Jurnal Health Sains: p–ISSN : 2723-4339 e-ISSN
: 2548-1398
Vol. 2, No. 2, Februari 2021
HUBUNGAN
RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DAN PENGASUHAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN STUNTING ANAK
TK DI KABUPATEN ACEH TENGAH
Rina Hudaya, Rahayu Lubis dan Etti Sudaryati
Universitas Sumatera Utara,
Medan, Indonesia
Email: rinahudaya03@gmail.com, rahayu_lubis@yahoo.com dan
etysudaryati@gmail.com
artikel
info |
abstract |
Tanggal diterima: 5
Februari 2021 Tanggal revisi: 15
Februari 2021 Tanggal yang diterima:
25 Februari 2021 |
Children
who grow and develop healthy and educated, feel safe and happy are the basis
for increasing the good quality of human resources. Nutritional deficiencies
in a long time and infection disease can cause the obtraction
in their linear growth which eventually causes stunting. The objective of the
research was to analyse the relation of infection
disease that is diarrheal disease and acute respiratory infections, family
care that is health care patterns and psychosocial care patterns with
stunting incidence towards kindergarten children Central Aceh Regency. This
study applied cross-sectional design by involving 200 kindergarten children
aged 4-6 years. The data were gathered by using questionnaires dealing with
children's characteristics, parental characteristics, history of infectious
diseases and family care. The child's height wasobtained
by using microtoise. The data were analyzed by
chi-square test and multiple logistic regression tests. There were 32% of
kindergarten children who experienced stunting. The results indicated that
there was a relation of diarrheal disease (p = 0,005; OR = 3,48; 95% CI =
1,49 -8,10.), health care patterns (p < 0,001; OR = 5,36; 95% CI =
2,37-12,11) and psychosocial care patterns (p <0,001; OR = 9,07; 95% CI =
4,54-18,13) with the incidence of stunting towards kindergarten children.
There was no relation to acute respiratory infections with the incidence of
stunting towards kindergarten children in Central Aceh Regency. ABSTRAK Anak-anak yang tumbuh dan berkembang dengan sehat dan terdidik, merasa aman dan bahagia merupakan dasar menciptakan SDM yang berkualitas.
Kekurangan gizi dalam waktu yang cukup lama dan adanya penyakit infeksi menyebabkan pertumbuhan linear terhambat sehingga memicu
terjadinya stunting. Penelitian
ini bertujuan menganalisis hubungan penyakit infeksi yaitu riwayat penyakit diare dan penyakit ISPA, pengasuhan keluarga yaitu pola asuh kesehatan
dan pola asuh psikososial dengan kejadian stunting anak TK di Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian
ini menggunakan desain Cross sectional dengan subjek sebanyak 200 anak TK berumur 4-6 tahun. Pengumpulan data menggunakan kuesioner meliputi data karakteristik anak, karakteristik orang tua, riwayat penyakit infeksi dan pengasuhan keluarga. Tinggi
badan anak diukur menggunakan microtoise. Analisis data menggunakan uji
chi-square dan uji regresi logistic berganda. Terdapat 32% anak TK mengalami stunting.
Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan penyakit diare (p = 0,005; OR =
3,48; 95% CI = 1,49 -8,10.), pola asuh kesehatan (p < 0,001;
OR = 5,36; 95% CI = 2,37-12,11) dan pola asuh psikososial (p <0,001;
OR = 9,07; 95% CI = 4,54-18,13) dengan kejadian stunting pada anak TK.
