FAKTOR RISIKO KANKER SERVIKS PADA WANITA
LANJUT USIA DI RSD GUNUNG JATI KOTA CIREBON
Euis Lelly R
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika
Email: elena19.mahardika@gmail.com
info
artikel |
abstrak |
Tanggal diterima: 01 Januari 2020 Tanggal revisi:10 Januari 2020 Tanggal dipublish: 20 Januari 2020 |
Berdasarkan data dari Yayasan Kanker
Indonesia (YKI) tahun 2016, Penderita kanker di Indonesia pada tahun 2016
sebesar 17,8 juta jiwa dan tahun 2017 menjadi 21,7 juta jiwa. Setiap tahun
tidak kurang dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Wanita
yang terdiagnosa kanker serviks rata-rata berumur >45 tahun keatas atau
memasuki fase lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor
resiko wanita lanjut usia penderita kanker serviks di RSD Gunung Jati Kota
Cirebon. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini yaitu seluruh wanita
yang menderita kanker serviks berdasarkan data rekam medis di RSD
Gunung Jati Kota Cirebon yang berjumlah 30 responden. Hasil penelitian berdasarkan
perilaku seksual, tidak bergonta-ganti pasangan (28%) dan bergonta-ganti
pasangan (6,7%), berdasarkan paritas, kurang dari 1 anak (20%) dan lebih dari
3 anak (80%), berdasarkan penggunaan pembersih vagina, menggunakan (26,7%)
dan tidak menggunakan (73,3%). Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat
melakukan penyuluhan tentang kanker serviks dan pencegahan serta pemeriksaan
skrining test, agar mencegar penyakit kanker serviks di usia lanjut. |
Kata kunci: Kanker serviks; Wanita lanjut usia. |
Pendahuluan
Jumlah penderita kanker
diperkirakan terus meningkat dari tahun ke tahun dengan perkiraan mencapai 12
juta jiwa pada tahun 2030. Setiap tahun, terdapat 6,25 juta orang baru yang
menderita kanker. Untuk penyakit kanker serviks di dunia, diperhitungkan terjadi
lebih dari 30 per 100.000 penduduk. Kanker serviks adalah kanker paling umum
keempat pada wanita dan ketujuh secara keseluruhan. Sekitar 528.000 kasus baru
kanker serviks terjadi dan sebanyak 266.000 meninggal akibat penyakit ini atau
diperhitungkan 7,5% dari semua kematian akibat kanker di dunia. Hampir sembilan
dari sepuluh (87%) kematian akibat kanker serviks terjadi di daerah yang kurang
berkembang. Kematian bervariasi 18 kali lipat antara berbagai wilayah di dunia,
dengan tingkat
kurang dari 2 per 100.000 di Asia
Barat, Eropa Barat dan Australia/ Selandia Baru lebih dari 20 per 100.000, di
Melanesia (20,6), Afrika Tengah (22,2) dan Afrika Timur (27,6). Di Indonesia,
setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks dan sekitar
8.000 kasus diantaranya berakhir dengan kematian. Indonesia merupakan negara
dengan jumlah penderita kanker serviks tertinggi di dunia. Kanker ini muncul
tanpa menimbulkan gejala dan sangat sulit di deteksi sehingga penyakit ini
sering terdiagnosa pada stadium Lanjut. (WHO, 2015).
Berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi tumor/ kanker di Indonesia
adalah 1,4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang. Kanker tertinggi di
Indonesia pada perempuan adalah kanker payudara dan kanker leher rahim. Insiden
Kanker Serviks di Indonesia sebesar 17 per 100.000 perempuan. Berdasarkan
estimasi jumlah penderita kanker serviks di Indonesia pada tahun 2013,
diketahui bahwa Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat memiliki
estimasi jumlah penderita kanker serviks terbesar, sementara itu Provinsi
Gorontalo dan Papua Barat memiliki estimasi jumlah penderita terkecil dari
seluruh provinsi pada stadium l. Dan kejadian tertinggi kanker serviks
berdasarkan golongan umur yaitu antara umur 45-60 tahun ke atas.
