Jurnal Health Sains: p–ISSN: 2723-4339 e-ISSN: 2548-1398 Vol. 2, No. 3, Maret 2021

 

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SWAMEDIKASI OBAT ANALGESIK PADA MAHASISWA-MAHASISWI UNIVERSITAS TADULAKO DI KOTA PALU

 

Rini Irawati, Amelia Rumi dan Firdawati Amir Parumpu

 

Universitas Tadulako Palu Sulawesi Tengah, Indonesia

Email: riniaskaar@gmail.com, amelia.rumi@gmail.com dan firdaamirparumpu@gmail.com

 

ARTIKEL INFO

ABSTRACT

Tanggal diterima: 5 Maret 2021

Self-medication is a person's attempt to help himself by

Tanggal direvisi: 15 Maret 2021

treating  himself.  In  doing  so,  self-medication  can

Tanggal diterima: 25 Maret 2021

become  a  drug-related  problem  because  of  limited

Keywords:

knowledge about drugs and their use. Analgesics are

self-medicated; analgesic;

drugs that are efficacious to reduce or relieve pain or

knowledge;, health students; non-

drugs  used  to  relieve  pain  but  do  not  eliminate

health students

consciousness. The purpose of this study was to find out

 

how to describe the level of self-medicated analgesic

 

drug  among  Health  and  Non-Health  students  of

 

Tadulako University in Palu City. This study used non-

 

experimental  (observational)  and  cross-sectional  in

 

nature,  with  a  survey  method  using  a  questionnaire

 

distributed via google form with 349 health students and

 

396 non-health students. The sampling technique used in

 

this study was purposive sampling. The results of data

 

processing showed that the results of research on the

 

knowledge of health students in the good category were

 

47.28%,%,  enough  categories  were  49.28%  and  the

 

poor category was 3.44%. Meanwhile, the knowledge of

 

non-health students was included in the good category

 

of 16.16%, the moderate category was 72.98% and the

 

poor category was 10.86%. The results of the Mann-

 

Whitney test obtained a significance value <0.05 (0.00

 

<0.05),  so  these  results  indicate  that  there  is  a

 

significant  difference  between  the  knowledge  level  of

 

Health and Non-Health students. Conclusion Health and

 

non-health  students  of  Tadulako  University  have  a

 

sufficient level of knowledge and Health students have

 

better knowledge than non-health students.

 

ABSTRAK

 

Swamedikasi merupakan usaha seseorang dalam menolong dirinya sendiri berupa mengobati dirinya sendiri. Dalam menjalankannya, swamedikasi bisa menjadi masalah terkait obat (Drug related problem) karena pengetahuan yang terbatas mengenai obat dan penggunaannya. Analgesik merupakan obat yang berkhasiat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri atau obat-obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit tetapi tidak menghilangkan kesadaran. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui


 

 

 

350


Gambaran Tingkat Pengetahuan Swamedikasi Obat Analgesik pada Mahasiswa-Mahasiswi Universitas Tadulako di Kota Palu

 

 

 

 

 

bagaimana gambaran tingkat pengetahuan swamedikasi

 

 

 

obat  analgesik  pada  mahasiswa  Kesehatan  dan  Non

 

 

 

Kesehatan Universitas Tadulako di Kota Palu. Penelitian

 

 

 

ini

menggunakan

metode

non

eksperimental

 

 

 

(observasional)  dan  bersifat  cross  sectional,  dengan

 

 

 

metode  survei  menggunakan  kuesioner  yang  disebar

 

 

 

melalui   google   form   dengan   jumlah   mahasiswa

 

 

 

kesehatan 349 responden dan mahasiswa Non kesehatan

 

 

 

396 responden. Teknik dalam pengambilan sampel yang

 

 

 

digunakan pada penelitian ini yaitu purposive sampling.

 

 

 

Hasil  pengolahan  data  didapatkan  hasil  penelitian

 

 

 

pengetahuan mahasiswa Kesehatan pada kategori baik

 

 

 

sebesar 47,28 %, %, kategori cukup sebesar 49,28 % dan

 

 

 

kategori  kurang  3,44  %.  Sedangkan  pengatahuan

 

 

 

mahasiswa non Kesehatan masuk kedalam kategori baik

 

 

 

sebesar 16,16 %, ketegori cukup sebanyak 72,98 % dan

 

 

 

kategori  kurang  sebanyak  10,86  %.  Hasil  uji  mann-

 

 

 

whitney diperoleh nilai signifikansi < 0,05 (0,00 < 0,05)

 

 

 

maka  hasil  tersebut  menunjukkan  terdapat  perbedaan

Kata Kunci:

 

 

yang signifikan antara tingkat pengetahuan mahasiswa

swamedikasi;

analgesik,

Kesehatan dan Non Kesehatan.  Kesimpulan mahasiswa

pengetahuan;

mahasiswa

kesehatan  dan  non  kesehatan  universitas  tadulako

kesehatan;

mahasiswa

non

memiliki   tingkat   pengetahuan   yang   cukup   dan

kesehatan

 

 

mahasiswa Kesehatan memiliki pengetahuan yang lebih

 

 

 

baik dibandingkan mahasiswa non Kesehatan.

 

Coresponden Author:

Email: riniaskaar@gmail.com

Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi

 

 

 

 

Pendahuluan

 

untuk  penyakit-penyakit  ringan  dan  tidak

Kesehatan adalah hal yang penting bagi

untuk penyakit-penyakit serius. Penyakit yang

kehidupan    manusia,

Ketika    seseorang

biasanya  bisa  diobati  dengan  swamedikasi

mengalami  sakit  maka  ia  akan  berupaya

diantaranya  adalah  Alergi,  anemia,  asma,

untuk   mengembalikan

kesehatannya.   Hal

batuk,  biang  keringat,  demam,  dermatitis

yang  sering  dilakukan  oleh  seseorang  agar

diare dan masih banyak lagi penyakit lainnya

Kembali sehat adalah berobat ke dokter atau

yang  bisa  di  obati  dengan  swamedikasi

mengobati  diri  sendiri  yang  biasa  disebut

(Nurochman & Solikhah, 2015). Berdasarkan

dengan swamedikasi. Mengobati diri sendiri

penelitian  yang  dilakukan  oleh  (Harahap,

merupakan hal yang paling sering dilakukan

2017) persentase swamedikasi terbesar yang

seseorang  sebelum  memutuskan  berobat  ke

dilakukan  responden  di  Kota  Panyabungan

dokter (Wolfe & Horowitz, 2017).

adalah nyeri yaitu sebesar 51,2 %, nyeri yang

Swamedikasi dapat menimbulkan efek

dialami responden berupa nyeri kepala, sakit

samping   yang   tidak   diinginkan   apabila

gigi, pegal-pegal dan nyeri haid.

seseorang tidak mengetahui cara melakukan

Analgesik   merupakan   obat   yang

swamedikasi yang benar sesuai dengan gejala

memiliki  khasiat  dapat  mengurangi  atau

yang dialami. Swamedikasi hanya dilakukan

menghilangkan rasa nyeri yaitu berupa obat-

 


 

 

Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021                                                                                       351


Rini Irawati, Amelia Rumi dan Firdawati Amir Parumpu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

obat  yang  dapat  menghilangkan  rasa  sakit

diterbitkannya

Keputusan

 

 

Menteri

 

tetapi tidak menghilangkan kesadaran. Obat

Kesehatan    saat    itu    adalah    untuk

 

ini sering digunakan oleh banyak orang dalam

swamedikasi,

pasien

dapat

mengobati

 

menghilangkan  rasa  sakit  tanpa  kita  sadari

dirinya   sendiri   secara   rasional   dan

 

kita sering mengkonsumsi obat yang memiliki

ditunjang  dengan  adanya  obat  wajib

 

komponen analgesik atau Pereda nyeri seperti

apotek tersebut (yusrizal 2015).

