AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK
JAMUR MERANG (VOLVARIELLA VOLVACEA
(BULLIARD EX FRIES) SINGER) YANG BERSIMBIOSIS PADA TANDAN KOSONG KELAPA
SAWIT TERHADAP BAKTERI SALMONELLA TYPHI
Misa
Raema
Universitas
Sari Mulia Banjarmasin, Indonesia
Misaraema1800@gmail.com
Keywords |
Abstract |
antibacterial, minimum
inhibitory concentration, minimum
killing concentration, salmonella typhi,mushroom,volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) |
One
of the infectious diseases with quite high rates in the world is typhoid fever.Chloramphenicol
antibiotic is the drug of choice for typhoid fever, but for the last 10 years
Salmonella typhi with plasmid-encoded resistance to chloramphenicol
antibiotics. Increasing bacterial resistance to antibiotics is a great
opportunity to obtain antibacterial compounds by utilizing bioactive
compounds from various plants in Indonesia. One of the organisms that can be
used as an antibacterial producer is fungus. Mushroom (Volvariella volvacea
(Bulliard ex Fries) Singer) contains secondary metabolites in the form of
flavonoids, tannins, saponins and phenols which have the potential to inhibit
bacterial growth. To find out the antibacterial activity of mushroom extract
(Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer)) growing in empty oil palm
bunches, tested the Minimum Inhibitory Concentration and Minimum Killing
Concentration. The type of research used was true experimental with the
Posttest-only Control Group research design, test of the antibacterial
activity using the well-diffusion method and determining the Minimum
Inhibitory Concentration and Minimum Killing Concentration using the dilution
method and then analyzed using the Kruskall-Wallis Test and the Mann-Whitney
Tes. Mushroom extract (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer)) is
suspected to have antibacterial activity to Salmonella typhi with an
inhibition zone of 12.07 mm and minimum inhibition at a concentration of
60΅g/ml. The results of the statistical analysis showed there was a
significant difference with a p value of 0.007 on the Kruskal-Wallis Test and
on Whitney Test showed a p value of 0.025. Palm mushroom extract (Volvariella
sp) only has inhibitory power and does not have killing power against
Salmonella typhi. Mushroom extract (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries)
Singer)) has antibacterial activity against Salmonella typhi with a Minimum
Inhibitory Concentration value of 60΅g/ml. |
Kata
Kunci |
Abstrak |
Antibakteri, Jamur
Merang, Konsentrasi Bunuh Minimum, Konsentrasi Hambat Minimum,
Salmonella Typhi,Volvariella Volvacea (Bulliard Ex Fries) Singer |
Salah satu penyakit infeksi dengan angka cukup tinggi di dunia adalah demam
tifoid. Antibiotik Kloramfenikol merupakan drug of choice untuk demam tifoid, akan tetapi selama
10 tahun terakhir ini Salmonella typhi dengan plasmid- encoded
resisten terhadap antibiotik kloramfenikol. Peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik menjadi peluang besar
untuk memperoleh senyawa
antibakteri dengan
memanfaatkan senyawa bioaktif dari beragam tanaman yang ada di Indonesia Salah satu organisme yang dapat
dijadikan sebagai penghasil antibakteri adalah jamur. Jamur merang (Volvariella
volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) yang tumbuh di tandan kosong kelapa sawit mengandung metabolit sekunder yang berupa flavonoid, tanin, saponin
dan fenol memiliki potensi menghambat pertumbuhan bakteri. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak jamur merang
(Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) yang tumbuh di tandan kosong
kelapa sawit,menguji Konsentrasi Hambat Minimum dan
Konsentrasi Bunuh Minimum penelitian yang digunakan adalah true experimental dengan desain penelitian Posttest-only Control Group u
aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi
sumuran dan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum dan Konsentrasi Bunuh Minimum
dengan menggunakan metode
dilusi kemudian dianalisis menggunakan Kruskall-Wallis Test dan Mann-Whitney Test. Jamur merang
(Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries)
Singer) diduga memiliki aktivitas antibakteri terhadap Salmonella typhi
dengan zona hambat
sebesar 12,07 mm dan daya hambat minimum pada konsentrasi 60΅g/ml
Hasil analisis statistik menunjukan terdapat perbedaan bermakna dengan p value
0,007 pada Kruskal-Wallis Test
dan pada Mann-Whitney Test menunjukan p value
0,025. Ekstrak jamur
merang memiliki daya
hambat dan tidak memiliki daya bunuh terhadap Salmonella typhi. Ekstrak jamur merang
(Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries)
Singer) memiliki aktivitas antibakteri terhadap Salmonella typhi
dengan nilai Konsentrasi Hambat Minimum sebesar
60΅g/ml |
Corresponding Author: Misa Raema
Misaraema1800gmail.com
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi
masih menjadi masalah kesehatan utama di beberapa Negara. Penyakit infeksi
disebabkan oleh mikroorganisme yang bersifat patogen, termasuk jenis patogen
yang disebut bakteri. Bakteri penyebab penyakit infeksi perlu dihambat dengan
sejumlah bahan antimikroorganisme yang dikenal dengan antibiotik. Penggunaan
antibiotik yang tepat akan memperoleh efek terapi yang maksimal, namun jika
penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan timbulnya resistensi
terhadap berbagai antibiotik. Sehingga pengobatan menjadi tidak efektif, biaya
meningkat, peningkatan mortilitas maupun morbiditas (Pratiwi, 2017). Data dari
Central of Diesease Control (CDC) menunjukkan bahwa lebih dari 2,6 juta resisten
terhadap antibiotik dan hampir 44.000 kematian terjadi setiap tahun ketika
laporan tahun 2013 diterbitkan (CDC, 2019). Berdasarkan Laporan terakhir dari
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Antimicrobial Resistance, Global Report on
Surveillance menunjukkan bahwa Asia Tenggara memiliki angka tertinggi dalam
kasus resistensi antibotik di dunia (WHO, 2014).
Salah satu penyakit
infeksi dengan angka yang cukup tinggi di dunia adalah Demam tifoid. Demam
tifoid menjadi penyebab utama terjadinya mortalitas dan morbiditas terutama di
negara negara berpenghasilan rendah dan menengah (Ulfa & Handayani,
2018). Menurut data WHO (World Health Organization), demam tifoid di dunia
mencapai 11 20 juta kasus per tahun dan sekitar 128.000 161.000 kematian
setiap tahunnya (WHO, 2018). Kasus demam tifoid di Indonesia sekitar 81,7 kasus
per 100.000 penduduk per tahun (Levani & Prastya, 2020). Prevalensi
nasional untuk demam tifoid di Indonesia adalah 1,60%. Provinsi Kalimantan
Selatan memiliki prevalensi demam tifoid sebesar 1,95%, banyak ditemukan pada
kelompok umur sekolah (5 24 tahun) yaitu 1,9% dan terendah pada bayi yaitu
0,8% (Kemenkes, 2013).