Deteksi kanker leher
rahim dengan menggunakan metoda IVA dilaporkan oleh 22 Kabupaten/Kota di Jawa
Barat (81,48 %) dengan pemeriksaan sebanyak 62.220 orang, dari sasaran
pemeriksaan wanita usia 30-50 tahun sebanyak 7.206.164 orang sehingga cakupan
IVA Sebesar 0,89%, dan ditemukan IVA positif 829 orang (1,29%) dari jumlah
pemeriksaan leher rahim. Ditemukan tumor/benjolan sebanyak 912 orang (0,013%)
dari sasaran wanita usia 30-60 tahun, atau 1,42% dari jumlah yang diperiksa,
tersebar di 15 Kab/Kota yaitu Kab Bekasi dengan positif tumor benjolan 19,51%,
Kab Sumedang 9,53%, Kab Purwakarta 6,64%, Kab Indramayu 4,71%, Kota Sukabumi
3,55%, Kab Bandung 3,15%, Kota Bogor 1,98, Kota Bekasi 1,75%, Kota Garut 1,38%,
Kota Cirebon 1,37%, Kab Ciamis 1,03%, Kab Kuningan 0,77%, Kab Sukabumi
0,67%,Kab Karawang 0,61%, dan Kab Bogor 0,34% (Dinkes Jawa Barat, 2016).
Berdasarkan data dari
Yayasan Kanker Indonesia (YKI) tahun 2016, Penderita kanker di Indonesia pada
tahun 2016 sebesar 17,8 juta jiwa dan tahun 2017 menjadi 21,7 juta jiwa.
Terjadi peningkatan sebesar 3,9 persen untuk jumlah penderita kanker. Untuk
angka kejadian kanker serviks juga masih sangat tinggi. Setiap tahun tidak
kurang dari 15.000 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia. Wanita yang
terdiagnosa kanker serviks rata-rata berumur >45 tahun keatas atau memasuki
fase lanjut usia.
Berdasarkan data yang
diperoleh dari Information Centre HPV on Cancer (ICO) tahun 2017, Populasi wanita di dunia
yang berjumlah 2.784 juta jiwa dengan kelompok berusia 45 tahun ke atas,
berisiko mengalami kanker serviks. Diperkirakan bahwa setiap tahun
sebanyak 527.624 wanita di diagnosis menderita kanker serviks dan 265.672
meninggal karena penyakit ini. Insiden tertinggi kanker serviks berdasarkan golongan
umur di dunia yaitu umur 45-60 tahun sebesar 12753 kasus.
World Health
Organization (WHO)
tahun 2015, lansia dibagi menjadi 4 kriteria yaitu usia pertengahan (middle
ege) dari umur 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) dari umur 60-74
tahun, lanjut usia (old) dari umur 75-90 tahun dan usia sangat tua (very
old) ialah umur diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Depkes tahun 2009, masa
lansia awal dari umur 46-55 tahun, masa lansia akhir dari umur 56-65 tahun dan
masa manula atas 65 tahun keatas.
Kanker serviks bisa
menyerang wanita dengan berbagai usia, diantaranya usia 15-24 tahun (0,67%),
usia 25-34 tahun (11,25%), usia 35-44 tahun (31,40) dan yang paling sering
ditemukan yaitu pada usia 45-54 tahun (42,40%) (Faisal, 2011). Kanker serviks
banyak ditemukan sudah dalam keadaan stadium lanjut mencapai 80% diantaranya
stadium I ( 19,1%), stadium II (32,0%), stadium III (40,7%), stadium IV (7,4%)
dan tidak diketahui sebanyak 0,7% (Muchlis, 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prandana (2015)
di RSUP Adam Malik Medan, bahwa jumlah pasien kanker serviks pada tahun 2015
sebanyak 367 orang. Berdasarkan umur, penderita kanker serviks paling banyak
berada pada golongan umur 40-55 tahun (58,3%), seluruh penderita berstatus
kawin (100%). Menurut paritas yang paling sering menderita kanker serviks
adalah 3-5 anak (56,1%). Keluhan utama yang paling banyak dialami penderita
adalah perdarahan pervaginam (77,9%), sedangkan untuk stadium terbanyak berada
pada stadium IIIb (39,5%).