Riwayat penyakit ISPA tidak
berhubungan dengan kejadian stunting pada anak TK
di Kabupaten Aceh Tengah. |
Keywords: Infection disease;
Family care; Stunting; Kindergarten children Kata Kunci: Penyakit Infeksi;
Pengasuhan, Stunting; Anak TK |
Coresponden Author:
Email: rinahudaya03@gmail.com
Artikel dengan akses terbuka dibawah
lisensi
Pendahuluan
Anak-anak yang dapat tumbuh dan berkembang
dengan sehat dan terdidik, bebas dari kemiskinan serta merasa aman dan bahagia
merupakan dasar dalam menciptakan sumber daya manusia berkualitas sehingga
berkontribusi bagi ekonomi dan masyarakat (Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional [Bappenas] & United Nations Children’s Fund (Staff, 2010). (Ulfah & Muliawati, 2013) menyebutkan fase
tumbuh kembang anak pada usia dini (0-6
tahun) merupakan fase golden age sekaligus fase kritis yang menentukan aspek
fisik, psikis dan intelegensi anak serta berperan dalam tumbuh kembang di tahap
selanjutnya. Gizi merupakan faktor utama dalam mendukung tumbuh kembang anak
agar berjalan optimal (Fikawati & Syafiq, 2017). Kekurangan gizi dalam waktu yang cukup
lama dan adanya penyakit infeksi menyebabkan pertumbuhan linear terhambat
sehingga memicu terjadinya stunting pada anak (Fikawati & Syafiq, 2017).
Stunting dalam
jangka pendek berdampak pada peningkatan angka morbiditas dan mortalitas anak,
perkembangan motorik, kognitif dan bahasa anak yang menurun serta peningkatan
pembiayaan kesehatan (Organization, 2013). Menurut (Astuti & Purwaningsih, 2019) dampak jangka
panjang dari stunting berupa perawakan tubuh yang pendek, menurunnya prestasi
belajar, meningkatnya resiko obesitas
dan penyakit kronis, menurunnya kapasitas dan produktivitas kerja. Selain itu,
stunting pada wanita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
janin, terhambatnya proses melahirkan serta meningkatkan risiko underweight dan
stunting pada anak yang dilahirkan (Victora et al., 2008).
Berdasarkan data
WHO 2019 secara global tahun 2018 terdapat 149 juta (21,9%) anak di bawah lima tahun dalam kondisi stunting
dan lebih dari 94 % berasal dari negara-negara berkembang yaitu Asia (54.8%)
dan Afrika (39,4%). Prevalensi stunting di Kawasan Asia tertinggi di Asia
Selatan (32,7%), disusul Asia Tenggara sebesar 25%. Angka prevalensi stunting
Indonesia berada pada posisi kelima di Asia Tenggara. Berdasarkan hasil riset
kesehatan dasar tahun 2018, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 30,8 %
dimana Provinsi Aceh menduduki posisi ketiga (35,7 %). Hal ini menunjukkan Aceh
merupakan wilayah dengan prevalensi stunting yang tinggi yaitu 30-39% (Organization, 2013).
Stunting
disebabkan oleh beragam faktor yang saling terkait, diantaranya meliputi
penyakit infeksi, pemberian asi, tindakan pemberian makanan yang tidak adekuat,
serta aspek keluarga dan rumah tangga (Organization, 2013). Selain itu, Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada tahun 2017 menguraikan timbulnya
stunting berkaitan dengan kurang baiknya praktik pengasuhan, layanan kesehatan
yang masih terbatas bagi ibu hamil dan setelah melahirkan serta kualitas
pendidikan usia dini yang masih terbatas, kurang teraksesnya makanan bergizi
oleh keluarga, ditambah kurang teraksesnya air bersih dan sanitasi lingkungan
oleh masyarakat.
Hasil penelitian
(Arifin et al., 2013) dan
penelitian (Picauly & Toy, 2013) menunjukkan
bahwa penyakit infeksi berhubungan dengan kejadian stunting. Disamping itu,
pengasuhan keluarga juga memiliki hubungan dengan kejadian stunting pada balita
(Sari, 2020). Menurut (Wiyono et al., 2019) pengasuhan
dimanifestasikan dalam pola asuh makan, pola asuh kesehatan, pola asuh
psikososial serta pola asuh kebersihan diri dan sanitasi lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian Aryastami dan Tarigan tahun 2017, kejadian
stunting banyak dialami oleh anak umur 4-6 tahun meskipun pada umur 0-2 tahun
anak tersebut tumbuh normal. Penelitian ini ingin menganalisis hubungan riwayat
penyakit infeksi yaitu penyakit diare dan ispa serta pengasuhan keluarga yang
terdiri dari pola asuh kesehatan dan pola asuh psikososial dengan kejadian
stunting anak TK di Kabupaten Aceh Tengah.
Metode Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan adalah observasional analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Aceh
Tengah pada bulan Maret sampai bulan Apri
2020. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu dari 100 Kabupaten/Kota prioritas untuk intervensi stunting dari Provinsi Aceh (TNP2K,
2017). Populasi
target yaitu anak sekolah Taman kanak-kanak di
Wilayah Kabupaten Aceh Tengah dimana
populasi terjangkau diambil dari seluruh
anak sekolah TK di Wilayah Kecamatan Bies, Kecamatan Bintang, Kecamatan Pegasing dan Kecamatan Kute Panang.
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling dengan
area populasi Kabupaten
Aceh Tengah. Tahapan selanjutnya
yaitu berturut-turut didapatkan 4 kecamatan terpilih yaitu Kecamatan Bintang terdiri dari 4 desa (4 sekolah TK), kecamatan Bies terdiri dari
2 desa (2 TK), Kecamatan Pegasing terdiri dari 5 desa (5 TK) dan Kecamatan Kute panang terdiri dari 3 desa (3 TK). Seluruh anak TK yang berumur 4-6 tahun dari 14 TK diambil sebagai subjek yang ditetapkan hingga mencapai jumlah 200 subjek. Untuk memilih
pasangan ibu-anak dilakukan secara random berdasarkan daftar peserta didik dari setiap
sekolah TK. Anak-anak TK
yang berusia kurang dari 4 tahun dan lebih dari 6 tahun,
memiliki cacat bawaan (bongkok dan pincang) serta ibu yang menolak berpartisipasi dalam penelitian dikeluarkan dari kerangka sampel.
Pengumpulan data primer melalui
metode wawancara secara terstruktur menggunakan kuesioner, meliputi data karakteristik anak, karakteristik orang tua, riwayat penyakit
infeksi (diare dan ispa) serta pengasuhan
keluarga yang terdiri dari pola asuh
kesehatan dan pola asuh psikososial. Selain itu, stunting (variabel dependen) diperoleh melalui pengukuran tinggi badan anak menggunakan microtoise ketelitian 0,1 cm.
Hasil pengukuran disesuaikan
dengan umur dan jenis kelamin anak
(TB/U) berdasarkan
standar WHO Multicentre
Growth Reference Study (MGRS) 2006 untuk anak umur 4-5 tahun
dan WHO Reference 2007 untuk anak
umur 5-6 tahun. Hasil pengukuran TB/U tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu
stunting (Z-score TB/U < -2SD) dan normal (Z-score TB/U ≥ -2SD).
Analisis data dilakukan
secara univariat, bivariat dengan uji chi-square
dan multivariat dengan uji regresi logistic berganda. Tahapan analisis multivariat dalam penelitian ini yaitu: a) jika hasil uji bivariat antara variabel independen dengan variabel dependen menghasilkan p < 0,25 maka variabel tersebut dimasukkan dalam uji regresi logitik ganda; b) melakukan analisis multivariat dimana semua variabel
independen yang masuk dalam proses ini dianalisis secara bersama-sama dengan metode enter. Penelitian ini telah mendapatkan
Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU Nomor 2136/III/SP/2020.
Hasil dan Pembahasan
Jenis
kelamin anak TK dalam penelitian ini diperoleh secara berimbang yaitu 50%
berjenis kelamin laki-laki dan 50 % berjenis kelamin perempuan. Mayoritas anak
berumur 5 tahun 1 bulan sampai 6 tahun 169 orang (84,50%). Karakteristik orang
tua dalam penelitian ini mayoritas ayah berumur antara 36-45 tahun sebanyak 100
orang (50%) dan ibu berumur antara 26-35 tahun yaitu 106 orang (53%). Hasil
penelitian menunjukkan orang tua umumnya berpendidikan tinggi (≥ SMA)
yaitu ayah sebesar 52,5% dan ibu sebesar 60%. Kabupaten Aceh Tengah dikenal
sebagai wilayah pertanian sehingga dalam penelitian ini juga diperoleh
pekerjaan ayah terutama sebagai petani yaitu sebanyak 139 orang (69,5%) dan sebanyak
108 orang ibu merupakan IRT.
