahlin, L. B. (2013). Repair Of The Peripheral Nerve— Remyelination That Works. Brain Sciences, 3(3), 1182–1197.
Zhang, Y., & Wallace, B. (2015). A Sensitivity Analysis Of (And Practitioners’ Guide To) Convolutional Neural Networks For Sentence Classification. Arxiv Preprint Arxiv:1510.03820.