FAKTOR RISIKO KANKER SERVIKS PADA WANITA LANJUT USIA DI RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON

 

Euis Lelly R

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika

Email: elena19.mahardika@gmail.com

 

info artikel

abstrak

Tanggal diterima: 01 Januari 2020

Tanggal revisi:10 Januari 2020

Tanggal dipublish: 20 Januari 2020

Berdasarkan data dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) tahun 2016, Penderita kanker di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 17,8 juta jiwa dan tahun 2017 menjadi 21,7 juta jiwa. Setiap tahun tidak kurang dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Wanita yang terdiagnosa kanker serviks rata-rata berumur >45 tahun keatas atau memasuki fase lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko wanita lanjut usia penderita kanker serviks di RSD Gunung Jati Kota Cirebon. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh wanita  yang menderita kanker serviks berdasarkan data rekam medis di RSD Gunung Jati Kota Cirebon yang berjumlah 30 responden. Hasil penelitian berdasarkan perilaku seksual, tidak bergonta-ganti pasangan (28%) dan bergonta-ganti pasangan (6,7%), berdasarkan paritas, kurang dari 1 anak (20%) dan lebih dari 3 anak (80%), berdasarkan penggunaan pembersih vagina, menggunakan (26,7%) dan tidak menggunakan (73,3%). Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan penyuluhan tentang kanker serviks dan pencegahan serta pemeriksaan skrining test, agar mencegar penyakit kanker serviks di usia lanjut.

Kata kunci:

Kanker serviks; Wanita lanjut usia.



Pendahuluan

Jumlah penderita kanker diperkirakan terus meningkat dari tahun ke tahun dengan perkiraan mencapai 12 juta jiwa pada tahun 2030. Setiap tahun, terdapat 6,25 juta orang baru yang menderita kanker. Untuk penyakit kanker serviks di dunia, diperhitungkan terjadi lebih dari 30 per 100.000 penduduk. Kanker serviks adalah kanker paling umum keempat pada wanita dan ketujuh secara keseluruhan. Sekitar 528.000 kasus baru kanker serviks terjadi dan sebanyak 266.000 meninggal akibat penyakit ini atau diperhitungkan 7,5% dari semua kematian akibat kanker di dunia. Hampir sembilan dari sepuluh (87%) kematian akibat kanker serviks terjadi di daerah yang kurang berkembang. Kematian bervariasi 18 kali lipat antara berbagai wilayah di dunia, dengan tingkat

 

kurang dari 2 per 100.000 di Asia Barat, Eropa Barat dan Australia/ Selandia Baru lebih dari 20 per 100.000, di Melanesia (20,6), Afrika Tengah (22,2) dan Afrika Timur (27,6). Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks dan sekitar 8.000 kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks tertinggi di dunia. Kanker ini muncul tanpa menimbulkan gejala dan sangat sulit di deteksi sehingga penyakit ini sering terdiagnosa pada stadium Lanjut. (WHO, 2015).

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi tumor/ kanker di Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker tertinggi di Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Insiden Kanker Serviks di Indonesia sebesar 17 per 100.000 perempuan. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker serviks di Indonesia pada tahun 2013, diketahui bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki estimasi jumlah penderita kanker serviks terbesar, sementara itu Provinsi Gorontalo dan Papua Barat memiliki estimasi jumlah penderita terkecil dari seluruh provinsi pada stadium l. Dan kejadian tertinggi kanker serviks berdasarkan golongan umur yaitu antara umur 45-60 tahun ke atas.

Deteksi kanker leher rahim dengan menggunakan metoda IVA dilaporkan oleh 22 Kabupaten/Kota di Jawa Barat (81,48 %) dengan pemeriksaan sebanyak 62.220 orang, dari sasaran pemeriksaan wanita usia 30-50 tahun sebanyak 7.206.164 orang sehingga cakupan IVA Sebesar 0,89%, dan ditemukan IVA positif 829 orang (1,29%) dari jumlah pemeriksaan leher rahim. Ditemukan tumor/benjolan sebanyak 912 orang (0,013%) dari sasaran wanita usia 30-60 tahun, atau 1,42% dari jumlah yang diperiksa, tersebar di 15 Kab/Kota yaitu Kab Bekasi dengan positif tumor benjolan 19,51%, Kab Sumedang 9,53%, Kab Purwakarta 6,64%, Kab Indramayu 4,71%, Kota Sukabumi 3,55%, Kab Bandung 3,15%, Kota Bogor 1,98, Kota Bekasi 1,75%, Kota Garut 1,38%, Kota Cirebon 1,37%, Kab Ciamis 1,03%, Kab Kuningan 0,77%, Kab Sukabumi 0,67%,Kab Karawang 0,61%, dan Kab Bogor 0,34% (Dinkes Jawa Barat, 2016).