 

 

 

 

sakit

kepala

dan sakit

gigi

(Mita

&  Husni,

 

Penelitian ini berfokus pada responden

 

tingkat

mahasiswa.

Berdasarkan

dengan

 

2017).  Menggunakan

obat

analgesik

yang

 

penelitian

yang

telah

dilakukan

oleh

 

tidak

 

benar

dan  tidak

sesuai

dengan

resep

 

 

(Aljaouni  et

al.,  2015)

pada

mahasiswa  di

 

dokter

dapat

 

menyebabkan

timbulnya

efek

 

 

Universitas

Taibah

 

Madinah

Saudi

Arabia

 

samping yang tidak diinginkan dianataranya

 

 

menunjukkan

prevelensi

 

 

swamedikasi

 

adalah efek samping seperti tukak lambung,

 

 

 

dikalangan  mahasiswa

cukup

tinggi

yaitu

 

mual, resiko perdarahan, telinga berdengung

 

sebesar 64,8 %.  Mahasiswa adalah kelompok

 

dan

lain-lain.

Sehingga  penggunaan

obat

 

pelajar

yang

menempuh  pendidikan

tinggi

 

analgesik yang tepat dan sesuai dengan resep

 

dan

memiliki

pengetahuan

yang

lebih  baik

 

dokter

sangat

penting

untuk

menghindari

 

jika dibandingkan dengan masyarakat secara

 

resiko efek samping yang ada (Khalid et al.,

 

umum,

sehingga

 

pentingnya

 

melihat

 

2017).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

pengetahuan

 

swamedikasi

obat

 

analgesik

 

 

 

Berdasarkan data dari Badan Pusat

 

 

 

 

 

pada

mahasiswa

agar

dalam

kehidupan

 

Statistik

(BPS)

(2019)

tentang

 

bermasyarakat

dapat

memberikan

 

informasi

 

swamedikasi oleh penduduk Indonesia di

 

 

yang berdampak positif.

 

 

 

 

 

 

 

 

peroleh data dari tahun 2017 masayarakat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dari

 

survei

pendahuluan

yang

 

yang

 

melakukan   pengobatan

sendiri

 

 

 

 

dilakukan

pada

 

mahasiswa-mahasiswi

 

adalah sebesar 69,43 %, pada tahun 2018

 

 

Universitas Tadulako di Kota Palu, terdapat

 

sebesar 70,74 %, pada tahun 2019 sebesar

35  dari  39  mahasiswa  yang  melakukan

 

71,46  %,  untuk  persentase  pengobatan

swamedikasi

 

menggunakan

 

obat

 

analgesik

 

sendiri  yang  dilakukan  oleh  masyarakat

sebagai  penghilang  rasa  sakit.  Berdasarkan

 

Sulawesi Tengah pada tahun 2017 sebesar

data  dari  hasil  survei  pendahuluan  tersebut

 

77,97 %, pada tahun 2018 sebesar 73,93

ternyata

angka  penggunaan

obat

 

analgesik

 

oleh

 

mahasiswa-mahasiswi

Universitas

 

% dan pada tahun 2019 sebesar 75,45 %

 

 

Taulako di Kota Palu relatif banyak sehingga

 

(Badan Statistik Pusat, 2020).

 

 

 

 

 

peneliti

menggunakan

sampel

mahasiswa-

 

 

 

Untuk

meningkatkan

kemampuan

 

 

 

mahasiswi

Universitas

Tadulako

sebagai

 

masyarakat

 

dalam

menolong

dirinya

 

 

reseponden dalam penelitian ini.

 

 

 

 

 

sendiri guna mengatasi masalah kesehatan

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan

 

penelitian

yang

telah

 

dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang

 

 

 

dilakukan ditemukan hasil yang berbeda pada

 

dapat meningkatkan swamedikasi  secara

 

penelitian

sebelumnya

dimana

tingkat

 

tepat,    amandanrasional,    maka

 

pengetahuan

 

 

 

mahasiswa-mahasiswi

 

pemerintah

 

menerbitkan

Keputusan

 

 

 

 

Menteri

 

Kesehatan

 

 

Nomor:

Kesehatan   dan   non   Kesehatan   dalam

 

919/MENKES/PER/X/1993

pasal

2

penelitian  ini  di  dominasi  kategori  cukup

 

tentang  Obat  Tanpa  Resep,  yang  terdiri

sedangkan  pada  penelitian  sebelumnya  di

 

dari obat bebas, obat bebas terbatas, dan

dominasi  kategori  baik.  Hal  ini  disebabkan

 

obat  wajib  apotek  (OWA)  yang  dapat

karena perbedaan sampel pada tiap penelitian

 

diberikan oleh Apoteker kepada pasien di

yang digunakan sehingga dapat menghasilkan

 

apotek tanpa resep dokter. Tujuan utama

tingkat pengetahuan yang berbeda pada tiap

 

 


 

 

 

350                                                                                                             Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021


Gambaran Tingkat Pengetahuan Swamedikasi Obat Analgesik pada Mahasiswa-Mahasiswi Universitas Tadulako di Kota Palu


 

 

 

 

populasi   penelitian.   Hal-hal   yang   dapat

 

mempengaruhi perbedaan pengetahuan tersebut di antaranya adalah Pendidikan, pekerjaan, pengalaman, Usia, Kebudayaan, Minat serta informasi yang di dapatkan oleh responden penelitian.

 

Metode Penelitian

 

Penelitian  ini  merupakan   penelitian

 

deskriptif non eksperimental dengan menggunakan desain penelitian cross sectional dengan menggunakan kuesioner dalam bentuk google form untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan Swamedikasi Obat Analgesik pada Mahasiswa Kesehatan dan Non Kesehatan Universitas Tadulako di Kota Palu.

 

Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2020 bertempat di Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta, KM. 9, Tondo, Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Teknik pengambilan sampel purposive sampling yaitu semua mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

 

Validitas merupakan indeks yang menyatakan suatu alat ukur dapat mengukur apa yang ingin kita ukur. Untuk mengetahui kuesioner yang kita susun apakah mampu mengukur apa yang ingin kita ukur, Pertanyaan-pertanyaan di ujikan kepada sekelompok responden sebagai responden uji coba. Responden yang digunakan adalah sebanyak 30 orang utuk uji validitas. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 21 dengan ketentuan kuesioner dianggap layak apabila r hitung lebih besar dari r tabel. Reliabilitas merupakan indeks yang menyatakan kehandalan atau sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Uji reliabilitas menggunakan aplikasi SPSS dimana semua pertanyaan yang di nyatakan valid di uji reliabilitasnya, instrument dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s Alpha minimal 0,6.