Menurut penelitian Khasbiyah (2010) di Rumah Sakit
Dokter Kariadi Semarang menunjukan bahwa sebagian besar penderita kanker leher
rahim memiliki paritas >3 (52%). Kebanyakan penderita melakukan hubungan
seksual yang pertama kali pada umur dibawah 20 tahun (74%). Di dapatkan hasil
statistik bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas dan usia pertama
kali.
Menurut Wahyuningsih dan
Mulyani (2014) berpendapat bahwa partner sex >1 orang akan meningkatkan
risiko 6.19 kali lebih besar untuk mengalami lesi prakanker serviks
dibandingkan dengan wanita yang memiliki partner
sex 1 orang saja, sedangkan paritas >3 kali meningkatkan risiko kanker
serviks sebesar 5,5 kali lebih besar dan merokok mempunyai peluang 3,545 kali
lebih besar untuk mengalami lesi prakanker serviks dibandingkan dengan yang
tidak merokok. Oleh karena itu, diperlukannya upaya untuk penurunan insiden
kanker serviks khususnya bagi wanita-wanita muda dengan upaya preventif dan
promotif, yakni salah satunya dengan mengidentifikasi faktor risiko kanker
serviks pada dewasa muda.
Penelitian yang dilakukan Haverkos dkk (2016) di
Afrika, menyimpulkan bahwa kandungan dari douching atau bahan pembersih vagina
(monomer kompleks, heksilresorinol, oxyquinoline, 2-fenilfenol, dan triklosan)
akan menyebar ke jaringan ke tingkat tertinggi dan menghasilkan peradangan
paling banyak sehingga menyebabkan iritasi kimia atau kemungkinan karsinogen
sebagai pencetus timbulnya kanker serviks.
RSD Gunung Jati Kota Cirebon adalah rumah sakit daerah
milik pemerintah dan merupakan salah satu rumah sakit tipe A yang terletak di
Cirebon. Rumah Sakit ini terletak di Jalan Kesambi Raya No. 56, Drajat,
Kesambi, Kec. Kesambi, Kota Cirebon. RSD Gunung Jati memberikan pelayanan di
bidang kesehatan yang di dukung oleh layanan dokter spesialis dan sub
spesialis, serta ditunjang dengan fasilitas medis yang memadai seperti
Ambulance, Farmasi, Instalasi Gizi, Rehabilitasi medik, terapi Okupasi, terapi
wicara, pelayanan IGD 24 jam, pelayanan rawat inap, pelayanan rawat intensif,
pelayanan Operasi, pelayanan penunjang, pelayanan rawat jalan, pelayanan unggulan.
Berdasarkan data Instalasi Rekam Medis di RSD Gunung
Jati Kota Cirebon pada tahun 2018-2019. Dapat dilihat bahwa pasien yang
menderita kanker serviks sebanyak 55 kasus. Dengan rincian sebagai berikut
yaitu pasien dengan status rawat inap pada tahun 2018 sebanyak 39 kasus, dengan
kelompok usia 45-60 tahun berjumlah 30 orang, dan usia 60-65 tahun berjumlah 2
orang. Tahun 2019 sebanyak 11 kasus, usia 25-44 tahun jumlah 9 orang, dan usia
> 65 tahun berjumlah 2 orang. Sedangkan untuk penderita kanker serviks
dengan status rawat jalan, pada tahun 2018 sebanyak 5 kasus, dengan Usia >64
tahun berjumlah 3 orang, dan kasus baru kanker serviks berjumlah 2 orang.
Berdasarkan uraian diatas penderita kanker serviks
yang paling banyak terjadi yaitu pada usia 45-60 tahun, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian tentang ” Faktor risiko kanker serviks pada wanita lanjut
usia di RSD Gunung Jati Kota Cirebon”.
