HUBUNGAN POLA
ASUH ORANG TUA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA MANAJEMEN UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH GRESIK
Lathifatul
Qolbiyah1, Putri Yuni Indah Lestari2, Della Putri
Sabilila3
Universitas Muhammadiyah Gresik,
Indonesia
lathifatulqolbiyah023@gmail.com1, putriyuni983@gmail.com2, dellaputri13.sabililla@gmail.com3
Keywords |
Abstract |
Parenting, Emotional Intelligence, College Students |
This study aims to analyse the
relationship between parenting and emotional intelligence in management
students at Universitas Muhammadiyah Gresik. Emotional intelligence is the
ability to regulate responses to internal and external stimuli, including
self-awareness, self-control, motivation, empathy, and interpersonal
relationships. Parenting, which consists of authoritative, authoritarian, and
permissive patterns, plays an important role in shaping children's emotional
intelligence and is influenced by various factors, including parental
personality, beliefs, education, and socio-economic status. This research
uses a quantitative approach with a causal correlation study method. Data
were collected through a Likert scale questionnaire and analysed to determine
the relationship between parenting and emotional intelligence in a purposive
sample of 115 students. The results of this study are expected to provide insight
into the influence of parenting patterns on emotional intelligence in
university students, which will be useful in developing educational
strategies and parenting patterns that support the formation of emotional
intelligence among the younger generation. |
Kata Kunci |
Abstrak |
Pola Asuh,
Kecerdasan Emosional, Mahasiswa |
Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pola asuh orang tua dan
kecerdasan emosional pada mahasiswa manajemen di Universitas Muhammadiyah
Gresik. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengatur respons
terhadap rangsangan internal dan eksternal, meliputi kesadaran diri,
pengendalian diri, motivasi, empati, dan hubungan interpersonal. Pola asuh,
yang terdiri dari pola otoritatif, otoriter, dan permisif, berperan penting
dalam membentuk kecerdasan emosional anak dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor, termasuk kepribadian orang tua, keyakinan, pendidikan, dan status
sosial-ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode studi korelasi kausal. Data dikumpulkan melalui kuesioner skala Likert
dan dianalisis untuk mengetahui hubungan antara pola asuh dan kecerdasan
emosional pada sampel purposive sebanyak 115 mahasiswa. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai pengaruh pola asuh terhadap
kecerdasan emosional pada mahasiswa, yang akan bermanfaat dalam pengembangan
strategi pendidikan dan pola pengasuhan yang mendukung pembentukan kecerdasan
emosional di kalangan generasi muda. |
Corresponding
Author:
Lathifatul Qolbiyah
lathifatulqolbiyah023@gmail.com
PENDAHULUAN
Mahasiswa
merupakan seorang pelajar yang menduduki perguruan tinggi. Menurut Sarwono
(1978) Mahasiswa dalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti
pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18 – 30 tahun.
Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya
karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon
intelektual atau cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering
kali syarat dengan berbagai predikat. Mahasiswa adalah agen perubahan. Agen
perubahan menjadi seseorang yang dapat memberikan solusi atas permasalahan yang
dihadapi oleh suatu bangsa di berbagai belahan dunia.
Mahasiswa
tingkat tinggi juga merupakan agen perubahan. Artinya, bertindak tidak seperti
pahlawan yang datang ke suatu negara kemudian dengan berani mengusir para
penjahat dan dengan berani pahlawan itu meninggalkan daerah tersebut diiringi
tepuk tangan oleh penduduk setempat. Dalam pengertian ini siswa bukan hanya
sebagai pemrakarsa perubahan, tetapi sebagai objek atau aktor perubahan.Sikap
kritis positif harus dimiliki dan seringkali dapat membuat perbedaan besar dan
juga membuat pemimpin yang tidak kompeten sakit dan cemas. Banyak kebodohan dan
ketidak adilan telah dilakukan oleh para pemimpin bangsa ini.