 

 

 

 

Penelitian ini telah dinyatakan sesuai dengan prinsip-prinsip etika penelitian oleh Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako dengan dikeluarkannya Surat Pernyataan Komite Etik dengan nomor; 79/9/UN 28.1.30/KL/2020.

 

Hasil dan Pembahasan

 

a. Uji Validitas

 

Tabel 1

 

Uji Validitas

 

 

Pertanyaan

r

r

Keterang

 

 

hitung

tabel

an

 

 

 

 

 

P1

0,610

0,361

Valid

 

 

P2

0,386

0,361

Valid

 

 

P3

0,510

0,361

Valid

 

 

P4

0,475

0,361

Valid

 

 

P5

0,676

0,361

Valid

 

 

P6

0,609

0,361

Valid

 

 

P7

0,452

0,361

Valid

 

 

P8

0,472

0,361

Valid

 

 

P9

0,392

0,361

Valid

 

 

P10

0,603

0,361

Valid

 

 

P11

0,502

0,361

Valid

 

 

P12

0,444

0,361

Valid

 

 

P13

0,478

0,361

Valid

 

 

P14

0,557

0,361

Valid

 

 

P15

0,458

0,361

Valid

 

 

P16

0,502

0,361

Valid

 

 

Menurut (Erwanto et al., 2014) validitas adalah sejauh mana ketepatan dari suatu alat ukur yang ingin dipakai, uji validitas didapatkan dari hasil data yang berasal dari jawaban hasil kuesioner dengan memakai korelasi person product moment yaitu di dalam satu variabel terdapat korelasi antar item dengan skor total. Pengujian menggunakan software SPSS versi 21 dengan jumlah sampel (n) = 30 responden sehingga didapatkan nilai r tabel sebesar 0,361. Dari uji validitas yang

 

telah dilakukan didapatkan hasil pertanyaan yang valid berjumlah 16 pertanyaan dari 30 pertanyaan dengan menggunakan 30 responden.

 


 

 

 

Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021                                                                                     351


Rini Irawati, Amelia Rumi dan Firdawati Amir Parumpu

 

 

 

 

 

 

 

 

b.

Uji Reliabilitas

 

 

 

 

 

 

 

 

mahasiswa

kesehatan

yang

paling

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 2

 

 

 

 

 

 

banyak mengisi kuesioner yaitu usia

 

 

 

 

 

 

 

 

Uji Reliabilitas

 

 

 

 

20-22

tahun

sebanyak

230

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

responden dengan persentase (65,90

 

 

 

 

 

Cronbach’s

 

 

N of Items

 

 

 

 

 

 

 

 

Alpha

 

 

 

 

 

 

 

%), hal ini dikarenakan kebanyakan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

832

 

 

 

 

16

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

responden

berasal

dari

Angkatan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Reliabilitas

merupakan

tingkat

 

2017 sampai 2019 dengan rentang

 

 

 

 

 

 

 

usia

rata-rata dimulai  dari usia 17

 

 

 

 

keterandalan,

kepercayaan,

konsistensi,

 

 

 

 

 

 

tahun-22 tahun. Jenis kelamin yang

 

 

 

 

atau kemantapan hasil suatu pengukuran

 

 

 

 

 

(Indrawati & Suratini, 2015). Dalam uji

 

paling banyak mengisi adalah jenis

 

 

 

 

reliabilitas

untuk

mengetahui

reliabilitas

 

kelamin perempuan  sebanyak 292

 

 

 

 

suatu

instrument

penelitian

digunakan

 

responden

dengan

 

persentase

 

 

 

 

Rumus

cronbach’s

alpha

yaitu

rumus

 

sebesar

83,67

%

dikarenakan

 

 

 

 

matematis

yang  dapat

digunakan  untuk

 

 

 

 

 

 

mahasiswa

Kesehatan

kebenyakan

 

 

 

 

mengetahui

reliabiltas

suatu

instrument

 

 

 

 

 

 

adalah

perempuan.  Dan

angkatan

 

 

 

 

yang

 

diujikan.

Uji

 

reliabilitas

 

 

 

 

 

 

 

 

terbanyak

berasal

dari

tahun  2018

 

 

 

 

menggunakan

aplikasi

SPSS

versi

21

 

 

 

 

 

dimana

semua

pertanyaan

yang

di

 

sebanyak

164  responden

dengan

 

 

 

 

nyatakan  valid  di  uji  reliabilitasnya.

 

persentase sebesar

46,99 %

karena

 

 

 

 

Dimana

didapatkan

hasil

seluruh

16

 

peneliti

 

mendapatkan

 

banyak

 

 

 

 

pertanyaan

dinyatakan

reliabel

dengan

 

 

 

 

 

 

 

 

kontak

dan  respon  yang  baik  dari

 

 

 

 

nilai

Cronbach

alpha

sebesar

0,832

 

 

 

 

 

 

Angkatan

2018

dibandingkan

 

 

 

 

dimana

menurut

(Erwanto

et  al.,  2014)

 

 

 

 

 

 

Angkatan yang lain.

 

 

 

 

 

 

 

instrument

dinyatakan

reliabel

dengan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.  Mahasiswa Non Kesehatan

 

 

 

 

 

 

nilai Cronbach’s Alpha minimal 0,6.

 

 

 

 

 

c.

 

 

Sampel

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 4

 

 

 

 

 

 

 

 

1.  Mahasiswa Kesehatan

 

 

 

 

 

Mahasiswa Non Kesehatan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 3

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Karakteristik

Jumlah

 

Persentas

 

 

 

 

 

 

 

Mahasiswa Kesehatan

 

 

Responden

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Responden

 

e (%)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(n=396)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jumlah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Usia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Karakteristik

 

Respon

 

Persentas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

17-19 Tahun

 

 

40

 

 

 

10,10

 

 

 

 

 

Responden

 

den

 

 

 

e (%)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

20-22 Tahun

 

 

326

 

 

 

82,32

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(n=349)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

23-25 Tahun

 

 

30

 

 

 

7,5

 

 

 

Usia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Total

 

 

396

 

 

 

100

 

 

 

17-19 Tahun

 

 

115

 

 

32,95

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jenis Kelamin

 

 

 

 

 

 

 

 

 

20-22 Tahun

 

 

230

 

 

65,90

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

23-25 Tahun

 

 

 

4

 

 

1,14

 

 

Laki-laki

 

 

202

 

 

 

51,01

 

 

 

Total

 

 

 

 

349

 

 

100

 

 

Perempuan

 

 

194

 

 

 

48,99

 

 

 

Jenis Kelamin

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Total

 

 

396

 

 

 

100

 

 

 

Laki-laki

 

 

 

57

 

 

16,33

 

 

Angkatan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perempuan

 

 

 

292

 

 

83,67

 

 

2016

 

 

35

 

 

 

8,84

 

 

 

Total

 

 