Metode
Penelitian
Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif yaitu penelitian
diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan di dalam suatu
komunitas atau masyarakat. Survey deskriptif juga dapat didefinisikan suatu
penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu
fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. (Notoatmojo, 2018).
Metode penelitian deskriptif digunakan digunakan untuk
mendeskripsikan atau menguraikan suatu keadaan, fenomena, atau situasi masalah
di suatu tempat (Lapau, 2015). Dalam penelitian ini, untuk mengetahui Gambaran
faktor-faktor risiko kanker serviks pada wanita lanjut usia di RSD Gunung Jati
Kota Cirebon.
Teknik dalam penelitian ini menggunakan teknik total
samping yaitu suatu teknik pengambilan sample dimana jumlah sample sama dengan
jumlah populasi (Lapau, 2015).
Responden dari
penelitian ini adalah wanita usia (45-60 tahun) yang menderita kanker serviks
berdasarkan data rekam medis di RSD Gunung Jati Kota Cirebon tahun 2019.
Sample pada penelitian
ini Terhitung dari Januari 2018 - Maret 2019 yang berjumlah 30 orang penderita
kanker serviks.
Perilaku
Seksual |
F |
% |
|
1.
|
Tidak
bergonta-ganti pasangan |
28 |
93,3 |
2.
|
Bergonta
ganti-pasangan |
2 |
6,7 |
Total |
30 |
100% |
Berdasarkan
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar tidak
bergonta-ganti pasangan yaitu 28 responden (93,3%) dan yang
bergonta-ganti pasangan yaitu 2 responden (6,7%). Pada penelitian ini responden tidak berisiko
terhadap kanker serviks berdasarkan perilaku seksual. Namun 6,7% responden sudah berisiko terkena kanker
serviks. Jumlah pasangan seksual >1 orang turut berkontribusi dalam
penyebaran kanker serviks (Wahyuningsih & Mulyani, 2014).
Menurut Novel
(2010) dalam Wahyuningsih & Mulyani (2014) menyatakan bahwa pada prinsipnya
setiap pria memiliki protein spesifik berbeda pada spermanya. Protein tersebut
dapat menyebabkan kerusakan pada sel epitel serviks. Sel epitel serviks akan
mentoleransi dan mengenali protein tersebut, tetapi jika wanita itu melakukan
hubungan dengan banyak pria maka akan banyak sperma dengan protein spesifik
berbeda yang akan menyebabkan kerusakan tanpa perbaikan dari sel serviks
sehingga akan menghasilkan luka. Adanya luka akan mempermudah infeksi HPV.
Hasil dan Pembahasan
1. Paritas
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30
responden, sebagian besar mempunyai jumlah anak >3 yaitu
24 responden (80%) dan yang paling sedikit <3 sebanyak 6 responden (20%). Diketahui bahwa paritas
>3 meningkatkan risiko kanker leher rahim sebesar 5,5 kali lebih besar
daripada paritas <3. Penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Joeharno (2013), bahwa paritas
merupakan faktor risiko terhadap kejadian kanker leher rahim dengan besar
risiko 4,55 kali untuk terkena kanker leher rahim pada perempuan dengan paritas
>3 dibandingkan perempuan dengan paritas <3. Menurut Astri (2014) bahwa
wanita yang telah mengalami 3 atau lebih kehamilan, memiliki peningkatan risiko
untuk terjadinya kanker serviks. Penelitian telah menunjukkan bahwa perubahan
hormon selama kehamilan kemungkinan membuat perempuan lebih rentan terhadap
infeksi HPV atau pertumbuhan kanker.
2.
Pemakaian
Pembersih Vagina
Paritas |
F |
% |
1. < 3 anak 2. >3 anak |
6 24 |
20 80 |
Total |
30 |
100% |
Berdasarkan
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar
responden tidak menggunakan pembersih vagina yaitu sebanyak 22 responden
(73,3%) dan yang menggunakan pembersih vagina sebanyak 8 responden (26,7%).