Pola
asuh dalam keluarga dapat mempengaruhi emosional seseorang. Lingkungan keluarga
terutama orang-orang terdekat sangat berpengaruh dalam mengembangkan kecerdasan
emosional pada seseorang karena keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang
pertama dan utama. Dimana seorang anak pertama hidup di dunia ini adalah di
lingkungan keluarga. Tidak terkecuali Mahasiwa sebagai individu yang memiliki
kecerdasan emosional yang berbed-beda. Mengingat bahwa kecerdasan emosional ini
sangat dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga khususnya pola asuh yang
diterapkan oleh orang tua. Mahasiswa yang dibesarkan dalam kondisi yang aman
dan nyaman, dimana orang tua selalu memberikan dukungan dan dorongan serta
menghargai pendapat. Maka akan membentuk pribadi siswa yang tangguh,
berkarakter, percaya diri, mudah bergaul dengan orang lain serta mampu
mengontrol dan mengendalikan emosinya atau dengan kata lain siswa memiliki
kecerdasan emosional yang baik. Mahasiswa juga termasuk ke dalam tahap dewasa
awal. Hal ini didukung oleh Santrock (2012) yang menyatakan bahwa dewasa awal
merupakan masa perkembangan individu yang berlangsung antara usia 18-25 tahun.
Menurut
Priyanti (2015) Kecerdasan emosional seorang tidak hendak timbul dengan
sendirinya, hendak namun butuh terdapatnya perkembangan serta rangsangan
secepat bisa jadi. Pada masa usia dini anak mempunyai keahlian dalam
memaksimalkan kecerdasan emosional mereka sendiri walaupun mereka masih dalam
tahap pengembangan dan ditandai dengan keegoisan yang besar.. Kecerdasan emosi
ialah salah satu aspek perkembangan yang butuh distimulasi dari kesemua aspek
perkembangan yang terdapat. Berkembangnya keahlian emosional anak semenjak dini
sangat mempengaruhi besar terhadap perkembangan emosi serta sosial anak di masa
yang hendak tiba. Hingga dari itu diharapkan orang tua bisa memaksimalkan
kecerdasan emosi anak antara lain berkaitan dengan berbagai perasaan, pergantian
perasaan, membuat pertimbangan ataupun pengambilan keputusan, serta keyakinan
diri.
Menurut
Windarwati( 2008), terdapat jalinan antara pola asuh orang tua dengan
pertumbuhan emosi anak. Pola asuh yang diberikan kepada seorang anak yakni
aspek utama dalam menekan pertumbuhan emosi anak. Pola asuh orangtua sangat
pengaruhi besar pada hasil pertumbuhan emosi anak, meski pula didukung oleh
aspek zona dan aspek genetik. Karena itu orang tua mempunyai tanggung jawab
yang berat terhadap pertumbuhan emosi anak, biar pada waktu depananak mampu
mengendalikan emosi dengan baik, oleh sebab itu sangat tidak orang tua bisa
memberikan contoh gimana tata cara mengelola emosi dengan baik. Sedangkan untuk
Nasrun (2016) Pola asuh orang tua berperan sangat berarti dalam interaksi
antara anak dan orang tuanya, termasuk memenuhi kebutuhan fisik seperti makanan
dan minuman, serta kebutuhan psikologis seperti keamanan dan emosi. Norma yang
berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungan. Dengan
kata lain, orang tua memainkan peran berarti dalam membentuk sistem interaksi
yang akrab dan langgeng yang ditandai dengan kesetiaan, cinta, dan kasih sayang
orang tua.
Untuk
memudahkan dan mengarahkan pembahasan, peneliti membatasi permasalahan yang
berhubungan dengan pembahasan yang luas. Maka dari itu peneliti membatasi
penelitiannya berfokus hanya pada bagaimana individu tersebut memiliki
kemampuan untuk melihat emosi dan perasaan diri sendiri maupun orang lain serta
terdapat beberapa faktor dalam kecerdasan emosional yang mengarah kepada pola
asuh dengan model pendidikan yang dibentuk oleh orang tua serta berbagai jenis
pola asuh dan faktor pola asuh. Mahasiswa yang diteliti juga terbatas pada
Mahasiwa Jurusan Manajemen angkatan 21 (semester 4) Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Gresik.
METODE
PENELITIAN
Untuk menjawab rumusan masalah yang
ada diperlukan metode penelitian, oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode penelitian kuantitatif. Tipe penelitian kuantitatif
merupakan investigasi sistematis mengenai sebuah fenomena dengan mengumpulkan
data yang dapat diukur menggunakan teknik statistik, matematika, atau
komputasi. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2016).