 

 

349

 

 

100

 

 

2017

 

 

251

 

 

 

63,38

 

 

 

Angkatan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2018

 

 

68

 

 

 

17,17

 

 

 

2016

 

 

 

 

11

 

 

3,15

 

2019

 

 

42

 

 

 

10,61

 

 

 

2017

 

 

 

 

70

 

 

20,06

 

 

Total

 

 

396

 

 

 

100

 

 

 

2018

 

 

 

 

164

 

 

46,99

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2019

 

 

 

 

104

 

 

29,80

 

 

Berdasarkan

hasil

 

penelitian

 

 

 

 

 

Total

 

 

349

 

 

100

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

data karakteristik responden mahasiswa

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan

hasil

penelitian

 

non  kesehatan  yang  paling  banyak

 

 

 

 

 

 

 

 

 

mengisi

kuesioner  yaitu  usia  20-22

 

 

 

 

 

 

data

 

karakteristik

 

responden

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

tahun sebanyak 326 responden dengan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

352                                                                                                             Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021


Gambaran Tingkat Pengetahuan Swamedikasi Obat Analgesik pada Mahasiswa-Mahasiswi Universitas Tadulako di Kota Palu


 

 

 

 

persentase (82,32), hal ini dikarenakan kebanyakan responden berasal dari Angkatan 2017 sampai 2019 dengan rentang usia rata-rata dimulai dari usia

 

17   tahun-22 tahun. Jenis kelamin yang paling banyak mengisi adalah jenis

 

kelamin   laki-laki          sebanyak    202

 

responden dengan persentase sebesar 51,01 % karena jumlah jenis kelamin laki-laki cukup banyak dan ada diseluruh program studi non kesehatan dan responden yang mengisi kuesioner kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. dan Angkatan terbanyak berasal dari tahun 2017 sebanyak 251 responden dengan persentase sebesar 63,38 % karena peneliti mendapatkan banyak kontak dan respon yang baik dari Angkatan 2017 dibandingkan Angkatan yang lain.

 

d.        Perbandingan  Tingkat  Pengetahuan

 

berdasarkan Hasil Jawaban Kuesioner

 

Tingkat Pengetahuan memiliki beberapa sub variabel. Sub vaariabel dalam penelitian ini yang diantaranya ada yang mengacu pada (DepKes, 2007) sub variabel pada penelitian ini yaitu Pengetahuan tentang golongan obat, Pengetahuan tentang pemilihan obat sesuai gejala penyakit, Pengetahuan tentang cara penggunaan obat yang tepat

 

dalam swamedikasi, pengetahuan tentang efek samping obat, pengetahuan tentang keamanan obat analgesik, Pengetahuan tentang cara penyimpanan obat analgesik, pengetahuan tentang interaksi obat dengan makanan dan pengetahuan tentang ciri-ciri obat yang tidak boleh dikonsumsi.

 

1.   Pengetahuan tentang golongan obat analgesik

 

Sub variabel pengetahuan tentang golongan obat analgesik pada soal pertanyaan nomor 1


 

 

 

 

“Parasetamol termasuk dalam golongan obat Analgesik” jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah “Benar” jawaban yang benar adalah pilihan “benar” karena parasetamol merupakan golongan obat analgesik hal ini sesuai yang tedapat didalam jurnal (Fuadi &

 

Redjeki, 2016) Parasetamol merupakan obat yang mempunyai efek analgesik dan bersifat sentral dan juga memiliki mekanisme kerja

 

penghambatan produksi prostaglandin dengan menghambat aktivitas enzim siklooksigenase-2 yang sama seperti NSAID. pada pertanyaan nomor 2 “Semua obat

 

sakit kepala harus dibeli menggunakan resep” jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah “salah” karena tidak semua obat

 

sakit kepala harus dibeli menggunakan resep hal ini sesuai dengan literature (DepKes, 2007)

 

yang menyatakan bahwa parasatemol merupakan obat yang boleh digunakan secara swamedikasi

 

untuk menghilangkan nyeri termasuk nyeri kepala hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tarazi et al., 2016) yang menyatakan bahwa parasetamol merupakan obat golongan analgesik yang paling banyak digunakan dalam swamedikasi, contoh obat sakit kepala yang mengandung parasetamol adalah Paramex dan Bodrex yang dapat dibeli di apotek tanpa menggunakan resep dokter. Pada pertanyaan nomor 3 “Bodrex merupkan obat yang mengandung parasetamol” jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah pilihan “benar”. Bodrex adalah nama dagang dari obat yang mengandung

 


 

 

Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021                                                                                     353


Rini Irawati, Amelia Rumi dan Firdawati Amir Parumpu


 

 

 

parasetamol (Oktaviana et al., 2019). Dari hasil rata-rata pada sub variabel ini di dapatkan hasil bahwa mahasiswa Kesehatan memiliki kategori pengatahuan “baik” yaitu sebesar 82,43 % sedangkan mahasiswa non Kesehatan memiliki kategori pengetahuan “cukup” yaitu sebesar 71,89 %.

 

2.   Pengetahuan tentang pemilihan obat sesuai gejala penyakit

 

Sub variabel pengetahuan tentang pemilihan obat sesuai gejala penyakit pada pertanyaan nomor 4

 

“Amoxsan dapat digunakan untuk sakit kepala” jawaban yang tepat pada pertanyaan ini adalah pilihan “salah”. Amoxsan tidak dapat digunakan untuk sakit kepala karena amoxsan merupakan obat Antibiotik yang mengandung Amoxicillin dan tidak diindikasikan untuk nyeri kapala. Hal ini sesuai dengan literatur (Sofyani et al., 2018) yaitu Amoxicillin adalah antibiotik yang memiliki mekanisme kerja sebagai antibakteri yang disebakan oleh

 

mikroorganisme yang rentan. Antibiotik ini merupakan antibiotik turunan penicillin yang memiliki cincin β-lactam. Berdasarkan hasil rata-rata jawaban responden pada sub variabel ini didapatkan hasil bahwa mahasiswa Kesehatan dan non Kesehatan memiliki kategori pengetahuan “kurang” yaitu sebesar

 

54,73 % untuk mahasiswa Kesehatan dan 53,03 % untuk mahasiswa non Kesehatan.

 

3.   Pengetahuantentang cara penggunaan obat yang tepat dalam swamedikasi

 

Sub variabel pengetahuan tentang cara penggunaan obat yang tepat dalam swamedikasi untuk untuk pertanyaan nomor 5 “Obat


 

 

 

sakit kepala tidak harus diminum sesuai dengan aturan yang ada dibungkus obat”, jawaban yang tepat dari pertanyaan ini adalah pilihan “salah”. Obat sakit kepala harus diminum sesuai dengan aturan yang ada dibungkus obat, dikarenakan aturan pakai dan dosis yang tepat terdapat pada kemasan obat sebagai petunjuk bagi masyarakat tentang cara penggunaan serta aturan pakai yang benar yang sesuai dengan Pedoman penggunaan obat bebas dan bebas terbatas, dimana agar penggunaan obat tetap aman maka sebelum menggunakannya, terlebih dahulu harus membaca sifat dan aturan pakai yang tepat yang tercantum pada etiket, brosur maupun kemasan obat. (DepKes, 2007).

 

Untuk pertanyaan nomor 6 “Jika pagi lupa minum obat asam mefenamat maka siang boleh menggandakan dosis obat” jawaban yang tepat pada pertanyaan ini adalah “salah”. Tidak boleh menggandakan dosis apabila terlupa di pagi hari dan menggandakan dosisnya di siang hari karena hal

 

tersebut dapat menyebabkan kelebihan dosis obat dimana berdasarkan (Tsamakis et al., 2020) bahwa dosis obat asam mefenamat pada awal pengobatan adalah 500 mg sekali minum dan selanjutnya 250 mg setiap 6 jam bila perlu biasanya tidak melebihi 7 hari. Menurut (DepKes, 2007) Dosis yang terlupa harus diminum segera setelah kita mengingatnya, tetapi apabila sudah mendekati waktu dosis obat selanjutnya, maka dosis yang terlupa tidak perlu di konsumsi dan menunggu ke jadwal minum selanjutnya sesuai dengan aturan

 


 

 

354                                                                                                             Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021


Gambaran Tingkat Pengetahuan Swamedikasi Obat Analgesik pada Mahasiswa-Mahasiswi Universitas Tadulako di Kota Palu


 

 

 

 

minum obat. Pada pertanyaan nomor 7 “Ponstan adalah obat antinyeri yang tidak boleh digerus sebelum diminum” jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah pilihan “benar”. Karena ponstan merupakan obat analgesik yang mengandung asam mefenamat yang tidak boleh digerus sebelum diminum karena merupakan obat tablet salut selaput yang bertujuan untuk melindungi bahan kimia didalam obat agar berhasil sampai diusus dan tidak hancur saat melalui asam lambung sesuai dengan literatur (Rahmawati

 

&     Fajar, 2017) yang menyatakan bahwa tablet salut selaput adalah tablet yang dilapisi oleh selaput tipis polimer yang dapat larut atau tidak dapat larut dalam air. Selaput ini

 

akanhancurdalamsaluran

 

gastrointestinal.

Tujuan

dari

penggunaan  salut

selaput

adalah

untuk  mencegah

atau  mengurangi

 

terjadinya efek samping dari obat AINS, termasuk asam mefenamat yang dapat mengiritasi lambung. Sub variabel ini didapatkan hasil rata-rata mahasisw Kesehatan dan non kesehatan memiliki kategori pengetahuan “cukup” yaitu sebesar

 

75,83 % untuk mahasiswa Kesehatan dan 72,30 % untuk mahasiswa non Kesehatan.

 

4.   Pengetahuan tentang efek samping obat analgesik

 

Sub variabel pengetahuan tentang efek samping obat analgesik

 

padapertanyaannomor8

 

“menggandakan dosis obat antinyeri lebih dari yang ditentukan bias

 

menyebabkan penyakit ginjal” pilihan yang tepat pada pertanyaan

 

tersebutadalah“benar”.

 

Menggunakan dosis obat lebih dari


 

 

 

 

dosis yang telah ditentukan dapat menyebabkan penyakit ginjal sesuai dengan literatur (Hapsari & Nugroho, 2016) yang menyatakan bahwa penggunaan obat pada dosis besar, dapat memberikan efek toksik pada ginjal dan beberapa organ lainnya. Dan berdasarkan literatur (Supadmi & Hakim, 2012) bahwa

 

terdapat bukti epidemiologi menyatakan bahwa adanya kaitan antara penggunaan analgetik dan anti inflamasi non steroid yang bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan nefropati akibat penggunaan yang berlebihan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Supadmi & Hakim, 2012) didapatkan hasil bahwa obat anti inflamasi non steroid berkaitan dengan kejadian gagal ginjal kronik

 

diantaranya terdapat asam mefenamat. kejadian gagal ginjal kronik. Sedangkan pada pertanyaan nomor 9 “menggunakan obat asam mefenamat secara terus menerus

 

dapat menyebabkan gangguan saluran cerna” pilihan yang tepat pada pertanyaan ini adalah “benar”. Hal ini berdasarkan literatur (Lovell

 

&     Ernst, 2017) yang menyatakan bahwa penggunaan NSAID dapat memberikan efek samping dan komplikasi seperti gangguan fungsi

 

ginjal,

edema,

hipertensi,

dan

perdarahan

di

gastrointestinal

dan

pada

penelitian

sebelumnya

terlaporkan

adanya

efek  terhadap

 

jantung dan ginjal (Moore et al., 2015). Dan pada pertanyaan nomor 10 “Parasetamol adalah kandungan

 

obat paramex yang dapat menyebabkan ngantuk” jawaban yang tepat pada pertanyaan tersebut

 

adalah         “salah”.         Parasetamol

 


 

 

Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021                                                                                     355


Rini Irawati, Amelia Rumi dan Firdawati Amir Parumpu


 

 

 

bukanlah  kandungan  obat  paramex

 

yang          menyebabkan         kantuk,

 

melainkan        paramex        mimiliki

 

kandungan Dexchlorpheniramine Maleat yang bisa memberikan efek

 

kantuk        bagi          orang          yang

 

mengkinsumsinya. Antihistamin generasi pertama telah dikaitkan dengan efek samping yaitu sedasi, sedangkan pada antihistamin generasi kedua memiliki efek samping sedasi yang lebih kecil dibandingkan generasi pertama, sehingga antihistamin generasi kedua lebih banyak disukai (Poluzzi et al., 2015) pada sub variabel ini didapatkan hasil rata-rata responden mahasiswa Kesehatan dan non

 

kesehatan memiliki kategori pengetahuan “cukup” yaitu sebesar

 

68,67       %        untuk        mahasiswa

 

Kesehatan dan 61,87 untuk mahasiswa non Kesehatan.

 

5.   Pengetahuan tentang keamanan obat analgesik

 

Sub variabel pengetahuan tentang keamanan obat analgesik

 

padapertanyaannomor11

 

“Parasetamol merupakan obat antinyeri yang aman untuk ibu hamil”. Pilihan yang tepat pada jawaban diatas adalah “benar”.

 

Berdasarkan literatur dikatakan bahwa parasetamol adalah obat yang aman digunakan pada ibu hamil karena merupakan obat kategori B yang artinya tidak memiliki resiko sama sekali pada sejumlah kasus, sehingga parasetamol menjadi obat aman untuk digunaka pada semua

 

tahap kehamilan untuk menghilangkan rasa sakit pada ibu hamil. Parasetamol aman digunakan dalam jangka waktu pendek dan sesuai dengan dosis terapeutik (Dewi, 2020). Dan pada pertanyaan nomor 12 “parasetamol adalah obat antinyeri yang aman digunakan


 

 

 

penderita asam lambung” jawaban yang tepat pada pertanyaan ini

 

adalah        “benar”.         Berdasarkan

 

literatur dikatakan bahwa parasetamol memiliki kemampuan

 

dalam menghambat enzyme cyclooxygenase-1 (COX-1) yang lebih kecil dibandingkan NSAID. COX-1 berfungsi untuk proteksi gastrointestinal, fungsi trombosit dan ginjal. Sehingga penghambatan pada COX-1 yang lebih kecil menjadikan parasetamol lebih aman (Fuadi & Redjeki, 2016). Sehingga parasetamol adalah obat analgetik yang lebih aman digunakan

 

penderita asam lambung dibandingkan dengan NSAID. Pada sub variabel ini didapatkan hasil rata-rata mahasiswa Kesehatan yang memiliki kategori pengetahuan “Cukup” yaitu sebesar 75,79 %

 

sedangkan          mahasiswa           non

 

Kesehatan memiliki kategori pengetahuan “kurang” yaitu sebesar 55,05 %.

 

6. Pengetahuan tentang cara penyimpanan obat Analgesik

 

Sub variabel pengetahuan tentang cara penyimpanan obat analgesik pada soal nomor 13 “Menyimpan obat sakit kepala di dalam kulkas dapat mempengaruhi kualitas obat” jawaban yang benar adalah pilihan “benar”. berdasarkan literatur bahwa salah faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas

 

suatu obat adalah cara penyimpanan. Salah satu faktor

 

yang mempengaruhi kondisi penyimpanan adalah suhu, suhu yang sesuai dapat mencegah

 

terjadinya kerusakan yang mempengarhi kualitas dan keamanan suatu produk farmasi dan tidak

 

mengakibatkan       dampak        yang

 


 

 

356                                                                                                             Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021


Gambaran Tingkat Pengetahuan Swamedikasi Obat Analgesik pada Mahasiswa-Mahasiswi Universitas Tadulako di Kota Palu


 

 

 

 

merugikan terhadap obat baik itu secera langsung maupun tidak langsung. (BPOM, 2018). Contoh cara menyimpan obat di rumah yaitu seperti tidak menyimpan tablet atau kapsul di tempat panas atau yang terkena sinar matahari dan tidak menyimpan obat pada tempat yang lembab (DepKes, 2007). Dimana

 

kulkas merupakan tempat penyimpanan yang memiliki tingkat kelembapan yang tinggi. Dan pada pertanyaan nomor 14 “Obat sakit kepala harus disimpan ditempat yang memiliki tingkat kelembapan yang rendah” jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah

 

pilihan “benar”. Berdasarkan literatur dikatakan bahwa untuk menjaga obat dari pengaruh kelembaban, suhu dan sinar matahari obat harus disimpan dengan baik. (Goleman et al., 2019). Suhu dan kelembapan relatif yang tinggi

adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap degradasi suatu obat (Goleman et al., 2019). Pada sub variabel ini didapatkan hasil rata-rata mahasiswa Kesehatan memiliki kategori pengetahuan “baik” yaitu sebesar 76,79 %

 

sedangkan          mahasiswa           non

 

Kesehatan memiliki kategori pengetahuan “cukup” yaitu sebesar 71,46 %.

 

7.   Pengetahuan tentang interaksi obat dengan makanan

 

Sub variabel pengetahuan tentang interaksi obat dengan makanan pada pertanyaan nomor 15

 

“Mengonsumsi antinyeri bersama dengan teh dapat menyebabkan interaksi pada obat” jawaban yang benar adalah pilihan “benar”.

 

Berdasarkan literatur  Menurut  Teh


 

 

 

 

memiliki kandungan zat tannin dimana zat ini memiliki aktivatas yang dapat menghambat absorbsi dari suatu obat, karena tannin sangat mudah berinteraksi (Khuluq, 2020). Sehingga dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Kesehatan memiliki pengetahuan kategori “baik” sebesar 81,66 % sedangkan mahasiswa non Kesehatan mimiliki pengetahuan “cukup” sebesar 65,91 %.

 

8.  Pengetahuan tentang ciri obat yang tidak boleh dikonsumsi

 

Sub variabel tentang ciri obat yang tidak boleh dikonsumsi pada pertanyaan nomor 16 “Adanya perubahan warna, bau dan rasa pada obat anti nyeri menandakan obat tidak boleh lagi diminum. Jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah pilihan “benar”. Berdasarkan

 

literatur menyatakan stabilitas sediaan farmasi adalah salah satu syarat yang amat penting agar hasil produksi yang didaptkan baik. Ketidakstabilan suatu obat dapat menyebabkan penurunan bahkan hilangkan khasiat dari suatu produk obat. obat dapat berubah dan

 

mberikan efek toksik dan menyebabkan terjadinya perubahan penampilan suatu produk obat yang berupa perubahan warna, bau, rasa dan konsistensi (Pratiwi et al., 2018). Perubahan warna bau dan rasa pada obat menandakan obat tidak dapat dikonsumsi lagi karena menandakan obat sudah tidak memiliki stabilitas yang baik. Berdasarkan hasil rata-rata jawaban responden pada sub variabel ini berdasarkan hasil rata-rata jawaban responden dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa Kesehatan dan non kesehatan masuk kategori

 


 

 

Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021                                                                                     357


 

Rini Irawati, Amelia Rumi dan Firdawati Amir Parumpu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

baik   sebesar   95,99   %   untuk

 

 

dan

yang

memiliki

pengetahuan

 

 

 

mahasiswa Kesehatan dan 90,91 %

 

 

baik  sebanyak  64  orang  dengan

 

 

 

untuk mahasiswa non Kesehatan.

 

 

persentase sebesar 16,16 %. Hal ini

 

 

e. Hasil

 

Tingkat

 

Pengetahuan

 

 

juga  tidak  sejalan  dengan  hasil

 

 

 

Responden

Tabel 5

 

 

 

 

 

 

penelitian

tersebut  dimana  tingkat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

pengetahuan

mahasiswa

fakultas

 

 

 

Hasil Tingkat Pengetahuan

 

 

 

 

 

 

 

non

Kesehatan

yang

memiliki

 

 

 

 

 

 

Responden

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

kategori

kurang

sebesar

12,2  %,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Responden

 

Pengetahuan

 

Total

 

 

yang

memiliki

kategori

cukup

 

 

 

Kurang

 

Cukup

Baik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

sebesar 31,7 % dan yang memiliki

 

 

Mahasiswa

12

 

 

172

165

349

 

 

 

 

 

 

 

 

kategori   baik   sebesar   56,1   %

 

 

Kesehatan

3.44%

 

249.28%

47,28%

100%

 

 

 

 

Mahasiswa

43

 

 

289

 

64

 

396

 

 

sehingga

pengetahuan

 

mahasiswa

 

 

non Kesehatan

10.86%

 

72.98%

16.16

100%

 

 

non

Kesehatan

didominasi  pada

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hasil

tabel

5

dapat

 

 

kategori baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

disimpulkan

bahwa

 

mahasiswa

 

 

f. Perbandingan

 

 

 

 

Tingkat

 

 

 

Kesehatan

 

yang

 

memiliki

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengetahuan

 

 

Responden

 

 

 

Pengetahuan

kurang

sebanyak

12

 

 

 

 

 

 

 

 

 

berdasarkan

hasil

uji

Mann

 

 

 

responden

 

dengan

 

persentase

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Whitney U

 

 

 

 

 

 

 

 

 

sebesar

3,44

%,

yang

memiliki

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 6

 

 

 

 

 

 

pengetahuan

cukup  sebanyak

172

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perbandingan Tingkat

 

 

 

responden, dengan persentase 49,28

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengetahuan Responden

 

 

 

% dan yang memiliki pengetahuan

 

 

 

 

 

 

 

 

berdasarkan hasil uji Mann

 

 

 

baik

sebanyak

165

responden

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Whitney U

 

 

 

 

 

dengan persentase sebesar 47,28 %.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hasil tersebut tidak sejalan dengan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pengetahuan

 

 

 

penelitian

yang

dilakukan

oleh

 

 

Mann-

 

 

 

 

40972.000

 

 

 

(Lestari

Et

Al.,

2020)

pada

 

 

Whitney U

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Wilcoxon W

 

 

 

119578.000

 

 

 

mahasiswa

Kesehatan

dan

 

non

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Z

 

 

 

 

-9.718

 

 

 

 

Kesehatan

 

Universitas

Ngudi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Asymp. Sig

 

 

 

0.000

 

 

 

 

Waluyo

 

tentang

 

swamedikasi

 

 

(2-tailed)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

analgesik

dimana

hasil

yang

 

 

 

Hasil Tabel 6 diperoleh hasil

 

 

 

didapatkan

tingkat

pengetahuan

 

 

 

 

 

 

mahasiswa fakultas Kesehatan pada

 

 

nilai  probabilitas  Asymp.  Sig  (2-

 

 

 

kategori  kurang  sebesar  13,4  %,

 

 

Tailed)  0.000  <  0,05,  maka  Ho

 

 

 

kategori cukup sebesar 35,4 % dan

 

 

ditolak yang berarti ada perbedaan

 

 

 

kategori   baik   sebesar   51,2   %

 

 

tingkat pengetahuan yang signifikan

 

 

 

dimana

 

kategori

pengetahuan

 

 

antara    pengetahuan

 

mahasiswa

 

 

 

mahasiswa

 

fakultas

 

Kesehatan

 

 

Kesehatan

dan

non

 

Kesehatan

 

 

 

didominasi

pada

kategori

baik.

 

 

Universitas Tadulako di Kota Palu

 

 

 

Pada

mahasiswa

non

Kesehatan

 

 

tentang

swamedikasi

 

analgesik.

 

 

 

yang memiliki pengetahuan kurang

 

 

Diketahui

 

 

meskipun

 

tingkat

 

 

 

sebanyak

43

responden   dengan

 

 

pengetahuan

mahasiswa

Kesehatan

 

 

 

persentase  sebesar  10,86  %,  yang

 

 

dan  non  Kesehatan  di  dominasi

 

 

 

memiliki pengetahuan cukup

289

 

 

pada kategori cukup, tetapi tingkat

 

 

 

dengan persentase sebesar 72,98 %

 

 

pengetahuan

mahasiswa

Kesehatan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

lebih baik dibandingkan mahasiswa

 

 


 

 

358                                                                                                             Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021


Gambaran Tingkat Pengetahuan Swamedikasi Obat Analgesik pada Mahasiswa-Mahasiswi Universitas Tadulako di Kota Palu


 

 

 

 

non Kesehatan hal berdasarkan data

 

persentase dimana terdapat perbedaan jumlah persentase yang signifikan pada tiap kategori

 

penegetahuan dimana data menunjukkan bahwa mahasiswa Kesehatan memiliki persentase ketegori pada pengetahuan baik yang lebih tinggi dibandingkan

 

mahasiswa          non           kesehatan,

 

sedangkan mahasiswa non Kesehatan memiliki persentase yang

 

lebih tinggi pada kategori pengetahuan cukup dan kurang.

 

Kesimpulan

 

Pertama Tingkat pengetahuan mahasiswa Kesehatan yaitu yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 3,44 %, yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 49,28 % dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 47,28 %. Sehingga pengetahuan mahasiswa kesehatan didiominasi kategori cukup.

 

Kedua Tingkat Pengetahuan mahasiswa Non Kesehatan yaitu yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 10,86 % %, yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 72,98 % dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 16,16 %. Sehingga pengetahuan mahasiswa non kesehatan di dominasi kategori cukup.

 

Ketiga Perbandingan tingkat pengetahuan mahasiswa Kesehatan dan non

 

Kesehatan yaitu dimana terdapat perbandingan yang signifikan dan dilihat dari nilai p<0,05 atau p = 0,000.

 

BIBLIOGRAFI

 

Aljaouni, M. E., Hafiz, A. A., Alalawi, H. H., Alahmadi, G. M., & Alkhawaja, I. (2015). Self Medication Practice Among Medical And Non Medical Students At Taibah University, Madinah, Saudi


 

 

 

 

Arabia. International Journal Of Academic Scientific Research, 3(4), 22726446.

 

Badan Pusat Statistik (2020). Persentase Penduduk yang mengobati Sendiri Selama Sebulan Terakhir, 2015-2020.

 

Diakses dari : https://www.bps.go.id/indicator/30/1974 /1/persentase-penduduk-yang-mengobati-sendiri-selama-sebulan-terakhir.html [Diakses tanggal 3 Oktober 2020].

 

BPOM. (2018). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 34/2018 Tentang Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Bpom, 53, 1689–1699.

 

Depkes  RI.  (2007).  Pedoman  Penggunaan

Obat   Bebas    Dan    Bebas    Terbatas.

Pedoman Penggunaan Obat Bebas Dan

Bebas Terbatas, 36.

 

Fitrianstah,  A.,  &  Rahmawati,  R.  (2013).

Analisis  Kuantitatif  Kadar  Zat   Asam

 

Mefenamat Di Apotek Unisia Polifarma

UII (Pp. 1–12).

 

Fuadi,    I.,    &    Redjeki,    I.    S.     (2016).

 

Perbandingan Efek Pemberian Analgesia Pre-Emtif Parecoxib Dengan

Parasetamol            Terhadap            Nyeri

 

Pascaoperasi Radikal Mastektomi Menggunakan Numeric Rating Scale. Jurnal Anestesi Perioperatif, 4(2), 111– 116.

 

Goleman Et Al., 2019. (2019). 済無No Title No Title. Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9), 1689–1699.

 

Hapsari, I., & Nugroho, T. (2016). Pengaruh

 

Pemberian Analgesik Kombinasi Parasetamol Dan Tramadol Terhadap Kadar Ureum Serum Tikus Wistar. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 5(4), 1054–1063.

 


 

 

 

Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021                                                                                     359


Rini Irawati, Amelia Rumi dan Firdawati Amir Parumpu


 

 

 

Harahap,   N.    A.,    Khairunnisa,    K.,    &

Tanuwijaya,       J.        (2017).       Patient

Knowledge                       And Rationality       Of          Self-

Medication  In  Three   Pharmacies  Of

Panyabungan  City,   Indonesia.  Jurnal

 

Sains Farmasi & Klinis, 3(2), 186.