Pada penelitian ini responden tidak berisiko terhadap kanker serviks
berdasarkan pemakaian pembersih
vagina. Menurut penelitian astri (2014), bahwa wanita yang melakukan Dounching
setidaknya seminggu sekali lebih berisiko empat kali lipat terkena kanker
serviks dibandingkan dengan yang tidak menggunakan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor risiko kanker serviks
pada wanita lanjut usia di RSD Gunung Jati Kota Cirebon,
1.
Berdasarkan
perilaku seksual bahwa dari 30 responden, sebagian
besar tidak bergonta-ganti pasangan yaitu 28 responden (93,3%) dan yang
bergonta-ganti pasangan yaitu 2 responden (6,7%).
2.
Berdasarkan paritas dari 30 responden, sebagian besar mempunyai
jumlah anak >3 yaitu 24 responden (80%) dan yang paling sedikit <3
sebanyak 6 responden (20%).
Berdasarkan
penggunaan pembersih vagina dari 30 responden, sebagian besar responden tidak
menggunakan pembersih vagina yaitu sebanyak 22 responden (73,3%) dan yang
menggunakan pembersih vagina sebanyak 8 responden (26,7%).
Daftar Pustaka
Arum,
Sheria Puspita. (2015). Stop Kanker Serviks: Panduan Bagi Wanita Untuk Mengenal, Mencegah & Mengobati.
Yogyakarta: Notebook.
American
Cancer Society, 2017. Data sources: Surveillance, Epidemiology, and End Results
(SEER) 18 registries, National Cancer Institute, 2016. Atlanta : The American
Cancer Society is a qualified.
Azizah, Lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan
Lanjut Usia. Yogyakarta : Graha ilmu
Badan
penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian kesehatan RI, 2013 Riset
Kesehatan Dasar, diakses 17 Februari 2019. (online) Tersedia : http://labdata.litbang.depkes.go.id
Depkes
RI. (2011). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas Kesehatan I.
Jakarta
Distrinarista,
Hernandia. Jurnal Keperawatan Soedierman, pengalaman survivor kanker Serviks
Volume 12, no 3 tahun 2017, diakses 16 Maret 2019. (Online) Tersedia http://jks.fikes.unsoed.ac.id
Dinas
kesehatan Jabar. 2016, Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2016. (online)
Tersedia: http://www.dinkesjabarprov.co.id. diakses 20 Februari 2019.
Dinas
Kesehatan Kota Cirebon. 2017, Deteksi kanker leher rahim dengan menggunakan
metoda IVA test, Cirebon.
Eka
Setiarini. 2015. Jurnal kesehatan “faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian kanker
leher rahim di Rumah Sakit dr. Moewardi
Surakarta”. (online) Diakses 19 Mei 2019.
Instalasi
Rekam Medis, RSD Gunung Jati Kota Cirebon. 2018-2019. Pasien penderita kanker
serviks rawat inap dan rawat jalan.
International Agency for Research on
Cancer, ( IARC). (2012). Estimated Cancer Incidence, Mortality and Prevalence
Worldwide in 2012. Diakses 10 Februari
2019
dari http://globocan.iarc.fr/fact_sheets.cancer.com
Information Centre HPV on Cancer (ICO). (2017). Human
papillomavirus and related cancers. Diakses 20 Februari 2019. (online). Tersedia:
http://apps.who.int/hpvcentre.
Irawati,
2010. Buku Ajar Kesehatan Reproduski.
Yogyakarta : Nuha Medika
Kemenkes
RI. (2015). Info DATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
(online) : Stop Kanker. Diakses 2 Maret 2019 dari http://www.depkes.go.id/rinfodatin-kanker.pdf
Kholifah, 2016. Jurnal
Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Khasbiyah,
2010. Pasien Kanker Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang. Diakses online :
tanggal 22 Februari 2019. http://jurnalusu.co.id
Lapau
Buchari, 2015. Metode Penelitian Kebidanan : Panduan Penulisan Protokol Dan
Laporan Hasil Penelitian. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Muchlis. (2011). Kanker serviks menyerang semua
usia. Forum Ilmiah. Vol. 10. Nomor
2. (Hlm. 192-209). Diakses tanggal 17 Mei 2019. http://Jurnal.usu.ac.index.
