PELAKSANAAN PEMBERIAN SUPLEMEN ZAT BESI PADA REMAJA
PUTRI DI SMP 12 KOTA CIREBON KECAMATAN
HARJAMUKTI
Iis Tismawati dan Euis Lelly Rehkliana
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika
Email:
elena19.mahardika@gmail.com
INFO ARTIKEL |
ABSTRAK |
Hanya menggunakan AIJ: Tanggal diterima Tanggal revisi Tanggal yang diterima |
Salah satu
kelompok yang rawan terhadap anemia adalah remaja, khususnya remaja putri.
Secara global data menunjukkan bahwa 29% wanita subur mengalami anemia
sedangkan wanita usia 15-49 tahun (produktif) mencapai 38%. WHO menargetkan
pada tahun 2025 penurunan 50% kejadian anemia pada wanita usia produktif.
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan
pemberian suplemen zat besi pada remaja putri di SMP 12 Kota Cirebon
Kecamatan Harjamukti Tahun 2019. Puskesmas Kalitanjung presentasi remaja
putri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) sebesar 57,8%, target remaja putri
mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) di Kota Cirebon sebanyak 100%.Jenis
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah remaja putri di SMP 12 yaitu sebanyak 305 orang
dengan sampel sebanyak 305 responden. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lembar cheecklist dari data absen kelas SMP 12 bulan
Juli tahun 2019.hasil penelitian menunjukan sebagian besar remaja dengan
remaja putri yang mendapat, meminum dan pelaksanaan pemberian suplemen zat
besi sebesar 282 orang (92,5%) serta yang tidak mendapat, meminum, dan
pelaksanaan pemberian suplemen zat besi sebesar 23 orang (7,5%). Anemia gizi
pada remaja adalah kurangnya asupan zat besi, disebut anemia gizi besi (AGB).
Untuk itu diharapkan remaja dapat mengetahui tentang gejala anemia yang
terjadi saat masa remaja, sehingga dapat di cegah dengan cara meminum
suplemen zat besi, melakukan pemeriksaan Hb dan mengubah gaya hidup. |
Kata kunci: Anemia, Kekurangan Zat besi. |
Pendahuluan
Berdasarkan
penelitian Demsa Simbolon tahun 2013, peningkatan
populasi remaja menjadi alasan perlunya kelompok umur ini menjadi perhatian,
karena akan diikuti dengan peningkatan permasalahan gizi dan kesehatan pada
usia berikutnya bila tidak dilakukan intervensi yang tepat. World Health
Organization (WHO) melaporkan sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah
remaja yang berumur 10 - 19 tahun dan sekitar 900 juta berada di negara sedang
berkembang. Data di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 15% penduduk berusia
remaja antara 10 - 19 tahun, dan hasil sensu penduduk 2010 jumlah populasi
remaja (10 - 24 tahun di Indonesia meningkat mencapai 63 juta jiwa atau sekitar
27% dari total penduduk.
Berdasarkan
penelitian Nur Ia Kaimudin tahun 2017, anemia pada remaja putri masih cukup
tinggi, menurut World Health Organization
(WHO) 2013, prevalensi anemia di dunia berkisar 40-88%. Menurut WHO
kejadian anemia pada remaja putri di negara-negara berkembang sekitar 53,7%
dari semua remaja putri, anemia sering menyerang remaja putri disebabkan karena
keadaan stres, haid atau terlambat makan.Berdasarkan penelitian Nur Ia Kaimudin
tahun 2017, angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak 72,3%. Kekurangan besi
pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih, pusing, dan menurunnya
konsentrasi belajar. Penyebabnya, antara lain: tingkat pendidikan orang tua,
tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang anemia dari remaja putri, konsumsi
Fe, Vitamin C, dan lamanya menstruasi.
Menurut
Kemenkes (2013) dalam Dr. Sandra, Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi anemia di
indonesia sebesar 21,7%. c Prevalensi anemia untuk remaja laki-laki dan
perempuan usia 15-24 tahun sebesar 18,4%. Sedangkan prevalensi anemia untuk
anak laki-laki dan perempuan usia 12-59 bulan sebesar 28,1% dan usia 5-14 tahun
sebesar 26,4% cc
Menurut
Rikesdas (2018) menyatakan bahwa remaja putri yang mendapat tablet tambah darah
(TTD) 76,2 % dan yang tidak mendapatkan TTD sebanyak 23,8. Remaja putri yang
mendapat TTD di sekolah sebanyak 80,9% dan yang tidak mendapat sebanyak 19,1%.
Remaja putri yang konsumsi TTD <52 butir sebanyak 98,6% dan ≥52 butir
sebanyak 1,4% (Riskesdas, 2018).
Berdasarkan
penelitian Nur Ia Kaimudin tahun 2017, Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menyatakan
bahwa prevalensi anemia pada remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1%.
Menurut penelitian Roos Arum Parasdia
2017, Jawa barat memiliki angka kejadian anemia sebesar 51,7% menurut
Departemen Kesehatan pada tahun 2012.