Penelitian kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap objek yang
diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (Sugiyono, 2016: 7-11).
Metode penelitian kuantitatif ini
adalah metode penelitian korelasi kausalitas. Penelitian korelasi kausalitas
adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua
variabel atau lebih. Korelasi
kausalitas adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat dua jenis variabel dapat
diartikan sebagai variabel bebas dan variabel terikat (Dr.H.Ilyas Ismail, M.Pd.
2018).
Istilah variabel dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.dan dapat
dikatakan bahwa variabel penelitian sebagai faktor-faktor yang berperan dalam
peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Suryabrta, 2011 :25). Dalam
penelitian ini yang digunakan yaitu variabel bebas dan variabel terikat :
1. Variabel dependen adalah Variabel Terikat (Y) adalah
variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya pengaruh dari
variabel lain atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel X (Azwar,2011:74).
Variabel dependen pada penelitian ini ialah Kecerdasan Emosional.
2. Variabel independen adalah Variabel bebas (X) adalah
variabel yang mempengaruhi variabel lain (Azwar,2011:74). Variabel independen
biasanya disimbolkan dengan huruf X. Variabel independen pada penelitian ini
ialah Pola Asuh Orang Tua.
Menurut
(Nurdin et al., 2019) definisi operasional adalah mendefinisikan variabel
secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu
objek atau fenomena. Mendefinisikan variabel secara operasional adalah
menggambarkan atau mendeskripsikan variabel penelitian sedemikian rupa,
sehingga variabel tersebut bersifat spesifik (tidak berinterpretasi ganda) dan
terukur (observable atau measureable).
Variabel
dependen pada penelitian ini adalah Kecerdasan Emosional. Kecerdasan emosional
adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi
frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan,
mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan
berpikir, berempati dan berdoa. Kecerdasan Emosional dapat diungkap menggunakan
Skala Kecerdasan Emosional yang disusun berdasarkan pada aspek menurut
(Goleman, 2021) antara lain : Kesadaran diri, Pengaturan diri, Motivasi,
Empati, Keterampilan social. Pengukuran pada penelitian ini menggunakan
adaptasi skala dari dari (Goleman, 2001).
Jenis skala
yang digunakan adalah Skala Likert. Menurut Sugiyono (2006), skala likert
adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
terhadap individu ataupun kelompok terkait dengan fenomena sosial yang sedang
terjadi. Tinggi rendahnya Kecerdasan Emosional yang diperoleh subjek dilihat
dari skor total skala Kecerdasan Emosional, semakin tinggi skor yang diperoleh
subjek. Semakin tinggi pula Kecerdasan Emosional pada subjek. Sebaliknya,
semakin rendah skor yang diperoleh semakin rendah pula kualitas Kecerdasan
Emosional subjek.
Variabel
independen pada penelitian ini adalah Pola Asuh Orang Tua. Pola asuh orang tua
sangat mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku anak. Orang tua memilih pola
asuh berdasarkan asumsi bahwa apa yang diberikan kepada anak adalah yang
terbaik bagi anak. Pola Asuh Orang Tua dapat diungkap dengan menggunakan Skala
Pola Asuh Orang Tua yang disusun berdasarkan pada aspek menurut Diana Baumrind
(1967) yang berisi anatara lain : Gaya otoriter (authoritarian style), Gaya
permisif (permissive style), Gaya demokratif (authoritative style).
Pengukuran
pada penelitian ini menggunakan adaptasi skala dari Diana Baumrind (1967).
Jenis skala yang digunakan adalah Skala Likert. Menurut Sugiyono (2006), skala
likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
terhadap individu ataupun kelompok terkait dengan fenomena sosial yang sedang
terjadi. Tinggi rendahnya Pola Asuh Orang Tua yang diperoleh subjek dilihat
dari skor total skala Pola Asuh Orang Tua
semakin tinggi skor yang diperoleh subjek. Semakin tinggi pula Pola Asuh
Orang Tua pada subjek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh semakin
rendah pula kualitas Pola Asuh Orang Tua subjek.