Demam tifoid
disebabkan oleh sejenis bakteri, yaitu bakteri Salmonella typhi yang dibawa
oleh manusia yang terinfeksi di dalam saluran darah dan saluran pencernaan yang
menyebar ke orang lain melalui makanan dan air minum yang terkontaminasi
(Indang et al., 2013). Salmonella typhi merupakan gram negatif dan bersifat
aerob (Imara, 2020) . Salmonella typhi merupakan bakteri yang berbentuk batang,
tidak berspora, memiliki ukuran lebar antara 0,7 - 1,5 ΅m dan panjang 2,0 - 5,0
΅m, besar koloni rata-rata 24 mm, dominan bergerak dengan flagel peritrik (Batt
& Tortorello, 2014). Bakteri Salmonella typhi termasuk kedalam daftar prioritas
kedua atau high untuk bakteri patogen yang perlu riset antibiotik baru (WHO,
2018).
Infeksi bakteri dapat
disembuhkan dengan penggunaan antibiotik, antibiotik kloramfenikol merupakan
drug of choice untuk demam tifoid, akan tetapi selama 10 tahun terakhir ini
Salmonella typhi dengan plasmid-encoded resisten terhadap antibiotik
kloramfenikol (Octora et al., 2019). Resistensi disebabkan oleh pemakaian
antibiotik yang tidak tepat dan irasional sehingga mendorong munculnya bakteri
yang resisten terhadap antibiotik tersebut (Yaddi et al., 2020). Pola resisten
Salmonella typhi terhadap penelitian di RSUD Ulin Banjarmasin sebesar 10%
(Juwita et al., 2013). Peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik
menjadi peluang besar untuk memperoleh senyawa antibakteri dengan memanfaatkan
senyawa bioaktif dari beragam tanaman yang ada di Indonesia (Nala, 2019).
Antibiotik merupakan
golongan senyawa sintetis atau alami yang mampu dalam menghentikan proses
biokimia terhadap suatu organisme, khususnya pada proses infeksi bakteri
(Anggraini et al., 2020). Salah satu organisme yang dapat dijadikan sebagai
penghasil antibakteri adalah jamur. Jamur telah memberikan kontribusi terhadap
perkembangan obat-obatan. Jamur Penicilium merupakan sumber antibiotika pertama
yang menghasilkan antibiotika Penisilin. Jamur Aspergillus menghasilkan
antibiotika Fumigatin dan Aspergilin (Anggraini et al., 2020). Jamur memiliki
mekanisme spesifik terhadap metabolisme dengan memproduksi sejumlah metabolit
sekunder. Zat aktif metabolit sekunder bersifat fungsional dan terdiri atas
berbagai bio-komponen sebagai media pertahanannya (Saputri et al., 2021).
Jamur mempunyai
tempat tumbuh dan cara berkembang yang berbeda beda, terutama ada yang tumbuh
tandan kosong sawit. Tandan kosong kelapa sawit merupakan salah satu limbah
industri yang berlimpah setiap tahunnya yang menjadi media tumbuhnya jamur
yaitu Jamur Merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer)).
Berdasarkan
penelitian (Khairunnisa, 2021), diperoleh hasil skrining fitokimia pada jamur
merang adalah flavonoid, saponin, fenol dan tanin. Flavonoid berfungsi sebagai
antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein
ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri. Fenol mengubah
permebilitas membran sel bakteri, menimbulkan kebocoran sel dan mengakibatkan
kematian bakteri (Ibrahim et al., 2012). Tanin memiliki mekanisme kerja yaitu
menghambat metabolisme sel bakteri (Maisetta et al., 2019). Saponin memiliki
mekanisme kerja yaitu dapat meningkatkan permeabilitas membran.
Kandungan Jamur
Merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex
Fries) Singer) yang berupa memiliki potensi menghambat pertumbuhan bakteri.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait
aktivitas antibakteri ekstrak jamur merang (Volvariella
volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) terhadap bakteri Salmonella typhi.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Sari Mulia,
Banjarmasin, Kalimantan Selatan, selama Juni hingga Juli 2023. Tujuan utama
penelitian ini adalah menguji aktivitas antibakteri ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea) terhadap bakteri Salmonella typhi. Menggunakan desain True Experimental, penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi daya hambat dan daya bunuh ekstrak tersebut
terhadap bakteri. Desain penelitian yang diterapkan adalah posttest-only control group, di mana kelompok eksperimen
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sampel jamur merang diperoleh dari tandan
kosong kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara XIII, Pelaihari, Kalimantan
Selatan, yang kemudian diolah menggunakan metode maserasi.
Prosedur
penelitian meliputi beberapa tahap mulai dari pengumpulan jamur, pencucian,
hingga proses ekstraksi. Skrining fitokimia juga dilakukan untuk mendeteksi
kandungan senyawa metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, fenol, serta steroid-terpenoid. Setelah itu, ekstrak
jamur diuji pada konsentrasi 60 ΅g/ml, 80 ΅g/ml, dan 100 ΅g/ml untuk menentukan
kemampuan antibakterinya terhadap Salmonella
typhi. Semua alat dan bahan penelitian disterilkan terlebih dahulu
menggunakan autoklaf, dan alat-alat kecil disterilisasi dengan api spritus
untuk mencegah kontaminasi.
Pengujian
antibakteri dilakukan dengan metode dilusi cair untuk mengukur Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Hasil pengujian
diamati dengan mengukur zona bening di sekitar pertumbuhan bakteri. Data
kualitatif diperoleh dari pengamatan visual terhadap zona hambat, sementara
data kuantitatif diperoleh dengan menghitung jumlah koloni bakteri yang
terbunuh pada berbagai konsentrasi ekstrak. Hasil uji KHM dan KBM menunjukkan
tingkat efektivitas ekstrak jamur merang dalam menghambat pertumbuhan bakteri Salmonella typhi.