Tabel
1
Distribusi
frekuensi berdasarkan Penyakit Infeksi, Pengasuhan Keluarga dan Kejadian Stunting
Variabel |
N=200 |
% |
Riwayat Penyakit
Diare Anak |
|
|
Ya |
26 |
13,00 |
Tidak |
174 |
|
Riwayat Penyakit
Ispa Anak |
|
|
Ya |
95 |
47,50 |
Tidak |
105 |
52,50 |
Pola Asuh
Kesehatan |
|
|
Kurang baik |
133 |
66,50 |
Baik |
67 |
33,50 |
Pola Asuh
Psikosial |
|
|
Kurang baik |
85 |
42,50 |
Baik |
115 |
57,50 |
Kejadian
Stunting |
|
|
Ya |
64 |
32,00 |
Tidak |
136 |
68,00 |
Riwayat penyakit infeksi yang umum dialami anak usia
dini adalah penyakit diare dan ISPA. Hasil penelitian pada Tabel 1. menunjukkan sebanyak 26 anak mengalami diare ≥ 2 kali dalam 3 bulan terakhir dan terdapat 95 anak mengalami ISPA dalam 3 bulan terakhir sebanyak ≥3 kali. Pengasuhan
keluarga menggambarkan peran keluarga terutama ibu dalam
pemenuhan kebutuhan anak yang terdiri dari pola asuh
kesehatan dan pola asuh psikososial. Hasil penelitian menggambarkan mayoritas responden memiliki pola asuh
kesehatan yang kurang baik yaitu sebesar
66,5%. Sedangkan untuk pola asuh psikososial
telah menerapkan pola asuh yang baik sebesar 57,7%. Kejadian stunting anak TK dalam penelitian ini sebanyak 64 orang (32,0%) dimana 51,6 persen (33 orang) berjenis kelamin laki-laki.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan penyakit diare yang dialami anak dengan kejadian
stunting (p = 0,005; OR = 3,48; 95% CI = 1,49 < OR < 8,10.). Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan penyakit ISPA anak dengan kejadian
stunting (p = 0,347; OR = 1,39; 95% CI = 0,77 < OR < 2,53). Hasil uji statistik aspek pengasuhan keluarga menunjukkan adanya hubungan pola asuh
kesehatan (p < 0,001; OR = 5,36; 95% CI = 2,37
< OR < 12,11) dan pola asuh
psikososial (p <0,001; OR = 9,07; 95% CI = 4,54
< OR < 18,13) dengan kejadian
stunting pada anak TK (Tabel
2).
Tabel 2
Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi
dan Pengasuhan Keluarga dengan Stunting Anak TK
Kejadian Strunting |
||||||||
Variabel |
Ya |
Tidak |
Total |
P |
Nilai OR (95%) |
|||
N |
% |
N |
% |
N |
% |
|
||
Penyakit Diare |
|
|
|
|
|
|
|
|
Ya |
15 |
57,7 |
11 |
42,3 |
26 |
100,0 |
0,005 |
3,43 (1,498,10) |
Tidak |
49 |
28,2 |
125 |
71,8 |
174 |
100,0 |
|
|
Penyakit Ispa |
|
|
|
|
|
|
|
|
Ya |
34 |
35,8 |
61 |
64,2 |
95 |
100,0 |
0,347 |
1,39 (0,77253) |
Tidak |
30 |
28,6 |
75 |
71,4 |
105 |
100,0 |
|
|
Pola Asuh
Kesehatan |
|
|
|
|
|
|
|
|
Kurang Baik |
56 |
42,1 |
77 |
57,9 |
133 |
100,0 |
|
5,36 (23712,11) |
Baik |
8 |
11,9 |
59 |
88,1 |
67 |
100,0 |
0,001 |
|
Pola Asuh Psikososial |
|
|
|
|
|
|
|
|
Kurang baik |
49 |
57,6 |
36 |
42,4 |
85 |
100,0 |
|
9,07 (4,541813) |
Baik |
15 |
13,0 |
100 |
87,0 |
115 |
100,0 |
0,001 |
|
Berdasarkan hasil uji chi-square,
variable yang dapat dimasukkan
dalam uji regresi logistic berganda (p < 0,25) yaitu penyakit diare, pola asuh kesehatan
dan pola asuh psikososial. Sedangkan riwayat penyakit ISPA dikeluarkan dari model regresi logistik. Hasil uji regresi logistik menunjukkan terdapat hubungan signifikan penyakit diare, pola asuh kesehatan
dan pola asuh psikososial dengan stunting
(p<0,05) dengan masing-masing nilai
OR adalah sebesar 7,34;
5,93 dan 10,18 (Tabel 3).