Sugiyono (2018:130) mengemukakan
bahwa populasi sebagai wilayah secara umum yang terdiri atas obyek/subyek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk diteliti lalu dibuat kesimpulannya. Peneliti mengambil populasi dari
Mahasiswa Jurusan Manajemen semester 4 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Gresik sebanyak 239 mahasiswa. Data tersebut diperoleh dari bagian administrasi
kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Gresik.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini penulis menggunakan Non-probability Sampling dengan
metode Purposive Sampling dimana teknik dalam pengambilan sampel ini
memiliki pertimbangan-pertimbangan yang sudah ditentukan kepada responden.
Sugiyono (2011:84) menjelaskan bahwa Sampling Purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik Non-probability
Purprosive Sampling dengan tabel (isac dan michael). Peneliti mengambil
penentuan jumlah sampel berdasarkan tingkat kesalahan (significance level)
5%, maka jumlah sampel minimal yang diambil adalah 115.
|
Gambar 3.1 Significance Level Isaac & Michael
Dari pengertian tersebut agar
memudahkan penelitian, penulis menetapkan sifat-sifat dan katakteristik yang
digunakan dalam penelitian ini. Adapun sampel yang akan diteliti sesuai dengan
karakteristik yaitu Mahasiswa Aktif dan memiliki usia antara 18-25 tahun pada
Jurusan Manajemen semester 4 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Gresik yang berjumlah 239 siswa.
Alasan mengambil sampel karena
mengerucutkan subjek yang akan diteliti serta memiliki karakteristik.
Karakteristik yang dipakai adalah mahasiwa aktif dan memiliki usia 18-25 tahun
Santrock (2012) merupakan fase dewasa awal dan merupakan mahasiswa aktif.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan angket berskala likert
sebagai alat ukur angket Kecerdaasan Emosional dan Pola Asuh Orang Tua yang
memakai kuisioner (angket) sebagai metode pengumpulan data. Menurut Sugiyono
(2013: 142) menjelaskan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner dalam penelitian ini dibuat dalam
bentuk pernyataan yang berkaitan dengan variabel-variabel yang akan diteliti
berdasarkan indikator variabel Kecerdasan Emosional (Y) dan variabel Pola Asuh
Orang Tua (X).
Untuk mempermudah responden dalam
menjawab suatu pertanyaan maka peneliti menggunakan Skala Likert. Skala Likert
dapat digunakan untuk mengukur suatu pendapat, sikap, dan persepsi seseorang.
Hal ini sesuai dengan pendapat (Sugiyono, 2013: 93) yang menyatakan bahwa Skala
likert digunakan untuk mengukur pendapat,sikap, dan persepsi seseoarang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert dalam penelitian ini
terdapat beberapa jawaban alternatif guna variabel yang akan diukur dapat
terukur dan nampak serta dapat dijabarkan. Penjabaran dalam tabel sebagai berikut
:
Aitem Favorable |
Aitem Unfavorable |
||
Jawaban |
Skor |
Jawaban |
Skor |
Sangat Sesuai |
4 |
Sangat Sesuai |
1 |
Sesuai |
3 |
Sesuai |
2 |
Tidak Sesuai |
2 |
Tidak Sesuai |
3 |
Sangat Tidak Sesuai |
1 |
Sangat Tidak Sesuai |
4 |
Table Error! No text of specified
style in document..1 Nilai Skor Jawaban
3.5.1 Skala Kecerdasan Emosional
Skala
Kecerdasan Emosional menggunakan teori yang di adaptasi dari Goleman, 2009.
Responden diminta menjawab pertanyaan dengan kategori yang diantaranya yakni favorable
dan unfavorable dengan empat kategori
respon yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju(S), Tidak Setuju(TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS). Adapun rancangan blueprint yang dirancang sebagai berikut :
Aspek |
Indikator |
Item |
Total |
||
Favorable |
Unfavorable |
||||
1 |
Self-awareness (mengenali emosi) |
Mengenali emosi
diri, kesadaran menguasai emosi |
1,3,5,9,13 |
7,11 |
7 |
2 |
Self regulation (mengendalikan emosi) |
Menghibur diri sendiri,
melepaskan kemurungan, kecemasan dan ketersinggungan |
2,8,14 |
6,10,12,28, 29 |
8 |
3 |
Memotivasi
diri |
Mengendalikan dorongan hati, antusiasme,
gairah, optimis |
15,17,19,21,25 |
23,30,31 |
8 |
4 |
Empati |
Kesadaran akan perasaan
kepentingan keprihatinan terhadap orang lain |
16,18,20 |
4,27 |
5 |
5 |
Interpersonal relationship |
Membina hubungan dengan orang lin,
keterampilan |
22,24,26 |
32 |
4 |
Jumlah |
32 |
Table Error! No text of specified style in document..2 Blue Print Kecerdasan Emosional
Table Error! No text of
specified style in document..3 Blue Print Pola Asuh Orang Tua
Skala
Pola Asuh Orang Tua menggunakan teori yang di adaptasi dari Diana Baumrin.