Analisis
data dilakukan menggunakan uji statistik One
Way Anova untuk melihat perbedaan antar kelompok. Jika data tidak memenuhi
kriteria normalitas dan homogenitas, uji Kruskal
Wallis diterapkan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang signifikan mengenai potensi jamur merang sebagai agen antibakteri alami
yang efektif, khususnya terhadap bakteri penyebab penyakit demam tifoid, Salmonella typhi
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Hasil simplisia jamur merang
(Volvariella volvacea(Bulliard ex Fries) Singer)
Hasil
simplisia jamur merang (Volvariella
volvacea (Bulliard ex Fries) Singer)
setelah di haluskan diperoleh hasil simplisia kering
sebanyak 76,43 gram.
Gambar 4.1 Simplisia Jamur Sawit (Volvariella Sp)
Hasil ekstraksi jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer)
Jamur merang (Volvariella
volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) diekstraksi dengan merendam serbuk simplisia jamur merang (Volvariella volvacea
(Bulliard ex Fries) Singer) dengan pelarut air (aquadest) dilakukan selama 1 x 24 jam. Setelah
itu dilakukan penyaringan dengan kain flannel.
Ekstrak cair yang terkumpul dipekatkan menggunakan waterbath
dengan suhu 60°C sehingga
didapatkan ekstrak kental
jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) total
sebanyak 11,10 gram.
Sumber: Primer Peneliti
Gambar 4.2 Ekstrak Kental Jamur Merang (Volvariella volvacea
(Bulliard ex Fries) Singer)
Perhitungan rendemen ekstrak kental jamur merang (Volvariella
volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) sebagai berikut :
=
= 14,52%
Hasil skrining
fitokimia yang dilakukan pada ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) diperoleh
hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil skrining fitokimia ekstrak jamur merang (Volvariella
volvacea (Bulliard ex Fries) Singer)
No |
Senyawa |
Pereaksi |
Hasil Pengamatan |
Keterangan |
1 |
Alkaloid
|
Dragendrof |
Tidak ada endapan |
- |
2 |
Flavonoid
|
Serbuk mg + HCl Pekat |
Kuning- jingga dan terdapat
busa |
+ |
3 |
Saponin
|
Pengocokan dengan aquadest +
HCl Pekat |
Busa (1 cm) |
+ |
4 |
Tanin
|
Besi (III) klorida |
Hijau kehitaman |
+ |
5 |
Fenol
|
Besi
(III) klorida |
Hijau kehitaman |
+ |
6 |
Steroid-triterpenoid
|
Liebermann-Buchard |
Tidak ada perubahan warna |
- |
+ : terdeteksi
-
:
tidak terdeteksi
Berdasarkan data diatas, ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) diperoleh
hasil positif mengandung Flavonoid,Saponin, Tanin, dan Fenol.
Pada penelitian ini, uji skrining
aktivitas antibakteri ekstrak jamur merang (Volvariella
volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) terhadap Salmonella typhi dilakukan dengan metode difusi sumuran dan zona
hambat yang terbentuk di sekitar lubang sumuran diukur menggunakn jangka sorong
dalam satuan millimeter (mm). Hasil pengamatan setelah cawan petri diinkubasi
pada suhu 37°C selama 18 - 24 jam terdapat zona hambat pada konsentrasi. Dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2 Hasil Penelitian Skrining Aktivitas
Antibakteri Ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) Terhadap Salmonella Typhi
No
|
Perlakuan |
Diameter |
Rata
rata |
Gambar |
||
I |
II |
III |
||||
1 |
Ekstrak Jamur Sawit |
10,40 |
13,45 |
12,37 |
12,07 |
|
2 |
Kontrol
Positif |
29,32 |
28,15 |
27,37 |
28,28 |
|
3 |
Kontrol
Negatif |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
Keterangan
:
Kontrol
Positif : kloramfenikol
(150 mg) dan suspense bakteri
Kontrol
Negatf : Media dan suspense bakteri
Berdasarkan
data hasil penelitian uji skrining aktivitas antibakteri ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) terhadap
Salmonella typhi didapatkan
bahwa ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer)) memiliki daya antibakteri yang
ditandai dengan adanya zona hambat di sekitar lubang sumuran.
a. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
Pada penelitian aktivitas
antibakteri untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari ekstrak
jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) terhadap Salmonella
typhi dilakukan dengan metode dilusi. Hasilnya diamati secara visual pada
tabung reaksi yang berisi variasi konsentrasi, kontrol positif dan kontrol
negatif yang telah diinkubasi pada suhu 37°C selama 18 24 jam. Hasil
pengamatan ekstrak jamur merang (Volvariella
volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) terhadap Salmonella typhi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Hasil Penelitian
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) Terhadap Salmonella Typhi
Variasi
konsentrasi |
Replikasi |
p value |
Gambar |
||
I |
II |
III |
|||
60΅g/ml (KHM) |
- |
- |
- |
0,007 ª 0,025ᵇ |
|
80΅g/ml |
- |
- |
- |
0,007 ª 0,025ᵇ |
|
100΅g/ml |
- |
- |
- |
0,007 ª 0,025ᵇ |
|
Kontrol Positif |
- |
- |
- |
0,007 ª |
|
Kontrol Negatif |
+ |
+ |
+ |
0,007 ª 0,025ᵇ |
Keterangan :
ª : nilai signifikasi
dari pengujiana Kruskal-Wallis Test
ᵇ : nilai
signifikasi dari pengujiana Mann Whitney
Test
Kontrol Positif : Kloramfenikol (150
mg) dan suspense bakteri
Kontrol
Negatif : Media dan suspense bakteri
Berdasarkan
hasil pengamatan pada setiap tabung diketahui bahwa ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) memiiliki daya hambat atau nilai Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) terhadap Salmonella typhi pada
konsentrasi 60΅g/ml.