Manuaba,
I. B. G. (2009). Memahami kesehatan reproduksi wanita (2 ed.). Jakarta:
EGC.
Mandal,
dkk. 2014. Buku ajar kesehatan
reproduksi. Jakarta: ECG.
Notoatmodjo.
2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineke Cipta
Notoatmodjo.
2018. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineke Cipta
Prandana.D.A.,
Rusda.M. (2013). Pasien Kanker Serviks Di RSUP H.Adam Malik Medan. Diakses
tanggal 22 Februari 2019 http://Jurnal.usu.ac.index.
Prawirohardjo,
S. (2009). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta: Tiga Putera Begawan.
Prawirohardjo,
S. (2016). Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka.
Profil
RSD Gunung Jati Kota Cirebon. Diakses online tanggal 3 Agustus 2019. Tersedia :
rsdgunungjati.cirebonkota.go.id
Riksani,
Ria. (2016). Kenali Kanker Serviks Sejak Dini. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Rasjidi,
I. 2014. Manual Prakanker Serviks, edisi 1, Sagung Seto, Jakarta.
Rio, Susi. Kanker serviks dan upaya
prevensi pada perempuan yang memiliki keluarga dengan kanker serviks. Volume 4,
no 3
tahun
2017. (Online) Tersedia : http://jurnal.ugm.ac.id.
Ridhaningsih dan Siti Nurjannah
(2010). Hubungan aktivitas seksual dini,
promiskuitas, dan bilasvagina dengan kejadian kanker leher rahim. (Online) Tersedia : http://jurnal.ugm.ac.id
Savitri,
Astrid. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim dan Rahim. Yogyakarta
: Pustaka Baru Press.
Sri
Rahayu, Dedeh. (2015). Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Jakarta: Salemba
Medika.
Sulistyaningsih.
2011. Metode Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Setyarini,
Eka (2011). Penelitian Faktor Risiko Kanker Serviks di RS dr. Moewardi
Surakarta.
Sunay,
dkk. 2011. Jurnal kesehatan reproduksi perempuan. Diakses online tanggal 3
Agustus 2019. Tersedia : http://kespro.ac.id
Triwibowo
Cecep, Pusphandani Mitha Erlisya 2015. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat Nuha
Medika: Yogyakarta
Triwibowo
Cecep, Pusphandani Mitha Erlisya. 2015. Kesehatan Lingkungan dan K3 Nuha
Medika: Yogyakarta.
Verney.
2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta
: EGC.
Word Health Organization (WHO). (2015). Estimated
Cervical Cancer Incidence Worldwide. Diakses 29 Januari 2019. http://whqlibdoc.who.int.
WHO, 2013. Estimated Cervical Cancer Incidence Worldwide in 2013. World Health
Organization, Geneva.
Wahyuningsih,
Tri., Mulyani, Erry Yudhya. (2014). Faktor risiko terjadinya lesi prakanker
serviks Forum Ilmiah. Vol. 11. Nomor 2. (Hlm. 192-209).
Winarsih Nur Ambarwati, Irdawati, dan Vivin Dwi Nuryanti
(2011). faktor-faktor yang berhubungan
dengan wanita kanker serviks tidak periksa Pap smear. Diakses online : 20 Mei 2019.
Tersedia : http://jurnalusu.co.id
Yayasan Kanker
Indonesia, 2016. Penderita Kanker
Indonesia Semakin Meningkat. Diakses pada 2 Februari 2019. (Online)
tersedia : http://kankerinsiden.com
Copyright
holder: Euis Lelly R (2020) |
First
publication right: Jurnal Health Sains |
|