 

Idacahyati, K., Nofianti, T., Aswa, G. A., &

Nurfatwa, M. (2020). Hubungan Tingkat

Kejadian  Efek  Samping  Antiinflamasi

 

Non  Steroid  Dengan  Usia  Dan  Jenis

Kelamin.  Jurnal   Farmasi  Dan   Ilmu

Kefarmasian Indonesia, 6(2), 56.

 

Indrawati.      (2015).       Metode      Penelitian

 

Manajemen  Dan   Bisnis  Konvergensi

Teknologi  Komunikasi  Dan  Informasi.

Aditama.

 

Khuluq, H., & Zukhruf, N. (2019). Gambaran

 

Tingkat Pengetahuan Terhadap Penggunaan Obat Analgetik Pada

 

Masyarakat Desa Tanjungsari, Petanahan, Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 15(2), 50–54.

 

Kumala Dewi, A. A. R. M. F., Yuliyani, A. S., Dianita, B. R., Trimanda, D. A. W., Erliana, F. T., Kurniawan, H., Muzaffar, M. Z. R., Rachmafebri, R., Sakinah, S., Pebriastika, V. A., & Nita, Y. (2020). Pengetahuan Dan Penggunaan Obat Analgesik Dan Antipiretik Pada Ibu Hamil. Jurnal Farmasi Komunitas, 7(1), 8.

 

Lestari, V. A. (2020). Tingkat Pengetahuan,

Sikap      Dan      Perilaku      Mahasiswa

Kesehatan      Dan       Non       Kesehatan

Universitas  Ngudi   Waluyo   Ungaran

Terhadap      Swamedikasi      Analgesik.

 

Skripsi. Universitas Ngudi Waluyo.

 

Lovell, A. R., & Ernst, M. E. (2017). Drug-

Induced     Hypertension:     Focus      On

Mechanisms And Management. Current

Hypertension Reports, 19(5).

 

Majid,  Y.  A.,  Lestari,  W.,  Kunci,  K.,  & Sendiri,    P.    (2017).    HUBUNGAN Pengetahuan    Dan    Sikap    Dalam Penggunaan   Obat   Analgetik   Bebas


 

 

 

Untuk Pengobatan Sendiri Pada Mahasiswa Psik Angkatan 2015 Stikes Muhammadiyah Palembang. 5, 303– 314.

 

Mita, R. S., & Husni, P. (2017). Pemberian

Pemahaman     Mengenai      Penggunaan

Obat  Analgesik  Secara  Rasional  Pada

Masyarakat.    Aplikasi    Ipteks     Untuk

Masyarakat, 6(3), 193–194.

 

Moore,  N.,  Pollack,  C.,   &   Butkerait,   P.

 

(2015).  Adverse  Drug  Reactions  And

Drug  –  Drug  Interactions With  Over-

The-Counter Nsaids. 1061–1075.

 

Nurochman, C., Waskita, M., Pranata, A., & Muhammad, N. (2015). Aplikasi Swamedikasi Berbasis Android. 0274, 106–115.

 

Oktaviana, E., Hidayati, I. R., & Pristianty, L. (2019). Pengaruh Pengetahuan Terhadap Penggunaan  Obat  Parasetamol  Yang Rasional  Dalam  Swamedikasi  (Studi Pada  Ibu  Rumah  Tangga  Di  Desa

 

Sumberpoh          Kecamatan          Maron

 

Kabupaten        Probolinggo).        Jurnal

 

Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, 4(2), 44.

 

Poluzzi, E., Raschi, E., Godman, B., Koci, A.,

 

Moretti,  U.,  Kalaba,  M.,  Wettermark,

B.,  Sturkenboom, M., &  De  Ponti,  F.

(2015).  Pro-Arrhythmic  Potential   Of

Oral  Antihistamines (H1):  Combining

Adverse  Event   Reports   With    Drug

 

Utilization  Data  Across  Europe.  Plos

ONE, 10(3), 1–14.

 

Pratiwi,  L.,  Fudholi,  A.,  Martien,  R.,  & Pramono, S. (2018). Uji Stabilitas Fisik Dan  Kimia  Sediaan  SNEDDS  (Self-

 

Nanoemulsifying        Drug         Delivery

 

System)  Dan  Nanoemulsi  Fraksi   Etil

Asetat       Kulit       Manggis       (Garcinia

Mangostana L.) Physical And Chemical

Stability   Test    Of    SNEDDS   (Self-

Nanoemulsifying        Drug         Delivery

 

System) A. Traditional Medicine Journal, 23(2), 84–90.

 

Sofyani, C. M., Taofik, R., & Chaerunnisa, A.

 


 

 

360                                                                                                             Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021


Gambaran Tingkat Pengetahuan Swamedikasi Obat Analgesik pada Mahasiswa-Mahasiswi Universitas Tadulako di Kota Palu


 

 

 

 

Y.      (2018). Validasi Metode Analisis Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Untuk

 

PenetapanKadarUjiDisolusi

 

Terbanding Tablet Amoksisilin. Farmaka, 16, 324–330.

 

Sugiyono.      (2014).       Metode      Penelitian

 

Pendidikan     Pendekatan     Kuantitatif,

Kualitatif, Dan R&D. Alfabeta.

 

Supadmi,  W., &  Hakim, L.  (2012).  Kaitan Penggunaan  Obat  Analgetik  Dan  Anti Inflamasi Non Steroid Dengan Kejadian Gagal   Ginjal   Kronik   Pada   Pasien

Hemodialisis          Di           Rsu           Pku

 

Muhammadyah Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Farmasi, 9(2).

 

Tarazi, S., Almaaytah, A., Laham, N. Al, Ayesh, B., & Arafat, H. (2016). Prevalence Of Self-Medication Practice Among Al-Azhar Medical Laboratory University Students Gaza Strip – Palestine Department Of Laboratory Medicine , Faculty Of Applied Medical

 

Department Of Pharmaceutical Technology , Faculty Of Pharmacy ,. Paripex - Indian Journal Of Research, 5(October), 231–234.

 

Wolfe, D. T., Hermanson, D. R., Ii, B. A. B., Diri, A. K., Diri, P. K., Chotimah, C., Rohayati, S., Мурашко М.А., , نلاپاک ث, نیسحملاغ, کوداس., Akademik, K., Reza Yuka Satria Pratama, 加藤真也,小林千秋中西優子, Rusno, Ips, B., Kelas, S., Sdn, I. V, Tahun, T., … Noviyani, D. I. (2017). No Title هصلاخ یکشزپناور. Educational Psychology Journal, 2(2), 65–72.

 

yusrizal. 2015. “Gambaran Penggunaan Obat Dalam Upaya Swamedikasi Pada Pengunjung Apotek Pandan Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2014 The Picture of Medication Use In An Effort Swamedikasi On Visitors Pharmacies Pandan Districts Jati Agung Regency Sout.” Gambaran


 

 

 

 

Penggunaan   Obat    Dalam   Upaya

Swamedikasi       Pada       Pengunjung

Apotek    Pandan    Kecamatan    Jati

Agung Kabupaten Lampung Selatan

Tahun 2014 4(1): 446–49.

 


 

 

 

Jurnal Health Sains, Vol. 2, No. 3, Maret 2021                                                                                     361