b. Konsentrasi
Bunuh Minimum (KBM)
Pada
penelitian aktivitas antibakteri untuk mengetahui Konsentrasi Bunuh Minimum
(KBM) dari
ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard
ex Fries) Singer) terhadap Salmonella typhi hasilnya diamati secara visual pada setiap cawan
yang berisi variasi konsentrasi, kontrol positif dan kontrol negatif yang telah
diinkubasi pada suhu 37°C selama 18 24 jam dan menghitung jumlah koloni
bakteri yang tumbuh dengan colony
counter. Hasil pengamatan ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) Terhadap
Salmonella typhi dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 4.4 Hasil Penelitian Konsentrasi Bunuh
Minimum (KBM) Ekstrak jamur
merang (Volvariella
volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) Terhadap Salmonella Typhi
Variasi konsentrasi |
Replikasi |
Jumlah koloni |
Gambar |
||
I |
II |
III |
|||
60΅g/ml |
Tumbuh koloni |
Tumbuh koloni |
Tumbuh koloni |
˃300
koloni |
|
80΅g/ml |
Tumbuh koloni |
Tumbuh koloni |
Tumbuh koloni |
˃300
koloni |
|
100΅g/ml |
Tumbuh koloni |
Tumbuh koloni |
Tumbuh koloni |
87 koloni |
|
Kontrol Positif |
Tidak tumbuh koloni |
Tidak tumbuh koloni |
Tidak tumbuh koloni |
Tidak ada |
|
Kontrol Negatif |
Tumbuh koloni |
Tumbuh koloni |
Tumbuh koloni |
˃300
koloni |
|
Keterangan :
Kontrol Positif : Kloramfenikol (150 mg) dan suspense bakteri
Kontrol Negatif : Media dan suspense bakteri
Berdasarkan hasil pengamatan
menggunakan colony counter diketahui
bahwa ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard
ex Fries) Singer) tmemiliki
daya bunuh atau nilai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) terhadap Salmonella typhi pada konsentrasi
100΅g/ml dengan
87 koloni (˂300 koloni).
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan aktivitas antibakteri dari ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) terhadap
Salmonella typhi. Adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode adalah metode difusi sumuran untuk
skrining aktivitas antibakteri ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) dengan
mengukur diameter zona hambat yang terbentuk di sekitar lubang sumuran.. Metode difusi sumuran digunakan karena
memiliki kelebihan lebih mudah diukur karena penyerapan tidak hanya bagian
permukaan saja (Nurhayati
et al., 2020). Pada penelitian ini juga
menggunakan metode dilusi untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) terhadap
Salmonella typhi. Metode ini
digunakan untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi
Bunuh Minimum (KBM) ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard
ex Fries) Singer) terhadap Salmonella typhi.
Bahan
uji yang digunakan dalam penelitian adalah esktrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) dan
pelarut yang digunakan adalah aquadest. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan
metode maserasi dan pengentalan ekstrak menggunakan sehingga menghasilkan
ekstrak kental jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer).
Bakteri
yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri Salmonella typhi yang merupakan bakteri gram negatif. Gram negatif
penyusun dinding sel utamanya adalah lipoprotein, fosfolipid, lipopolisakarida
dan protein yang disertai dengan lapisan dinding tebal sehingga memiliki sifat
patogenitas yang lebih tinggi dibanding bakteri gram positif (Rachmawati
et al., 2018)
Skrining
aktivitas antibakteri ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard
ex Fries) Singer) terhadap
Salmonella typhi yang menggunakan
metode difusi dilakukan yaitu dengan menggunakan sampel ekstrak jamur sawit (Volvariella sp), dan DMSO 10% sebagai
pelarut. DMSO merupakan pelarut yang dapat melarutkan senyawa polar maupun non
polar serta tidak memiliki kemampuan menghambat bakteri sehingga tidak
memberikan pengaruh terhadap bakteri uji (Fatonah
et al., 2022). Kontrol positif menggunakan
loramfenikol yang merupakan antibiotik bersifat bakteriostatik dan berspektrum
luas yang aktif terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif (Rahmitasari
et al., 2020). Antibiotik ini bekerja dengan
menghambat sintesis sintesis protein dengan cara mengikat ribosom 5O sehingga
menghambat pembentukan rantai peptida (Anggita
et al., 2022). Hasil skrining aktivitas antibakteri pada ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) terhadap
Salmonella typhi dapat dilihat pada tabel 4.2. Penentuan hasil
dilakukan dengan melihat zona hambat (daerah bening di sekitaran lubang sumuran
yang memperlihatkan tidak adanya pertumbuhan bakteri) lalu diukur dengan jangka
sorong. Hasil penelitian menujukkan terdapat zona hambat pada ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) dan
kontrol positif (Kloramfenikol) namun tidak ada zona hambat pada kontrol
negatif.
Hasil
zona hambat pada ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard
ex Fries) Singer) pada
replikasi pertama 10,40 mm, replikasi kedua 13,45 mm, dan replikasi ketiga
12,37 mm dengan rata rata diameter 12,07. Menurut Khairani
et al (2017) zona hambat dikategorikan
sebagai berikut yaitu kategori lemah (diameter <5 mm), kategori sedang
(diameter 5 10), kategori kuat (10 - 20 mm) dan kategori sangat kuat >20
mm. Ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) dengan
diameter rata rata 12,07 mm terhadap bakteri Salmonella typhi masuk dalam
kategori zona hambat kuat.
Pada
kontrol positif yaitu Kloramfenikol yang diperoleh pada replikasi pertama 29,32
mm, replikasi kedua 28,25 mm dan replikasi ketiga 27,37 mm dengan diameter rata
rata 28,28 mm yang termasuk kategori zona hambat sangat kuat (Khairani
et al., 2017). Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Samputri
et al (2020) yang dimana zona hambat Kloramfenikol
dengan rata rata 28,2 mm dengan kategori zona hambat sangat kuat terhadap Salmonella typhi serta kontrol negatif
tidak terbentuk zona hambat.
Berdasarkan
hasil skrining aktivitas antibakteri ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) diduga
memiliki aktivitas antibakteri terhadap Salmonella
typhi yang ditandai dengan zona hambat (12,07 mm). Sehingga dapat
dilanjutkan ke pengujian menggunakan metode dilusi untuk mengetahui Konsentrasi
Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM). Penelitian dilakukan
dengan membuat variasi konsentrasi ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) dengan
dosis 60΅g/ml, 80΅g/ml dan 100΅g/ml.
Adapun
penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) diperoleh dengan melihat kejernihan
pada tabung reaksi dengan konsentrasi terendah sampel yang mampu menghambat
pertumbuhan Salmonella typhi. Hasil
penelitian berdasarkan tabel 4.3 didapatkan nilai Konsentrasi Hambat Minimum
(KHM) terhadap Salmonella typhi pada
konsentrasi 60΅g/ml, yang ditandai dengan hasil uji yang terlihat jernih.