Tabel 3
Hasil Uji Regresi
Berganda Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi dan Pengasuhan Keluarga dengan Stunting Anak TK
Variabel |
B |
SE |
P |
OR |
95%Cl |
Penyakit Diare |
1,994 |
0,551 |
<0,001 |
7,341 |
2,493-21,617 |
Pola Asuh Kesehatan |
1,786 |
0,494 |
<0,001 |
5,936 |
2,264-15,706 |
Pola Asuh Psikososial |
2,321 |
0,399 |
<0,001 |
10,186 |
4,659-22,269 |
Konstanta |
3,613 |
0,557 |
<0,001 |
|
|
Stunting merupakan kondisi terhambatnya pertumbuhan linear yang sangat umum
ditemukan di negara-negara berkembang
(Danaei
et al., 2016). Penelitian
ini menunjukkan sebanyak 32,0% anak TK usia 4-6 tahun mengalami stunting, sedangkan
data PSG Provinsi Aceh prevalensi
stunting pada balita di Kabupaten
Aceh tengah tahun 2017 sebesar 37,2% (Aceh,
2018). Keadaan ini menggambarkan stunting masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat khususnya anak umur 4-6 tahun di wilayah Kabupaten Aceh
Tengah yang berada dalam kategori prevalensi tinggi yaitu 30-39% (Organization,
2013)
Pertumbuhan linear terhambat
disebabkan oleh kondisi kesehatan yang kurang optimal, nutrisi dan perawatan/pengasuhan yang tidak memadai (De
Onis & Branca, 2016). Kondisi kesehatan yang kurang optimal ditandai dengan adanya riwayat penyakit infeksi yang dialami anak. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan penyakit diare dengan kejadian stunting. Penelitian di Puskesmas Simolawang Surabaya menunjukkan riwayat penyakit diare dalam 3 bulan
terakhir dapat meningkatkan risiko stunting pada
balita sebesar 3, 6 kali dengan p = 0,025 (Desyanti
& Nindya, 2017). Hasil ini
sejalan dengan dilakukan oleh (Nasikhah
& Margawati, 2012) di Semarang Timur serta penelitian (Semba,
2017) pada anak prasekolah di Indonesia Indonesia.
Selama diare terjadi malabsorsi zat gizi, dehidrasi
dan kehilangan zat gizi. Bila kondisi
ini tidak segera ditangani dan diimbangi dengan asupan makanan yang adekuat maka timbul
dehidrasi berat, malnutrisi serta gagal tumbuh (Dewey
& Mayers, 2011).
Jenis penyakit infeksi terbanyak yang dialami responden adalah infeksi saluran pernapasan atas, yaitu sebesar
47,5%. Penyakit ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang utama karena angka kejadiannya
masih tinggi terutama pada balita. Hasil penelitian ini menunjukkan penyakit ispa tidak berhubungan
dengan kejadian stunting
(p=0,347). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
(Halim
et al., 2018) mengenai
stunting pada anak usia 3-5
tahun di PAUD/TK di kecamatan
tuminting Kota Manado (p=0,162). Infeksi
ini tergolong ringan, dimana demam disertai batuk pilek berlangsung
2-3 hari (Roche
& Sun, 2005). Infeksi ini dapat sembuh
dengan sendirinya dalam waktu singkat
dan tidak mempengaruhi nafsu makan anak
sehingga tidak menurunkan status gizi anak dan memicu stunting.