Berdasarkan
Data Dinas Kesehatan Kota Cirebon menyatakan bahwa presentasi remaja putri
mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) di Kota Cirebon sebesar 81,6%. Puskesmas
Kalitanjung presentasi remaja putri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) sebesar
57,8%, target remaja putri mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) di Kota Cirebon
sebanyak 100% (Dinkes Kota Cirebon, 2018).
Menurut
Bersamin et al (2008) dalam Dr.
Sandra, Penyebab anemia gizi besi adalah anemia yang disebabkan kurangnya zat
besi dalam tubuh. Kekurangan zat besi sendiri dapat disebabkan beberapa hal,
seperti asupan makanan yang rendah zat besi atau mungkin zat besi dalam makanan
terdapat dalam bentuk yang sulit untuk diserap. Saat simpanan zat besi dalam
tubuh sudah habis dan penyerapan zat besi pada makanan saedikit, tubuh akan
mulai memproduksi sel darah merah lebih sedikit dan mengandung hemoglobin yang
lebih sedikit pula. Hal inilah yang akhirnya menyebabkan anemia gizi besi,
penyebab anemia dan defisiensi gizi yang
paling sering terjadi (NIH, 2011). Perempuan umumnya beresiko mengalami
kekurangan zat besi akibat kehilangan darah dalam hubungannya dengan kehamilan,
melahirkan, dan menstruasi. Selain itu, penyebab lain kekurangan zat besi
adalah tingginya asupan kalsium yang dapat menghambat penyerapan zat besi
apabila disajikan secara bersamaan (Dr. Sandra, 2017).
Berdasarkan
Data Puskesmas Kalitanjung menyatakan bahwa remaja putri yang mendapat Tablet
Tambah Darah (TTD) di SMP 12 dari kelas 1 sebanyak 95 orang, kelas 2 sebanyak
85 orang, dan dari kelas 3 sebanyak 62 orang. Seluruhnya yang mendapat Tablet
Tambah Darah (TTD) dari kelas 1 – 3 sebanyak 242 orang (Puskesmas Kalitanjung,
2018).
Metode penelitian
Metode
penelitian ini menggunakan penelitian deskripif. Dengan sampel 305 responden di
SMP 12 Kota Cirebon, dengan pelaksanaan pemberian suplemen zat besi.
Pengumpulan data di ambil dengan melihat pelaksanaan pemberian suplemen zat
besi dengan menggunakan lembar observasi. Kemudian dilakukan pengolahan data,
dan analisa data.
Hasil dan Pembahasan
1.
Pelaksanaan pemberian suplemen zat besi di SMP 12 Kota Cirebon Kecamatan
Harjamukti.
Tabel
1 Pelakaksaan Pemberian Suplemen Zat Besi
Kategori |
Frekuensi |
Persentase % |
Laksanakan |
282 |
92.5 |
Tidak Laksanakan |
23 |
7.5 |
Total |
305 |
100.0 |
Gambaran Pelaksanaan pemberian
suplemen zat besi di SMP 12 Kota Cirebon Kecamatan Harjamukti.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukan pelaksanaan pemberia zat besi di SMP 12 Kota Cirebon Tahun 2019
terdapat 282 yang mengikuti pelaksanaan pemberian suplemen zat besi dari 305
remaja putri. Sehingga, siswi yang mengikuti dalam pelaksanaan pemberian
suplemen zat besi sebanyak 282 (92,5%) dan yang tidak
melaksanakaan pemberian suplemen zat besi sebanyak 23 (7,5%).
Remaja adalah suatu tahap antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa. Masa ini biasanya diawali pada usia 14 tahun
pada laki-laki dan 10 tahun pada perempuan. Pada masa ini remaja mengalami
banyak perubahan diantaraya perubahan fisik, menyangkut pertumbuhan dan
kematangan organ reproduksi, perubahan intelektual, perubahan saat
bersosialisasi, dan perubahan kematangan kepribadian termasuk emosi (Ayu Putri,
2017).
Sebagai bentuk pencegahan Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) (2011) merekomendasikan pemberian suplementasi
besi pada semua anak dengan prioritas usia balita (0-5 tahun), terutama 0-2
tahun. Untuk remaja usia 12-18 tahun, IDAI juga merekomendasikan pemberian
suplementasi zat besi dengan dosis 60 mg/hari, secara intermiten (2
kali/minggu) selama tiga bulan (Dr. Sandra 2017).
Berdasarkkan
hasil penelitian Ahmady (2016) “Penyuluhan Gizi Dan Pemberian Tablet Besi
Terhadap Pengetahuan Dan Kadar Hemoglobin Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri Di
Mamuju” menunjukkan bahwa
dari 30 remaja putri
di SMA Mamuju rata-rata
peningkatan kadar Hb siswi pada kelompok intervensi adalah 0,93 g/dl (9,11±1,05
menjadi 10,04±1,10), sedangkan pada kelompok kontrol justru mengalami penurunan
yaitu rata-rata -0,27 g/dl (9,53±1,31 menjadi 9,25±1,41).
Berdasarkkan
hasil penelitian Nurul Qamariah Rista Andaruni (2018) “Efektivitas Pemberian
Tablet Zat Besi (Fe), Vitamin C Dan Jus Jambu Biji Terhadap Peningkatan Kadar
Hemoglobin (Hb) Remaja Putri Di Universitas Muhammadiyah Mataram”
menunjukkan bahwa dari
30 remaja putri di
universitas muhammadiyah mataram peningkatan kadar Hb tertinggi pada
kelompok tablet Fe + jus jambu biji sebesar 2,13 gr/dL, kelompok tablet Fe +
vitamin C sebesar 1, 23 gr/dL, dan kelompok tablet Fe sebesar 0,83 gr/dL.
Berdasarkkan
hasil penelitian Erni Muslikah (2017) “ Efektifitas Pemberian Tablet Fe Dan
Buah Pisang Ambon (Musa Paradisiaca Var. Sapientum (L) Kunt) Dengan
Tablet Fe Dalam Meningkatkan Kadar Hemoglobin Siswi Anemia Di SMA 1 Nguter
Kabupaten Sukoharjo” menunjukan bahwa
dari 30 remaja putri
di SMA 1 Nguter nilai signifikansi atau p-value dari tablet Fe
dan buah pisang ambon sebesar 0.000, dengan nilai rata-rata Hb pre-test 10,540
g/dl dan post-test 13,840 g/dl atau mengalami peningkatan sebesar 3,3
g/dl dan nilai signifikansi atau p-value dari tablet Fe sebesar 0.000,
dengan nilai rata-rata Hb pre-test 11,060 g/dl dan post-test 12,267
g/dl atau mengalami peningkatan sebesar 1,2 g/dl.
Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, penyebab kekurangan zat besi yang dialami remaja
putri di SMP 12 Kota Cirebon sebanyak 23 yaitu tidak ikut dalam pelaksanaan
pemberian suplemen zat besi. hal tersebut dapat terjadi karena pelaksanaan
pemberian suplemen zat besi dipertinggi remaja yang tidak absen atau ada
kegiatan lain.
Daftar Pustaka
Ariani,
Ayu Putri. 2017. Ahli Gizi.
Yogyakarta: Nuha Medika
Ahmady.
2016. Penyuluhan Gizi Dan Pemberian
Tablet Besi Terhadap Pengetahuan Dan Kadar Hemoglobin Siswi Sekolah Menengah
Atas Negeri Di Mamuju. Di unduh 29 Juli 2019
Andaruni
, Nurul Qamariah Rista, 2018. Efektivitas
Pemberian Tablet Zat Besi (Fe), Vitamin C Dan Jus Jambu Biji Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin (Hb) Remaja Putri Di Universitas Muhammadiyah
Mataram. Di Unduh 23 Juli 2019
Dieny,
Fillah Fithra. 2014. Permasalahan Gizi
Pada Remaja Putri. Yogyakarta: Graha Ilmu
Demsa Simbolon (2013). Model
Prediksi Indeks Masa Tubuh Remaja Berdasarkan Riwayat Lahir Dan Status Gizi
Anak. Diunduh 19 Februari 2019.
Dinas
Kesehatan Kota Cirebon. 2018. Presentase
Remaja Putri Mendapat Tablet Tambah Darah Di 22 Puskesmas Di Kota Cirebon.
Fikawati,
Dr Sandra, Dkk. 2017. Gizi Anak Dan
Remaja. Depok: Pt Rajagrafindo Persada
Muslikah, Erni. 2017. Efektifitas Pemberian
Tablet Fe Dan Buah Pisang Ambon (Musa
Paradisiaca Var. Sapientum (L) Kunt) Dengan Tablet Fe Dalam Meningkatkan
Kadar Hemoglobin Siswi Anemia Di SMA
1 Nguter Kabupaten Sukoharjo. Di unduh 29 Juli 2019
Nur Ia
Kaimudin, Hariati Lestari Dan Jusniar Rusli Afa (2017). Skrining Dan Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja
Putri Sma Negeri 3 Kendari Tahun 2017. Diunduh 17 Februari 2019.
Puskesmas
Kalitanjung. 2018. Hasil Pemberian Tablet
Fe Smp/Mts Di Wilayah Puskesmas Kalitanjung.
Riskesdas.
2018. Kementrian Kesehatan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.
Triwibowo
Cecep, Pusphandani Mitha Erlisya 2015. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat Nuha
Medika: Yogyakarta
Triwibowo
Cecep, Pusphandani Mitha Erlisya. 2015. Kesehatan Lingkungan dan K3 Nuha
Medika: Yogyakarta.
Copyright
holder: Iis Tismawati dan Euis
Lelly Rehkliana (2020) |
First publication
right: Jurnal Health Sains |
|