Berdasarkan data dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI) tahun 2016, Penderita kanker di Indonesia pada tahun 2016 sebesar 17,8 juta jiwa dan tahun 2017 menjadi 21,7 juta jiwa. Terjadi peningkatan sebesar 3,9 persen untuk jumlah penderita kanker. Untuk angka kejadian kanker serviks juga masih sangat tinggi. Setiap tahun tidak kurang dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Wanita yang terdiagnosa kanker serviks rata-rata berumur >45 tahun keatas atau memasuki fase lanjut usia.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Information Centre HPV on Cancer (ICO) tahun 2017, Populasi wanita di dunia yang berjumlah 2.784 juta jiwa dengan kelompok berusia 45 tahun ke atas, berisiko mengalami kanker serviks. Diperkirakan bahwa setiap tahun sebanyak 527.624 wanita di diagnosis menderita kanker serviks dan 265.672 meninggal karena penyakit ini. Insiden tertinggi kanker serviks berdasarkan golongan umur di dunia yaitu umur 45-60 tahun sebesar 12753 kasus.

World Health Organization (WHO) tahun 2015, lansia dibagi menjadi 4 kriteria yaitu usia pertengahan (middle ege) dari umur 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) dari umur 60-74 tahun, lanjut usia (old) dari umur 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) ialah umur diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Depkes tahun 2009, masa lansia awal dari umur 46-55 tahun, masa lansia akhir dari umur 56-65 tahun dan masa manula atas 65 tahun keatas.

Kanker serviks bisa menyerang wanita dengan berbagai usia, diantaranya usia 15-24 tahun (0,67%), usia 25-34 tahun (11,25%), usia 35-44 tahun (31,40) dan yang paling sering ditemukan yaitu pada usia 45-54 tahun (42,40%) (Faisal, 2011). Kanker serviks banyak ditemukan sudah dalam keadaan stadium lanjut mencapai 80% diantaranya stadium I ( 19,1%), stadium II (32,0%), stadium III (40,7%), stadium IV (7,4%) dan tidak diketahui sebanyak 0,7% (Muchlis, 2011).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prandana (2015) di RSUP Adam Malik Medan, bahwa jumlah pasien kanker serviks pada tahun 2015 sebanyak 367 orang. Berdasarkan umur, penderita kanker serviks paling banyak berada pada golongan umur 40-55 tahun (58,3%), seluruh penderita berstatus kawin (100%). Menurut paritas yang paling sering menderita kanker serviks adalah 3-5 anak (56,1%). Keluhan utama yang paling banyak dialami penderita adalah perdarahan pervaginam (77,9%), sedangkan untuk stadium terbanyak berada pada stadium IIIb (39,5%).

Menurut penelitian Khasbiyah (2010) di Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang menunjukan bahwa sebagian besar penderita kanker leher rahim memiliki paritas >3 (52%). Kebanyakan penderita melakukan hubungan seksual yang pertama kali pada umur dibawah 20 tahun (74%). Di dapatkan hasil statistik bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas dan usia pertama kali.

Menurut Wahyuningsih dan Mulyani (2014) berpendapat bahwa partner sex >1 orang akan meningkatkan risiko 6.19 kali lebih besar untuk mengalami lesi prakanker serviks dibandingkan dengan wanita yang memiliki partner sex 1 orang saja, sedangkan paritas >3 kali meningkatkan risiko kanker serviks sebesar 5,5 kali lebih besar dan merokok mempunyai peluang 3,545 kali lebih besar untuk mengalami lesi prakanker serviks dibandingkan dengan yang tidak merokok. Oleh karena itu, diperlukannya upaya untuk penurunan insiden kanker serviks khususnya bagi wanita-wanita muda dengan upaya preventif dan promotif, yakni salah satunya dengan mengidentifikasi faktor risiko kanker serviks pada dewasa muda.

Penelitian yang dilakukan Haverkos dkk (2016) di Afrika, menyimpulkan bahwa kandungan dari douching atau bahan pembersih vagina (monomer kompleks, heksilresorinol, oxyquinoline, 2-fenilfenol, dan triklosan) akan menyebar ke jaringan ke tingkat tertinggi dan menghasilkan peradangan paling banyak sehingga menyebabkan iritasi kimia atau kemungkinan karsinogen sebagai pencetus timbulnya kanker serviks.