Responden diminta menjawab pertanyaan dengan kategori yang diantaranya yakni
favorable dan unfavorable dengan empat
kategori respon yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju(S), Tidak Setuju(TS), dan
Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun rancangan blueprint yang dirancang sebagai
berikut :
No. |
Dimensi |
Indikator |
Item |
Jml |
|
F |
UF |
||||
1 |
Pola asuh permissive |
a.
Tidak
ada hukuman untuk anak |
3 |
7 |
2 |
b. Selalu menerima apapun tindakan |
11,15 |
|
2 |
||
c.
Selalu
memberikan apapun keinginan anak |
19,23 |
20,22 |
4 |
||
d. orang tua sangat tidak terlibat dalam
kehidupan anak |
24 |
|
1 |
||
2 |
Pola asuh authoritarian |
a.
Perintah
yang harus ditaati |
2,6 |
|
2 |
b. Selalu menuntut |
10 |
8 |
2 |
||
c.
Tingkat
kontrol yang tinggi tetapi tidak responsive |
4,14,17 |
|
3 |
||
3 |
Pola asuh authoritative |
a.
Memantau
dan mengarahkan anak |
1,5 |
16,18 |
4 |
b. Bersikap tegas |
13 |
|
1 |
||
c.
Bertanggung
jawab |
9,12,21 |
|
3 |
||
Jumlah item |
18 |
6 |
24 |
Pada
penelitian kuantitatif, teknik analisa data yang digunakan sudah jelas, yaitu
diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dalam proposal. Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis
data menggunakan metode statistik yang sudah tersedia. Hasil data yang
dianalisa secara deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk daftar distribusi
frekuensi beserta grafiknya. Kemudian melakukan perhitungan untuk menguji
hipotesis dengan teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
statistik inferensial. Adapun langkah-langkah digunakan dalam menentukan
hipotesis yakni sebagai berikut :
1.
Uji
Validitas
Pengujian
validitas dilakukan untuk mengetahui valid tidaknya suatu aitem. Tipe validitas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Indikasi terpenuhinya
validitas isi dapat diperoleh melalui prosedur validasi terhadap aitem-aitem
dalam tes, yang bertujuan untuk mengestimasi kelayakan atau kesahihan sebuah
aitem-aitem yang mewakili komponen-komponen dari kawasan isi materi yang diukur
(aspek representasi) atau sejauh mana kesesuaian item-aitem dalam dengan
indikator keperilakuan dari atribut yang diukur/aspek relevansi (Azwar, 2018).
Setiap item dengan skor total item menggunakan perhitungannya dibantu dengan
program komputer IBM Statistical Program for Social Science (SPSS) for windows.
Pengujian
validitas dalam penelitian ini menggunakan expert judgement dan skor corrected
total item correlation. Sebuah aitem dinyatakan valid jika skor corrected total
item correlation lebih besar daripada 0,30 (Azwar, 2013). Azwar (2014)
menyatakan jika jumlah aitem yang lolos nyatanya tidak mencukupi jumlah yang
diharapkan, maka dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas kriteria
skor corrected total item correlation menjadi 0,25, sehingga pada penelitian
ini menggunakan batas minimum skor corrected total item correlation sebesar
0,25. Yang artinya Semua item yang mencapai skor minimal 0,25 maka instrument
tersebut dinyatakan valid.
2.
Uji
Reliabilitas
Dalam
pengujian reliabilitas tidak jauh berbeda dari validitas, hal itu juga yang
menjadi alasan mengapa setiap instrumen validitas masih harus diuji
reliabilitasnya sedangkan instrument yang sudah diuji reliabilitasnya sudah
pasti dapat terlihat valid tidaknya intrumen tersebut.
Jenis
reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Alpha Cronbanch
yang memiliki ketentuan berdasarkan besarnya koefisien reliabilitas yang
berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Uji Alpha Cronbanch digunakan sebagai penduga
dari reliabilitas konsistensi internal dari suatu skor tes untuk sampel.
Reliabilitas alpha adalah data yang diperhitungkan melalui bentuk skala yang
dikenakan hanya satu kali pada kelompok responden (Single-trial administrasi)
(Azwar, 2012: 182). Untuk mengetahui reliabilitas dari instrument pengumpulan
data yang digunakan, perhitungannya dibantu dengan program komputer IBM
Statistical Program for Social Science (SPSS).
HASIL
DAN PEMBAHASAN
The
Realistic Education, merupakan sebuah konsep yang menerjemahkan pendidikan
sebagai tanggung jawab moral yang sepenuh hati dan menghantarkan peserta didik
hingga siap hidup. Dengan demikian arah pembangunan kurikulum dan kegiatan
akademik di setiap Program Studi tersebut tidak terlepas dari konsep The
Realistic Education dimana keluaran (output) UMG diharapkan menjadi Abdullah
dan Khalifatullah yang memiliki:
1.
Kewibawaan
intelektual (kepekaan, ketajaman, daya kritis, kemampuan analitis, dan
memprediksi).
2.
kewibawaan
kepribadian (kematangan akhlaq, sosial, kemandirian, emosi, dan motivasi).
3.
Kewibawaan
keterampilan (kemampuan menggunakan ilmunya sesuai dengan profesi yang dipilih
untuk kehidupan secara luas).
Universitas Muhammadiyah
Gresik didirikan atas upaya meningkatkan amal usaha Muhammadiyah dibidang
pendidikan tinggi, karena pada saat itu di daerah Kabupaten Gresik belum ada
Perguruan Tinggi. Berdasarkan Surat Keputusan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten
Gresik Majelis Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Nomor : E.1/017-V/1980
tanggal 25 Mei 1980, berdirilah Universitas Muhammadiyah Gresik yang
peresmiannya dilakukan oleh Bupati Kabupaten Gresik Bapak Kolonel Wasiadji, SH
yang juga sebagai pelindung.
Ø Visi
Universitas Muhammadiyah Gresik :
Menjadi Universitas
unggul dan mandiri yang Islami.
Ø Misi
Universitas Muhammadiyah Gresik :
1.
Menyelenggarakan
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkualitas dan
terukur melalui pendidikan senyatanya
yang teraktualisasi dalam Universitas memadu the realistic educationIntegrated
University
2.
Menyelenggarakan
Universitas yang mandiri dengan tata kelola yang baik (Good University
Governance)
Dalam penelitian ini, (Azwar,
2013) menjelaskan mengenai Sebuah aitem dinyatakan valid jika skor corrected total item correlation
lebih besar daripada 0,30. Pada penelitian ini menggunakan validitas isi dengan
cara melihai nilai Corrected item total
correlation.
1.
Uji Validitas Skala
Pola Asuh Orang Tua
Skala Asuh Orang Tua yang telah
dikembang kan oleh (Baumrin,1967). Berdasarkan hasil likert pada 29 subjek
terdapat hasil bahwa item yang digunakan tidak ada yang gugur. Sehingga
didapati blueprint setelah tryout sebagai berikut :
Table
Error! No text of specified style in document..4 Validitas Asuh Orang Tua
No. |
Dimensi |
Indikator |
Item Sahih |
Item Gugur |
1 |
Pola
asuh permissive |
a.
Tidak ada hukuman untuk anak |
3,7 |
- |
b.
Selalu menerima apapun tindakan |
11,15 |
- |
||
c.
Selalu memberikan apapun keinginan anak |
19,23 ,20,22 |
- |
||
d.
orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan anak |
24 |
- |
||
2 |
Pola
asuh authoritarian |
a.
Perintah yang harus ditaati |
2,6 |
- |
b.
Selalu menuntut |
10,8 |
- |
||
c.
Tingkat kontrol yang tinggi tetapi tidak responsive |
4,14,17 |
- |
||
3 |
Pola
asuh authoritative |
a.
Memantau dan mengarahkan anak |
1,5,16,18 |
- |
b.
Bersikap tegas |
13 |
- |
||
c. Bertanggung
jawab |
9,12,21 |
- |
||
Jumlah item |
22 |
- |
2. Uji Validitas Skala Kecerdasan Emosional
Skala Kecerdasan
Emosional yang telah dikembang kan oleh (Goleman 2009). Berdasarkan hasil likert pada 29 subjek terdapat hasil bahwa item yang
digunakan tidak ada yang gugur. Sehingga didapati blueprint setelah tryout
sebagai berikut :
Table Error! No text of specified style in document..5 Validitas Kecerdasan Emosional
No. |
Aspek |
Indikator |
Item
Sahih |
Item Gugur |
1 |
Self-awareness
(mengenali
emosi) |
Mengenali
emosi diri, kesadaran menguasai emosi |
1,3,5,9,13,7,11 |
- |
2 |
Self
regulation (mengendalikan
emosi) |
Menghibur diri sendiri,
melepaskan kemurungan, kecemasan dan ketersinggungan |
2,6,8,10,12,14, |
- |
3 |
Memotivasi diri |
Mengendalikan dorongan hati, antusiasme,
gairah, optimis |
15,17,19,21 |
- |
4 |
Empati |
Kesadaran akan perasaan kepentingan
keprihatinan terhadap orang lain |
4,16,18,20 |
- |
5 |
Interpersonal
relationship |
Membina hubungan dengan orang lin,
keterampilan |
22 |
- |
Jumlah |
22 |
- |
Peneliti
ini menggunakan pengujian reliabilitas dengan cara melihat koefisien Alpha Cornbach.
Pengujian reliabilitas hasil ukur instrument penelitian dilakukan dengan
bantuan SPSS
20 For windows dengan operasi analyze
> scale > reliability analyze.
instrument Pola Asuh
Orang tua adalah sebagai berikut :
Reliability Statistics |
||
Cronbach's Alpha |
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items |
N of Items |
.369 |
.444 |
24 |
Table Error! No text of specified
style in document..6Reliabilitas Pola Asuh Orang
Tua
Pada tabel 4.3 menunjukan bahwa hasil analisis pada instrument
kepercayaan diri menunjukan hasil 0,369 yang
berarti di katakan sudah realiabel.
Sedangkan hasil analisis pada instrument Kecerdasan Emosional adalah sebagai berikut :
Reliability Statistics |
||
Cronbach's Alpha |
Cronbach's Alpha Based on
Standardized Items |
N of Items |
.725 |
.775 |
22 |
Table Error! No text of specified
style in document..7 Reliabilitas Kecerdasan Emosional
Pada tabel 4.2 menunjukan bahwa hasil analisis pada instrument
kepercayaan diri menunjukan hasil 0,725 yang berarti di katakan sudah realiabel.
Pada uji normalitas data
dapat dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov Smirnov yaitu
dengan ketentuan apabila nilai signifikansi diatas 5% atau 0,05 maka data
memiliki distribusi normal. Sedangkan jika hasil uji One Sample Kolmogorov
Smirnov menghasilkan nilai signifikan dibawah 5% atau 0,05 maka data tidak
memiliki distribusi normal.
Tabel
Hasil Uji Normalitas
Variabel Nilai
sig Keterangan
Pola
asuh, kecerdasan emosi 0,007 Normal
Dasar pengambilan
keputusan dalan uji normalitas: jika nilai signifikansi >0,05 maka data
tersebut berdistribusi normal. Jika nilai signifikansi <0,05 maka data
tersebut tidak berdistribusi normal. Berdasarkan pengujian normalitas variabel Pola Asuh (X)
dan Kecerdasan Emosional (Y) diperoleh nilai signifikan sebesar 0,007 yang
artinya 0,007 < 0,05 data berdistribusi tidak normal (Ghozali, 2021:199)
Uji
linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel atau lebih yang diuji
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya
digunakan sebagai persyarat dalam analisis kolerasi atau regresi linear. Dasar
pengambilan keputusan dalam uji linearitas adalah:
·
Jika nilai probabilitas > 0,05 maka
hubungan antara variable (X) dengan (Y) adalah linear.
·
Jika nilai probabilitas < 0,05 maka
hubungan antara variable (X) dengan (Y) adalah tidak linear.
Tabel
Hasil Uji Linieritas
Variabel Nilai
sig Keterangan
Pola
asuh, kecerdasan emosi 0,968 Linier
Berdasarkan
hasil tabel diatas, dapat diketahui bahw nilai signifikasi pada variabel Pola
Asuh, kecerdasan emosi nilai sig 0,968 > 0,05 yang artinya data linier.
Peneliti telah melakukan uji normalitas dan uji
linieritas menyatakan bahwa data angket didistribusikan secara normal dan
linier, yang artinya penelitian bisa dilanjutkan. Selanjutkan akan nebganaisis
data menggunakan rumus koefisien korelasi product moment sebagai berikut:
Berdasarkan hasil uji korelasi product moment dapat
diambil kesimpulan rh = 0,008 .
kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan
taraf sig 5% untuk N = 29 dan df = N – 1 = 28 diperoleh ttabel
sebesar 0,361. Karena rhitung < ttabel maka dinyatakan Ho diterima dan Ha ditolak.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian mengenai hubungan antara pola asuh orang tua dan kecerdasan
emosional pada mahasiswa manajemen di Universitas Muhammadiyah Gresik,
ditemukan bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua berpengaruh signifikan
terhadap perkembangan kecerdasan emosional mahasiswa. Pola asuh otoritatif
cenderung mendukung peningkatan kesadaran diri, pengendalian emosi, dan
kemampuan interpersonal pada mahasiswa, sedangkan pola asuh otoriter dan
permisif memiliki dampak yang lebih variatif tergantung pada konteks dan
faktor-faktor individu. Dengan demikian, pola asuh yang efektif dan positif
berperan penting dalam membentuk kecerdasan emosional generasi muda, yang
sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan dan interaksi sosial di kehidupan
sehari-hari. Hasil ini menunjukkan pentingnya perhatian terhadap gaya
pengasuhan yang diterapkan, terutama dalam lingkungan keluarga, untuk mendukung
perkembangan kecerdasan emosional yang optimal.
BIBLIOGRAFI
Arikunto, S. (2010). Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Febriani, I., & Yulsyofriend,
Y. (2022). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Emosional Anak di
Taman Kanak Kanak Awalidil Jannah Timbulun Kabupaten Pesisir Selatan. Jurnal
Family Education, 2(2), 220-226.
Lintina, Shovia. (2015). “Pengaruh Konsep Diri Dan Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Kemandirian Mahasiswa Fakultas Psikologi Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta”. Skripsi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
Juliasri Amin, J. U. L. I. (2021).
Pengaruh Kualitas Produk, Harga Dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian
Indomie Di Kecamatan Tarumajaya (Doctoral Dissertation, Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Indonesia Jakarta).
Najibah, N. A. (2017). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Dengan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Cempaka Putih 02
Tangerang Selatan.
Pramadya, T. P., & Oktaviani,
J. 2021. Korean wave (hallyu) dan persepsi kaum muda di Indonesia: Peran media
dan diplomasi publik Korea Selatan. Insignia: Journal of International
Relations, 8(1), 87-100.
Pramuditya Saputra, A. L. D. I. R.
A. (2021). Pengaruh Tunjangan Kinerja Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Di
Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP RRI) Malang (Doctoral
dissertation, STIE Malangkucecwara).
Rosada, U. D. (2019). Hubungan pola
asuh demokratis orangtua dan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar.
Jurnal Fokus Konseling, 5(2), 116-12.
Serena, Megatasya Kurnia. (2014). “Pengaruh Kecerdasan Emosi Dan Self Control
Terhadap Agresivitas Remaja Pengguna Game Online”. Skripsi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sulistiyono, N. Y.
(2013). Gambaran Asupan Zat Gizi Dan Aktivitas Fisik Mahasiswa Ilmu
Keolahragaan (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
Suryana, D., & Sakti, R.
(2022). Tipe Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya terhadap Kepribadian Anak
Usia Dini. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(5), 4479-4492.
Valentina, A., & Istriyani, R.
2013. Gelombang Globalisasi ala Korea Selatan. Jurnal Pemikiran Sosiologi,
2(2).
Yuliawan, B. A. P., & Subakti,
G. E. 2022. Pengaruh Fenomena Korean Wave (K-Pop Dan K-Drama) Terhadap Perilaku
Konsumtif Penggemarnya Perspektif Islam. Jurnal Penelitian Keislaman, 18(1),
35-48.