Pola asuh kesehatan merupakan hal-hal yang dilakukan untuk mempertahankan status gizi anak, menjauhkan
dan menghindarkan penyakit serta yang dapat menyebabkan menurunnya keadaan kesehatan anak (Apriyanto,
2016). Hasil penelitian
ini menunjukkan pola asuh kesehatan
memiliki hubungan dengan kejadian stunting (p
<0,001; OR: 5,3). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian di Kabupaten Sijunjung (Power
et al., 2015) dan Kota Subulussalam
(Lestari
et al., 2014). Keaktifan
orang tua dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sangat diperlukan. Menurut (Mita
& Husni, 2017) saat orang
tua bersedia membawa anak ke
posyandu, anak akan memperoleh kapsul vitamin A dan obat cacing sebanyak dua kali dalam setahun serta anak
mendapat pengukuran status gizi melalui penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan. Upaya-upaya ini dapat membantu
orang tua memastikan optimalnya kondisi kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Menurut (Brooks
& McLennan, 2012), pola asuh psikososial merupakan praktek yang diberikan oleh pengasuh terutama ibu yang diperlukan anak dalam proses tumbuh kembangnya berupa pemberian rangsangan/ stimulus
dan dukungan emosional. Berdasarkan hasil uji statistik ditemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh
psikososial dengan kejadian stunting (p < 0,001; OR = 9,074). Hasil penelitian Rahmayana tahun 2014 dan Noftalina tahun 2019 juga menunjukkan pola asuh psikososial
secara signifikan berhubungan dengan stunting. Teori positive deviance menguraikan
bahwa rangsangan atau stimulus yang diterima anak dari ibu
/ pengasuh secara rutin berupa visual, kata-kata
(verbal) dan auditif dapat menstimulasi produksi hormon pertumbuhan (growth
hormone), mendorong normalnya
metabolisme energi dan kondisi respon imun yang lebih baik. Buruknya kondisi psikososial anak diprediksi mempengaruhi penggunaan zat gizi secara
negatif dalam tubuh anak. Disamping
itu, asuhan psikososial yang baik terkait juga dengan baiknya asuhan gizi dan kesehatan sehingga berdampak positif secara tidak langsung pada kondisi gizi, pertumbuhan
serta perkembangan anak (Diasmarani,
2011).
Kesimpulan
Terdapat hubungan
yang signifikan antara riwayat penyakit infeksi yaitu penyakit
diare pada anak, pola asuh kesehatan
dan pola asuh psikosial keluarga dengan kejadian stunting anak TK di Kabupaten Aceh Tengah.
Program mengatasi stunting perlu
dimulai dari peningkatan kualitas pengasuhan orang tua. Para orang tua diharapkan lebih memperhatikan dan menerapkan asuhan yang baik demi pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal dngan mengikuti kegiatan-kegiatan edukasi melalui kelas ibu
hamil atau pos gizi yang diselenggarakan pihak puskesmas dan kegiatan parenting lainnya dari sekolah.
BIBLIOGRAFI
Aceh, D.
(2018). Profil Kesehatan Aceh Tahun 2017. In Banda Aceh.
Apriyanto,
M. (2016). Study On Effect Of Fermentation To The Quality Parameter Of Cocoa
Bean In Indonesia. Asian J. Dairy & Food Res, 35(2), 160–163.
Arifin, S.
U., Mayulu, N., & Rottie, J. (2013). Hubungan Asupan Zat Gizi Dengan
Kejadian Anemia Pada Anak Sekolah Dasar Di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Jurnal
Keperawatan, 1(1).
Astuti, F.
P., & Purwaningsih, H. (2019). Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Tentang
Stunting Dan Gizi Balita Di Desa Rogomulyo Kecamatan Kaliwungu. Indonesian
Journal Of Community Empowerment (Ijce), 1(2).
Brooks, D.
R., & Mclennan, D. A. (2012). The Nature Of Diversity: An Evolutionary
Voyage Of Discovery. University Of Chicago Press.
Danaei, G.,
Andrews, K. G., Sudfeld, C. R., Fink, G., Mccoy, D. C., Peet, E., Sania, A.,
Smith Fawzi, M. C., Ezzati, M., & Fawzi, W. W. (2016). Risk Factors For
Childhood Stunting In 137 Developing Countries: A Comparative Risk Assessment
Analysis At Global, Regional, And Country Levels. Plos Medicine, 13(11),
E1002164.
De Onis,
M., & Branca, F. (2016). Childhood Stunting: A Global Perspective. Maternal
& Child Nutrition, 12, 12–26.