RSD Gunung Jati Kota Cirebon adalah rumah sakit daerah milik pemerintah dan merupakan salah satu rumah sakit tipe A yang terletak di Cirebon. Rumah Sakit ini terletak di Jalan Kesambi Raya No. 56, Drajat, Kesambi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon. RSD Gunung Jati memberikan pelayanan di bidang kesehatan yang di dukung oleh layanan dokter spesialis dan sub spesialis, serta ditunjang dengan fasilitas medis yang memadai seperti Ambulance, Farmasi, Instalasi Gizi, Rehabilitasi medik, terapi Okupasi, terapi wicara, pelayanan IGD 24 jam, pelayanan rawat inap, pelayanan rawat intensif, pelayanan Operasi, pelayanan penunjang, pelayanan rawat jalan, pelayanan unggulan.

Berdasarkan data Instalasi Rekam Medis di RSD Gunung Jati Kota Cirebon pada tahun 2018-2019. Dapat dilihat bahwa pasien yang menderita kanker serviks sebanyak 55 kasus. Dengan rincian sebagai berikut yaitu pasien dengan status rawat inap pada tahun 2018 sebanyak 39 kasus, dengan kelompok usia 45-60 tahun berjumlah 30 orang, dan usia 60-65 tahun berjumlah 2 orang. Tahun 2019 sebanyak 11 kasus, usia 25-44 tahun jumlah 9 orang, dan usia > 65 tahun berjumlah 2 orang. Sedangkan untuk penderita kanker serviks dengan status rawat jalan, pada tahun 2018 sebanyak 5 kasus, dengan Usia >64 tahun berjumlah 3 orang, dan kasus baru kanker serviks berjumlah 2 orang.

Berdasarkan uraian diatas penderita kanker serviks yang paling banyak terjadi yaitu pada usia 45-60 tahun, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang ” Faktor risiko kanker serviks pada wanita lanjut usia di RSD Gunung Jati Kota Cirebon”.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif yaitu penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat. Survey deskriptif juga dapat didefinisikan suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. (Notoatmojo, 2018).

Metode penelitian deskriptif digunakan digunakan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan, fenomena, atau situasi masalah di suatu tempat (Lapau, 2015). Dalam penelitian ini, untuk mengetahui Gambaran faktor-faktor risiko kanker serviks pada wanita lanjut usia di RSD Gunung Jati Kota Cirebon.

Teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik total samping yaitu suatu teknik pengambilan sample dimana jumlah sample sama dengan jumlah populasi (Lapau, 2015).

Responden dari penelitian ini adalah wanita usia (45-60 tahun) yang menderita kanker serviks berdasarkan data rekam medis di RSD Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2019.

Sample pada penelitian ini Terhitung dari Januari 2018 - Maret 2019 yang berjumlah 30 orang penderita kanker serviks.

Perilaku Seksual

F

%

1.                   

Tidak bergonta-ganti pasangan

28

93,3

 

 

 

2.                   

Bergonta ganti-pasangan

2

6,7

Total

30

100%

 

 

 

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar tidak bergonta-ganti pasangan yaitu 28 responden (93,3%) dan yang bergonta-ganti pasangan yaitu 2 responden (6,7%). Pada penelitian ini responden tidak berisiko terhadap kanker serviks berdasarkan perilaku seksual. Namun 6,7% responden sudah berisiko terkena kanker serviks. Jumlah pasangan seksual >1 orang turut berkontribusi dalam penyebaran kanker serviks (Wahyuningsih & Mulyani, 2014).

Menurut Novel (2010) dalam Wahyuningsih & Mulyani (2014) menyatakan bahwa pada prinsipnya setiap pria memiliki protein spesifik berbeda pada spermanya. Protein tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada sel epitel serviks. Sel epitel serviks akan mentoleransi dan mengenali protein tersebut, tetapi jika wanita itu melakukan hubungan dengan banyak pria maka akan banyak sperma dengan protein spesifik berbeda yang akan menyebabkan kerusakan tanpa perbaikan dari sel serviks sehingga akan menghasilkan luka. Adanya luka akan mempermudah infeksi HPV.