Hasil
uji Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dilakukan pengujian statistik. Hasil Kruskall-Wallis
Test menunjukkan terdapat adanya perbedaan signifikan pada seluruh varian
konsentrasi ekstrak terhadap salmonella Typhi dengan nilai p value 0,007 (p < 0,05). Oleh karena itu dapat dinyatakan
ada perbedaan yang bermakna pada semua kelompok perlakuan (kelompok perlakukan
ekstrak jamur sawit, kontrol negatif dan kontrol positif). Kemudian untuk
mengetahui perbedaan antar variasi konsentrasi dengan kontrol positif dan
kontrol negatif pada pemberian ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) terhadap
Salmonella typhi maka dilanjutkan uji Mann Whitney Test. Berdasarkan hasil
test terdapat perbedaan yang signifikan antar variasi konsentrasi dengan
kontrol negatif dengan p value 0,025
(p < 0,05). Pada pengujian antar kelompok variasi konsentrasi dengan kontrol
positif tidak terdapat perbedaan bermakna dengan p value 1,00 (p > 0,05). Dapat dinyatakan bahwa ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) memiliki
pengaruh terhadap Salmonella typhi.
Pengujian
aktivitas antibakteri dapat dilanjutkan ke Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) terhadap
Salmonella typhi dikarenakan ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) memiliki
kemampuan daya hambat terhadap Salmonella
typhi. Pengujian dilakukan dengan mengambil 10΅l dari hasil KHM kemudian
disebarkan pada media padat. Penentuan nilai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer)) terhadap Salmonella typhi dilakukan dengan melihat konsentrasi terendah sampel
yang tidak ada pertumbuhan bakteri. Berdasarkan hasil pada tabel 4.4 bahwa
ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) pada
seluruh variasi konsentrasi masih ditumbuhi dengan koloni bakteri akan tetapi
pada konsentrasi 100΅g/ml terlihat bahwa koloni bakteri terlihat lebih sedikit
dibandingkan variasi konsentrasi lainnya setelah dihitung dengan colony counter terdapat 87 koloni
bakteri. Artinya, memiliki potensi membunuh bakteri apabila konsentasi ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) ditingkatkan
lebih tinggi. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi kemampuan
menghambat dan membunuh bakteri (Mashita,
2017). Pengujian aktivitas antibakteri ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) terhadap
Salmonella typhi memiliki Konsentrasi
Bunuh Minimum (KBM) pada kosentrasi 100΅g/ml.
Kemampuan
ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) dalam
menghambat dan membunuh Salmonella typhi dikarenakan
adanya kandungan senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid, tanin, fenol dan
saponin dimana telah dilakukan skrining fitokomia hasil pada tabel 4.1. Hasil
skrining fitokomia diperkuat dengan penelitian yang dilakukan (Fadly,
2021) hasil pengujian fitokimia mengandung senyawa
flavonoid, tanin, fenol dan sapnonin. Senyawa senyawa metabolit sekunder
inilah yang memiliki kemampuan sebagai antibakteri suatu tumbuhan.
Flavonoid
sebagai senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri bekerja dengan cara
menghambat sintesis asam nukleat adalah cincin A dan B yang memegang peran
penting dalam proses interkelasi atau ikatan hidrogen dengan menumpuk basa asam
nukleat yang menghambat pembentukan DNA dan RNA. Flavonoid menyebabkan
terjadinya kerusakan permeabilitas dinding sel bakteri, mikrosom, dan lisosom
sebagai hasil interaksi antara flavonoid dengan DNA bakteri (Anwar
et al., 2021).
Senyawa
tanin memiliki aktivitas antibakteri dengan kemampuannya untuk menginaktifkan
adhesion sel mikroba juga menginaktifkan enzim, dan mengganggu transport
protein pada lapisan dalam sel. Tanin juga mempunyai target pada polipeptida
dinding sel sehingga pembentukan dinding sel menjadi tidak sempurna dan
menyebabkan sel bakteri menjadi lisis karena tekanan osmotik maupun fisik
sehingga sel bakteri akan mati (Sari
& Sari, 2011).
Mekanisme
kerja saponin sebagai antibakteri adalah menurunkan tegangan permukaan sehingga
mengakibatkan naiknya permeabilitas atau kebocoran sel dan mengakibatkan
senyawa intraseluler akan keluar, senyawa ini berdifusi melalui membran luar
dan dinding sel yang rentan, lalu mengikat membran sitoplasma dan mengganggu
dan mengurangi kestabilan itu. Hal ini menyebabkan sitoplasma bocor keluar dari
sel yang mengakibatkan kematian sel (Pangestuti
et al., 2017).
Sedangkan
fenol sebagai antibakteri mampu merusak membran sel, menginaktifkan enzim dan
mendenaturasi protein sehingga dinding sel mengalami kerusakan karena penurunan
permeabilitas. Perubahan permeabilitas membrane sitoplasma memungkinkan
terganggunya transportasi ion ion organik yang penting ke dalam sel sehingga menghambat
pertumbuhan sel dan mengakibatkan kematian sel. Dalam konsentrasi tinggi,
kandungan fenol menembus dan mengganggu dinding sel bakteri dan mempresipitasi
protein dalam sel bakteri (Purwantiningsih
et al., 2014).
Penelitian
ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) terhadap
Salmonella typhi belum pernah
dilakukan sebelumnya. Berdasarkan penelitian penelitian aktivitas antibakteri
ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) memiliki
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) terhadap Salmonella
typhi dan memiliki Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) terhadap Salmonella typhi. Kemampuan daya hambat
dan daya bunuh yang terdapat pada ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) karena
adanya senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid, tanin, fenol, dan saponin
berdasarkan hasil skrining fitokimia. Ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) dapat
digunakan sebagai alternatif pengobatan dalam demam tifoid karena bersifat
bakterisidal sesuai hasil penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) yang
dimiliki.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian aktivitas antibakteri ekstrak jamur merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) yang bersimbiosis pada tandan kosong kelapa sawit terhadap Salmonella typhi, dapat disimpulkan bahwa ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) memiliki
aktivitas sebagai antibakteri terhadap Salmonella
typhi dengan memiliki zona hambat 12,07 mm sesuai hasil skrining aktivitas
antibakteri dan memiliki kemampuan daya hambat (KHM) pada konsentrasi 60΅g/ml
dengan nilai signifikansi pada Kruskal-Wallis
Test adalah 0,007 dan nilai signifikansi pada Mann-Whitney Test adalah 0,025. Ekstrak jamur
merang (Volvariella volvacea (Bulliard ex Fries) Singer) juga memiliki kemampuan daya
bunuh pada konsentrasi 100΅g/ml.
BIBLIOGRAFI
Abbas, B., Listyorini, F. H., & Martanto,
E. A. (2012). Karakteristik Jamur Sagu (Volvariella sp.) Endemik Papua. Jurnal
Natur Indonesia, 13(2), 168.
https://doi.org/10.31258/jnat.13.2.168-173
Anggita,
D., Nuraisyah, S., & Wiriansya, E. P. (2022). Mekanisme Kerja Antibiotik. UMI
Medical Journal, 7(1), 4658.
Anggraini,
W., Puspitasari, M. R., Atmaja, R. R. dwi, & Sugihantoro, H. (2020).
Pengaruh Pemberian Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan Pasien Rawat Jalan
Tentang Penggunaan Antibiotik Di RSUD Kanjuruhan Kabupaten Malang The Impact of
Eduction Providing on the Level of Knowledge Outpatient Understanding about the
Use of Antibiotics i. Pharmaceutical Journal of Indonesia, 6(1),
5762.
Anwar,
R., Wirda, K., & Harniati, D. (2021). Perbandingan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etil Asetat Daun Rasamala (Altingia excelsa noronha) dan Bahan Pengisi
3 Mix terhadap Enterococcus faecalis. Indonesian Journal of Dentistry, 1(1),
1419. https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/IJD/article/view/6812
Batt,
C. A., & Tortorello, M. L. (2014). Encyclopedia Food Microbiology II.
Elsevier Ltd.
CDC.
(2019). About Antimicrobial Resistance. Centers for Disease Control and
Prevention.
Depkes.
(2014). Farmakope Indonesia Edisi 5. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Diniatik.
(2015). Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Etanolik Daun Kepel
(Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook F. & Th.) dengan Metode
Spektrofotometri. Kartika-Jurnal Ilmiah Farmasi, 3(1), 15.
Etebu,
E., & Arikekpar, I. (2016). Antibiotics: Classification and mechnisms of
action with emphasis on molecular perspectives. International Journal of
Applied Microbiology and Biotechnology Research, 96(2), 535541.
https://doi.org/10.1161/01.CIR.96.2.535
Fadly, et al. (2021). Fitokimia, Flavonoid, dan
Aktivitas Antioksidan Jamur Sawit (Volvariella sp). 3(3), 159165.
Fatisa,
Y. (2013). Daya Antibakteri Ekstrak Kulit dan Biji Buah Pulasan (Nephelium
mutabile) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli Secara In Vitro. Jurnal
Peternakan, 10(1), 3138.
Fatonah,
N. S., Pertiwi, F. D., Rezaldi, F., Abdilah, N. A., A, L. D., & Fadillah,
M. F. (2022). Uji Aktivitas Antibakteri Escherichia Coli Pada Formulasi Sediaan
Sabun Cair Mandi Probiotik Dengan Metode Bioteknologi Fermentasi Kombucha Bunga
Telang (Clitoria ternatea L). Agribios, 20(1), 27.
https://doi.org/10.36841/agribios.v20i1.1510
Hardani.
(2020). Buku Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. CV. Pustaka
Ilmu Group.
Henaulu,
A. H., & Kaihena, M. (2020). ( Psophocarpus tetragonolobus ( L .) DC )
TERHADAP PERTUMBUHAN Escherichia coli DAN Staphylococcus aureus IN VITRO. Biofaal
Journal, 1(1), 4454. https://core.ac.uk/download/pdf/322568351.pdf
Hoan,
T., & Rahardja, K. (2015). Obat-Obat Penting. Elex Media Komputindo.
Huang,
Q., Liu, X., Zhao, G., Hu, T., & Wang, Y. (2018). Potential and challenges
of tannins as an alternative to in-feed antibiotics for farm animal production.
Animal Nutrition, 4(2), 137150.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.aninu.2017.09.004
Humairah,
A., Yuniarti, Y., & Thamrin, G. A. R. (2022). Identifikasi Senyawa
Metabolit Sekunder Pada Tumbuhan Belaran Tapah (Merremia peltata). Jurnal
Sylva Scienteae, 5(1), 86. https://doi.org/10.20527/jss.v5i1.5051
Ibrahim,
A., & Kuncoro, H. (2012). Identifikasi Metabolit Sekunder Dan Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Daun Sungkai (Peronema canescens JACK.) Terhadap Beberapa
Bakteri Patogen. Journal Of Tropical Pharmacy And Chemistry, 2(1),
818. https://doi.org/10.25026/jtpc.v2i1.43
Imara,
F. (2020). Salmonella typhi Bakteri Penyebab Demam Tifoid. Prosiding Seminar
Nasional Biologi Di Era Pandemi COVID-19, 6(1), 15.
Indang,
N., Guli, M. M., & Alwi, M. (2013). Uji Resistensi dan Sensitivitas Bakteri
Salmonella thypi Pada Orang Yang Sudah Pernah Menderita Demam Tifoid Terhadap
Antibiotik. Jurrnal Biocelebes, 7(1), 2734.
Isnaeni,
D., Rasyid, A. U. M., & Rahmawati, R. (2021). Uji Aktivitas Ekstrak Daun
Opo-Opo (Desmodium pulchellum Linn Benth) sebagai Antibakteri terhadap
Pertumbuhan Streptococcus viridans dan Streptococcus pyogenes. Jurnal Sains
Dan Kesehatan, 3(2), 278289. https://doi.org/10.25026/jsk.v3i2.339
Isroi.
(2015). Jamur ditumpukan TKKS. Jurnal Pertanian Presisi.
Juwita,
S., Hartoyo, E., & Budiarti, L. Y. (2013). Pola Sensitivitas In Vitro
Salmonella Typhy terhadap Antibiotik Kloramfenikol, Amoksisiljin, dan
Kotrimoksazole. Jurnal Berkala Kedokteran, 9(1), 2534.
Kasim,
& Novariana, V. (2020). Peran imunitas pada infeksi Salmonella thypi
(Edisi 1). CV. Athara Samudra.
Kemenkes.
(2013). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
Kemenkes.
(2018). Data Dan Informasi. Profil Kesehatan Indonesia 2017.
Khairani,
K., Busman, B., & Edrizal, E. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Jamur Tiram Purih (Pleurotus Ostreatus) Terhadap Bakteri Streptococcus Mutans
Penyebab Karies Gigi. B-Dent, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Baiturrahmah, 4(2), 110116. https://doi.org/10.33854/jbdjbd.102
Kurniawansyah,
I. (2016). Penentuan Tingkatan Jaminan Sterilitas Pada Autoklaf Dengan
Indikator Biologi Spore Strip. Farmaka, 4(1), 5969.
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/SERAT-MAKANAN-DAN-KESEHATAN.pdf
Levani,
Y., & Prastya, A. D. (2020). Demam Tifoid: Manifestasi Klinis, Pilihan
Terapi Dan Pandangan Dalam Islam. Al-Iqra Medical Journal : Jurnal
Berkala Ilmiah Kedokteran, 3(1), 1016.
https://doi.org/10.26618/aimj.v3i1.4038
Mahdiyah,
D., Farida, H., Riwanto, I., Mustofa, M., Wahjono, H., Laksana Nugroho, T.,
& Reki, W. (2020). Screening of Indonesian peat soil bacteria producing
antimicrobial compounds. Saudi Journal of Biological Sciences, 27(10),
26042611. https://doi.org/10.1016/j.sjbs.2020.05.033
Maisetta,
G., Batoni, G., Caboni, P., Esin, S., Rinaldi, A. C., & Zucca, P. (2019).
Tannin profile, antioxidant properties, and antimicrobial activity of extracts
from two Mediterranean species of parasitic plant Cytinus. BMC Complementary
and Alternative Medicine, 19(1), 111.
https://doi.org/10.1186/s12906-019-2487-7
Malangngi,
L., Sangi, M., & Paendong, J. (2012). Penentuan Kandungan Tanin dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.). Jurnal
MIPA, 1(1), 5. https://doi.org/10.35799/jm.1.1.2012.423
Mashita,
R. A. (2017). Efek Antimikroba Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus. Saintika Medika, 10(2),
138. https://doi.org/10.22219/sm.v10i2.4184
Masturoh,
I., & Anggita. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Moncalvo,
J. ., Vilgalys, R., Redhead, A., Johnson, J. ., James, T. ., Aime, M. .,
Hofstetter, V., Verduin, S. J. W., Larson, E., Baroni, T. J., Thorn, R. G.,
Jacobsson, S., Clemencon, H., & Miller, O. K. (2002). One hundred and
seventeen clades of euagarics. Molecular Phylogenetics and Evolution,
357400.
Nala,
S. (2019). Aktivitas antibakteri dari ekstrak dan fraksi terpilih dari Jamur
Merang, Bawang Putih, Temu Putih dan Temu Mangga terhadap beberapa Bakteri
Patogen. Syarifah Nala, 3(3), 242.
https://doi.org/10.22487/j24775398.2017.v3.i3.9333
Ngantung,
A., Bara, R., & Sumilat, D. (2017). Uji Aktivitas Antibakteri dari Spons
Dictyonella funicularis dan Phyllospongia lamellosa yang Diambil pada Perairan
Bunaken. Jurnal Pesisir Dan Laut Tropis, 4(2), 10.
https://doi.org/10.35800/jplt.4.2.2016.13035
Ningrum,
R. (2015). Identifikasi Senyawa Alkaloid Dari Batang Karamunting (Rhodomyrtus
tomentosa) Sebagai Bahan Ajar Biologi Untuk Sma Kelas X. University of
Muhammadiyah Malang.
Noval,
N., Yuwindry, I., & Syahrina, D. (2019). Phytochemical Screening and
Antimicrobial Activity of Bundung Plants Extract by Dilution Method. Jurnal
Surya Medika, 5(1), 143154. https://doi.org/10.33084/jsm.v5i1.954
Nurazizah,
N. I., Darusman, F., & Aryani, R. (2020). Standarisasi Simplisia Daun
Bidara Arab ( Ziziphus spina-christi L .). Prosiding Farmas, 6,
900905.
Nurhasanah,
& Gultom, E. S. (2021). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Daun
Kirinyuh (Chromolaena odorata) Terhadap Bakteri MDR (Multi Drug Resistant)
dengan Metode KLT Bioautografi. JBIO : JURNAL BIOSAINS (The Journal of
Biosciences), 7(3), 121126.
https://doi.org/10.24114/jbio.v5i2.13984%0AISSN
Nurhayati,
L. S., Yahdiyani, N., & Hidayatulloh, A. (2020). Perbandingan Pengujian
Aktivitas Antibakteri Starter Yogurt dengan Metode Difusi Sumuran dan Metode
Difusi Cakram. Jurnal Teknologi Hasil Peternakan, 1(2), 41.
https://doi.org/10.24198/jthp.v1i2.27537
Octora,
D. D., Anna, R., Marbun, T., & Koto, R. (2019). Uji Aktivitas Ekstrak tanol
Daun Pirdot ( Saurauia vulcani Korth .) Teradap Pertumbuan Bakteri Salmonella
thypi. Jurnal Farmasi, 2(1), 4045.
Oliphant,
C. . (2016). Antimicrobial Regiment Selection. In: M.A. Crisholm-Burns
(14th ed.). McGraw-Hill Education.
Pangestuti,
I. E., Sumardianto, S., & Amalia, U. (2017). Skrining Senyawa Fitokimia
Rumput Laut Sargassum sp. Dan Aktivitasnya Sebagai Antibakteri Terhadap
Staphylococcus aureus dan Eschericia coli. Saintek Perikanan :
Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology, 12(2).
https://doi.org/10.14710/ijfst.12.2.98-102
Pelczar,
M. ., & Chan, E. C. . (2007). Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press.
Pratiwi,
R. H. (2017). Mekanisme Pertahanan Bakteri Patogen Terhadap Antibiotik. Jurnal
Pro-Life, 4(3), 418429.
Prayoga,
E. (2013). Perbandingan Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) dengan
Metode Difusi Disk dan Sumuran Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus
aureus. Skripsi.
Purwantiningsih,
T. I., Suranindyah, Y. Y., & (Widodo), W. (2014). Aktivitas Senyawa Fenol
Dalam Buah Mengkudu (Morinda citrifolia) Sebagai Antibakteri Alami Untuk
Penghambatan Bakteri Penyebab Mastitis. Buletin Peternakan, 38(1),
59. https://doi.org/10.21059/buletinpeternak.v38i1.4618
Rachmawati,
E., Sari, D. N. R., & Habib, I. M. Al. (2018). Uji Ekstrak Kulit Batang
Nangka (Artocarpus heterophylus L.) Terhadap Salmonella typhi. Bioma :
Jurnal Biologi Dan Pembelajaran Biologi, 3(2), 166175.
https://doi.org/10.32528/bioma.v3i2.1614
Radji,
D. (2016). Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. In Buku Ajar Mikrobiologi : Panduan Mahasiswa Farmasi Dan
Kedokteran. https://doi.org/https://doi.org/10.1063/1.1619138
Rahmitasari,
R. D., Suryani, D., & Hanifa, N. I. (2020). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Etanolik Daun Juwet (Syzygium cumini (L.) Skeels) terhadap Bakteri Isolat
Klinis Salmonella typhi. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical
Journal of Indonesia), 17(1), 138.
https://doi.org/10.30595/pharmacy.v17i1.6448
Retnowati,
R. (2011). Pengaruh Sterilisasi Infus Dekstrosa 5 pH 3,6 dengan Otoklaf
Terhadap Pembentukan Senyawa 5-HMF. Undergraduate Thesis.
Riyani,
C. (2016). Efektifitas Metode Pengeringan Pada Pembuatan Simplisia akar Pasak
Bumi (Eurycoma longifolia radix). Politeknik Muara Teweh.
Rizky
Amiruddin, R., Darniati, & Ismail. (2017). Isolasi Dan Identifikasi
Salmonella sp Pada Ayam Bakar Di Rumah Makan Kecamatan Syiah Kuala Kota Banda
Aceh. Jimvet, 01(3), 265274.
Rollando,
R. (2019). Uji Antimikroba Minyak Atsiri Masoyi (Massoia aromatica) Terhadap
Bakteri Streptococcus mutans. Majalah Farmasi Dan Farmakologi, 23(2),
5257. https://doi.org/10.20956/mff.v23i2.6585
Rosmania,
R., & Yanti, F. (2020). Perhitungan jumlah bakteri di Laboratorium
Mikrobiologi menggunakan pengembangan metode Spektrofotometri. Jurnal
Penelitian Sains, 22(2), 76. https://doi.org/10.56064/jps.v22i2.564
Safitri,
D., Roanisca, O., & Mahardika, R. G. (2021). Potensi Ekstrak Daun Senduduk
(Melastoma malabathricum Linn.) Sebagai Antibakteri terhadap Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Chimica et Natura Acta, 9(2),
7480. https://doi.org/10.24198/cna.v9.n2.34582
Saifudin,
A. (2014). Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori, Konsep, dan Teori
Pemurnian. Deepublish.
Samputri,
R. D., Toemon, A. N., & Widayati, R. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Biji Kamandrah (Croton tilgium L.) Terhadap Pertumbuhan
Salmonella typhi Dengan Metode Difusi Cakram (Kirby-Bauer). Herb-Medicine
Journal, 3(3), 19. https://doi.org/10.30595/hmj.v3i3.6393
Saputri,
N. E., Dhayan, R., Harsanti, B. R., Putri, D. M., & Fadly, D. (2021). Total
Fenol dan Aktivitas Anti-Inflamasi Jamur Sawit (Volvariella sp). Poltekita :
Jurnal Ilmu Kesehatan, 15(3), 295300.
https://doi.org/10.33860/jik.v15i3.637
Sari,
F. P., & Sari, S. M. (2011). Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman
Yodium (Jatropha multifida Linn) sebgai Bahan Baku Alternatif Antibiotik Alami.
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
Siregar,
I. G., Lantang, D., & Chrystomo, L. Y. (2022). Analisis Golongan Metabolit
Sekunder Ekstrak Etanol Kulit Batang Cemara Laut (Casuarina equisetifolia L.)
dan Cemara Gunung (Casuarina junghuhniana Mig.). Jurnal Biologi Papua, 14(2),
143149. https://doi.org/10.31957/jbp.1687
Sutowo,
I. (2018). Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Jamur Lingzhi (Ganoderma
lucidum) Terhadap Zona Hambat Bakteri Salmonella sp. 111.
Ulfa,
F., & Handayani, O. W. K. (2018). Kejadian Demam Tifoid di Wilayah Kerja
Puskesmas Pagiyanten. HIGEIA (Journal of Public Health Research and
Development), 2(2), 227238.
https://doi.org/10.15294/higeia.v2i2.17900
Untoro,
M., Fachriyah, E., & Kusrini, D. (2016). Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Golongan Alkaloid dari Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia purpurata). Jurnal
Kimia Sains Dan Aplikasi, 19(2), 5862.
https://doi.org/10.14710/jksa.19.2.58-62
Utomo,
S. B., Fujiyanti, M., Lestari, W. P., & Mulyani, S. (2018). Antibacterial
Activity Test of the C-4-methoxyphenylcalix[4]resorcinarene Compound Modified
by Hexadecyltrimethylammonium-Bromide against Staphylococcus aureus and
Escherichia coli Bacteria. JKPK (Jurnal Kimia Dan Pendidikan Kimia), 3(3),
201. https://doi.org/10.20961/jkpk.v3i3.22742
Wahyulianingsih,
W., Handayani, S., & Malik, A. (2016). Penetapan Kadar Flavonoid Total
Ekstrak Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum (L.) Merr & Perry). Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, 3(2), 188193.
https://doi.org/10.33096/jffi.v3i2.221
Wahyuni,
R., Guswandi, & Rivai, H. (2014). Pengaruh Cara Pengeringan Dengan Oven,
Kering Angin dan Cahaya Matahari Langsung Terhadap Mutu Simplisia Herba
Sambiloto. Jurnal Farmasi Higea, 6(2), 126133.
WHO.
(2014). Antimicrobial Resistance Global Report on Surveillance June 2014.
WHO Press.
WHO.
(2018). Weekly Epidemiological Record. World Health Organization.
Widawati
& Sari. (2019). Pemanfaatan Jamur Tandan Kosong Kelapa Sawit
(Volvariellavolvacea) Sebagai Bahan Baku Sosis Sapi. Mitigasi Emisi Gas
Rumah Kaca Dengan Rimpang Kunyit Sekaligus Pengganti Insektisida Sintetik, V(2),
150163.
Yaddi,
Y., Safika, S., & Pasaribu, F. H. (2020). Uji Resistensi Terhadap Beberapa
Antibiotika pada Escherichia coli yang Diisolasi dari Kucing di Klinik Hewan
Kota Bogor. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Peternakan Tropis, 7(3),
203. https://doi.org/10.33772/jitro.v7i3.13442
Yanuartono,
Purnamaningsih, H., Nururrozi, A., & Indarjulianto, S. (2017).
Saponin : Dampak terhadap Ternak (Ulasan). Jurnal Peternakan Sriwijaya,
6(2), 7990. https://doi.org/10.33230/jps.6.2.2017.5083
Zada, amalia agatha sari. (2021). Perbedaan Hasil
Uji Aktivitas Antibakteri Metode Well Diffusion dan Kirby bauer Terhadap
Pertumbuhan Bakteri. Jurnal Medika Hutama, 2(04), 1157.
Zuhriyah,
A., Februyani, N., & Jamilah, L. A. (2018). Tingkat Pengetahuan Penggunaan
Antibiotik Jenis Amoxicillin Pada Masyarakat Desa Pilanggede Kecamatan Balen
Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ilmiah Hospitality, 7(2), 4148.