Desyanti,
C., & Nindya, T. S. (2017). Hubungan Riwayat Penyakit Diare Dan Praktik
Higiene Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Simolawang, Surabaya. Amerta Nutrition, 1(3), 243–251.
Dewey, K.
G., & Mayers, D. R. (2011). Early Child Growth: How Do Nutrition And
Infection Interact? Maternal & Child Nutrition, 7, 129–142.
Diasmarani,
N. (2011). Karakteristik Dan Perkembangan Bahasa Anak Balita Stunted Di Desa
Sukawening Kabupaten Bogor. Jurusan Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi
Manusia. Ipb, Bogor.
Fikawati,
S., & Syafiq, A. (2017). Maternal Calorie Intake Is A Significant Factor
Associated With 6 Months Of Exclusive Breastfeeding Among Lactating Mothers In
Depok City, Indonesia. Malaysian Journal Of Nutrition, 23(1).
Halim, R.,
Hana, M., & Mardhiyah, M. (2018). Gambaran Asupan Cairan Dan Status Gizi
Pada Mahasiswa Kedokteran Universitas Jambi. Jambi Medical Journal"
Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan", 6(1), 68–75.
Lestari, D.
P., Syafrizal, S., & Elfrida, E. (2014). An Analysis Of Politeness Language
Patterns In Request Used In English Textbook Of Second Grade Of Junior High
School. A Thesis Presented In Partial Fulfillment Of Sarjana Degree Of
English Language Education, Indonesia, University Of Bengkulu.
Mita, S.
R., & Husni, P. (2017). Pemberian Pemahaman Mengenai Penggunaan Obat
Analgesik Secara Rasional Pada Masyarakat Di Arjasari Kabupaten Bandung. Dharmakarya,
6(3).
Nasikhah,
R., & Margawati, A. (2012). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Balita
Usia 24–36 Bulan Di Kecamatan Semarang Timur. Diponegoro University.
Organization,
W. H. (2013). Global Tuberculosis Report 2013. World Health
Organization.
Picauly,
I., & Toy, S. M. (2013). Analisis Determinan Dan Pengaruh Stunting Terhadap
Prestasi Belajar Anak Sekolah Di Kupang Dan Sumba Timur, Ntt. Jurnal Gizi
Dan Pangan, 8(1), 55–62.
Power, D.,
Santoso, N., Dieringer, M., Yu, J., Huang, H., Simpson, S., Seth, I., Miao, H.,
& Zhu, J. (2015). Ifi44 Suppresses Hiv-1 Ltr Promoter Activity And
Facilitates Its Latency. Virology, 481, 142–150.
Roche, A.
F., & Sun, S. S. (2005). Human Growth: Assessment And Interpretation.
Cambridge University Press.
Sari, M. (2020).
Analisis Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Menggunakan Metode Human
Resource Scorecard (Studi Pada Pt Bprs Way Kanan). Uin Raden Intan Lampung.
Semba, N.
A. La. (2017). Hubungan Antara Komitmen Organisasi Dengan Organizational
Citizenship Behavior Pada Pegawai Negeri Sipildi Lembaga Penjaminan Mutu
Pendidikan (Lpmp) Provinsi Sumatera Selatan. Universitas Mercu Buana
Yogyakarta.
Staff, U.
(2010). Unicef Annual Report 2009. Unicef.
Tnp2k, P.
U. (2017). Program Keluarga Harapan Meraih Keluarga Sejahtera. Jakarta:
Kementrian Sosial Ri.
Ulfah, M.,
& Muliawati, N. N. (2013). Konsep Dasar Paud/Suyadi. Remaja
Rosdakarya.
Victora, C.
G., Adair, L., Fall, C., Hallal, P. C., Martorell, R., Richter, L., Sachdev, H.
S., & Group, M. And C. U. S. (2008). Maternal And Child Undernutrition:
Consequences For Adult Health And Human Capital. The Lancet, 371(9609),
340–357.
Wiyono, B.
B., Kusumaningrum, D. E., Gunawan, I., & Ardiansyah, M. (2019).
Implementation Of School Management Based On A Balanced Scorecard And Its
Relationship With Headmaster Attributes In Indonesia. Int. J. Innov. Creat.
Chang, 5(4), 164–179.