 

Hasil dan Pembahasan

1.    Paritas

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar mempunyai jumlah anak >3 yaitu 24 responden (80%) dan yang paling sedikit <3 sebanyak 6 responden (20%). Diketahui bahwa paritas >3 meningkatkan risiko kanker leher rahim sebesar 5,5 kali lebih besar daripada paritas  <3. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Joeharno (2013), bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker leher rahim dengan besar risiko 4,55 kali untuk terkena kanker leher rahim pada perempuan dengan paritas >3 dibandingkan perempuan dengan paritas <3. Menurut Astri (2014) bahwa wanita yang telah mengalami 3 atau lebih kehamilan, memiliki peningkatan risiko untuk terjadinya kanker serviks. Penelitian telah menunjukkan bahwa perubahan hormon selama kehamilan kemungkinan membuat perempuan lebih rentan terhadap infeksi HPV atau pertumbuhan kanker.

 

 

2.    Pemakaian Pembersih Vagina

Paritas

F

%

1. < 3 anak

2. >3 anak

6

24

20

80

Total

30

100%

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar responden tidak menggunakan pembersih vagina yaitu sebanyak 22 responden (73,3%) dan yang menggunakan pembersih vagina sebanyak 8 responden (26,7%). Pada penelitian ini responden tidak berisiko terhadap kanker serviks berdasarkan pemakaian pembersih vagina. Menurut penelitian astri (2014), bahwa wanita yang melakukan Dounching setidaknya seminggu sekali lebih berisiko empat kali lipat terkena kanker serviks dibandingkan dengan yang tidak menggunakan.

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor risiko kanker serviks pada wanita lanjut usia di RSD Gunung Jati Kota Cirebon,

1.    Berdasarkan perilaku seksual bahwa dari 30 responden, sebagian besar tidak bergonta-ganti pasangan yaitu 28 responden (93,3%) dan yang bergonta-ganti pasangan yaitu 2 responden (6,7%).

2.    Berdasarkan paritas dari 30 responden, sebagian besar mempunyai jumlah anak >3 yaitu 24 responden (80%) dan yang paling sedikit <3 sebanyak 6 responden (20%).

Berdasarkan penggunaan pembersih vagina dari 30 responden, sebagian besar responden tidak menggunakan pembersih vagina yaitu sebanyak 22 responden (73,3%) dan yang menggunakan pembersih vagina sebanyak 8 responden (26,7%).

 

Daftar Pustaka

Arum, Sheria Puspita. (2015). Stop Kanker Serviks: Panduan Bagi Wanita  Untuk Mengenal, Mencegah & Mengobati. Yogyakarta: Notebook.

American Cancer Society, 2017. Data sources: Surveillance, Epidemiology, and End Results (SEER) 18 registries, National Cancer Institute, 2016. Atlanta : The American Cancer Society is a qualified.

 

Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha ilmu

 

Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian kesehatan RI, 2013 Riset Kesehatan Dasar, diakses 17 Februari 2019. (online)  Tersedia : http://labdata.litbang.depkes.go.id

 

Depkes RI. (2011). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas Kesehatan I. Jakarta

 

Distrinarista, Hernandia. Jurnal Keperawatan Soedierman, pengalaman survivor kanker Serviks Volume 12, no 3 tahun 2017, diakses 16 Maret 2019. (Online) Tersedia http://jks.fikes.unsoed.ac.id

 

Dinas kesehatan Jabar. 2016, Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2016. (online) Tersedia: http://www.dinkesjabarprov.co.id. diakses 20 Februari 2019.

 

Dinas Kesehatan Kota Cirebon. 2017, Deteksi kanker leher rahim dengan menggunakan metoda IVA test, Cirebon.

 

Eka Setiarini. 2015. Jurnal kesehatan “faktor-faktor yang berhubungan  dengan kejadian kanker leher rahim di Rumah Sakit dr.  Moewardi Surakarta”. (online) Diakses 19 Mei 2019.

 

Instalasi Rekam Medis, RSD Gunung Jati Kota Cirebon. 2018-2019. Pasien penderita kanker serviks rawat inap dan rawat jalan.

 

International Agency for Research on Cancer, ( IARC).  (2012). Estimated  Cancer Incidence, Mortality and Prevalence Worldwide in 2012. Diakses 10 Februari

2019 dari http://globocan.iarc.fr/fact_sheets.cancer.com

 

Information Centre HPV on Cancer  (ICO). (2017). Human papillomavirus and related cancers. Diakses 20 Februari 2019. (online). Tersedia: http://apps.who.int/hpvcentre.

 

Irawati, 2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduski. Yogyakarta : Nuha Medika

 

Kemenkes RI. (2015). Info DATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI (online) : Stop Kanker. Diakses 2 Maret 2019 dari http://www.depkes.go.id/rinfodatin-kanker.pdf

 

Kholifah, 2016. Jurnal Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

 

Khasbiyah, 2010. Pasien Kanker Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang. Diakses online : tanggal 22 Februari 2019. http://jurnalusu.co.id

 

Lapau Buchari, 2015. Metode Penelitian Kebidanan : Panduan Penulisan Protokol Dan Laporan Hasil Penelitian. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

 

Muchlis. (2011). Kanker serviks menyerang semua usia. Forum Ilmiah.  Vol. 10. Nomor 2. (Hlm. 192-209). Diakses tanggal 17 Mei 2019.  http://Jurnal.usu.ac.index.

 

Manuaba, I. B. G. (2009). Memahami kesehatan reproduksi wanita (2 ed.). Jakarta: EGC.

 

Mandal, dkk. 2014. Buku ajar kesehatan reproduksi. Jakarta: ECG.

 

Notoatmodjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineke Cipta

 

Notoatmodjo. 2018. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineke Cipta

 

Prandana.D.A., Rusda.M. (2013). Pasien Kanker Serviks Di RSUP H.Adam Malik Medan. Diakses tanggal 22 Februari 2019 http://Jurnal.usu.ac.index.

 

Prawirohardjo, S. (2009). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Tiga Putera Begawan.

Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

 

Profil RSD Gunung Jati Kota Cirebon. Diakses online tanggal 3 Agustus 2019. Tersedia : rsdgunungjati.cirebonkota.go.id

 

Riksani, Ria. (2016). Kenali Kanker Serviks Sejak Dini. Yogyakarta: Rapha Publishing.

 

Rasjidi, I. 2014. Manual Prakanker Serviks, edisi 1, Sagung Seto, Jakarta.

 

Rio, Susi. Kanker serviks dan upaya prevensi pada perempuan yang memiliki keluarga dengan kanker serviks. Volume 4, no 3

 

tahun 2017. (Online) Tersedia : http://jurnal.ugm.ac.id.

 

Ridhaningsih dan Siti Nurjannah (2010). Hubungan aktivitas seksual dini, promiskuitas, dan bilasvagina dengan kejadian kanker leher rahim. (Online) Tersedia : http://jurnal.ugm.ac.id

 

Savitri, Astrid. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim dan Rahim. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

 

Sri Rahayu, Dedeh. (2015). Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba Medika.

Sulistyaningsih. 2011. Metode Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu

 

Setyarini, Eka (2011). Penelitian Faktor Risiko Kanker Serviks di RS dr. Moewardi Surakarta.

 

Sunay, dkk. 2011. Jurnal kesehatan reproduksi perempuan. Diakses online tanggal 3 Agustus 2019. Tersedia : http://kespro.ac.id

Triwibowo Cecep, Pusphandani Mitha Erlisya 2015. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat Nuha Medika: Yogyakarta

Triwibowo Cecep, Pusphandani Mitha Erlisya. 2015. Kesehatan Lingkungan dan K3 Nuha Medika: Yogyakarta.

 

Verney. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

 

Word Health Organization (WHO).  (2015). Estimated Cervical Cancer Incidence Worldwide. Diakses 29 Januari 2019. http://whqlibdoc.who.int.

 

 

WHO, 2013. Estimated Cervical Cancer Incidence Worldwide in 2013. World Health Organization, Geneva.

Wahyuningsih, Tri., Mulyani, Erry Yudhya. (2014). Faktor risiko terjadinya lesi prakanker serviks Forum Ilmiah. Vol. 11. Nomor 2.  (Hlm. 192-209).

 

Winarsih Nur Ambarwati, Irdawati, dan Vivin Dwi Nuryanti (2011). faktor-faktor yang berhubungan dengan wanita kanker serviks tidak periksa Pap smear. Diakses online : 20 Mei 2019. Tersedia : http://jurnalusu.co.id

 

Yayasan Kanker Indonesia, 2016. Penderita Kanker Indonesia Semakin Meningkat. Diakses pada 2 Februari 2019. (Online) tersedia : http://kankerinsiden.com

 


Copyright holder:

Euis Lelly R (2020)

 

First publication right:

Jurnal Health Sains

 

This article is licensed under: