HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BELAJAR MAHASISWA PADA MATA KULIAH SOSIOLOGI ANTROPOLOGI BUDAYA

 

Asfitri Hayati

Universitas Muhammadiyah Tangerang, Indonesia

hayatiasfitri@gmail.com

 

Keywords

Abstract

Learning Motivation, Learning Ability, Cultural Anthropology Sociology

This study aims to analyze the relationship between learning motivation and students' learning ability in the Sociology of Cultural Anthropology course. Learning motivation, which consists of intrinsic and extrinsic motivation, is considered an important factor affecting student learning outcomes. This study used a quantitative approach with a causal associative method, where data were collected through questionnaires distributed to 40 2nd semester students of Tourism Study Program at Universitas Muhammadiyah Tangerang. The results of correlation analysis show that there is a significant relationship between learning motivation, both intrinsic (r = 0.344, p < 0.05) and extrinsic (r = 0.414, p < 0.01), with learning ability. Multiple regression analysis showed that learning motivation, both intrinsic and extrinsic, jointly influenced learning ability with a coefficient of determination of 19.9%. This finding indicates that learning motivation plays an important role in improving students' learning ability, so the development of learning strategies that support the improvement of learning motivation is needed.

Kata Kunci

Abstrak

Motivasi Belajar, Kemampuan Belajar, Sosiologi Antropologi  Budaya

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara motivasi belajar dengan kemampuan belajar mahasiswa pada mata kuliah Sosiologi Antropologi Budaya. Motivasi belajar, yang terdiri dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik, dianggap sebagai faktor penting yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode asosiatif kausal, di mana data dikumpulkan melalui kuesioner yang dibagikan kepada 40 mahasiswa semester 2 Prodi Pariwisata di Universitas Muhammadiyah Tangerang. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara motivasi belajar, baik intrinsik (r = 0,344, p < 0,05) maupun ekstrinsik (r = 0,414, p < 0,01), dengan kemampuan belajar. Analisis regresi berganda menunjukkan bahwa motivasi belajar, baik intrinsik maupun ekstrinsik, secara bersama-sama mempengaruhi kemampuan belajar dengan koefisien determinasi sebesar 19,9%. Temuan ini mengindikasikan bahwa motivasi belajar berperan penting dalam meningkatkan kemampuan belajar mahasiswa, sehingga pengembangan strategi pembelajaran yang mendukung peningkatan motivasi belajar sangat diperlukan.

Corresponding Author: Asfitri Hayati

hayatiasfitri@gmail.com

 

 

 

PENDAHULUAN

Dalam era pendidikan tinggi yang semakin kompetitif, memahami faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan akademik mahasiswa menjadi sangat penting (Muzakir, 2023). Salah satu faktor utama yang dikenal memiliki peran signifikan adalah motivasi belajar. Motivasi belajar terdiri dari dorongan internal dan eksternal yang mendorong individu untuk belajar, mencapai tujuan akademik, dan mengembangkan diri secara pribadi (Ryan & Deci, 2020). Dalam konteks pembelajaran mata kuliah Sosiologi Antropologi Budaya, motivasi belajar memainkan peran penting karena kompleksitas dan kedalaman materi yang dipelajari. Motivasi dapat dipahami sebagai dorongan, baik yang disadari maupun tidak disadari, yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sondang P. Siagian (Sholekah et al., 2017) mendefinisikan motivasi sebagai kekuatan pendorong yang membuat seseorang bersedia dan rela untuk menginvestasikan kemampuan, tenaga, dan waktunya guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Motivasi merupakan usaha-usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu bergerak untuk melakukan sesuatu keinginan mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya (Lomu & Widodo, 2018). Untuk itu, motivasi adalah suatu proses internal yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu. Sedangkan pengertian motivasi belajar menurut Sardiman (2018:75) adalah “Keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai” (Syaparuddin & Elihami, 2020).

Motivasi belajar artinya dorongan dari diri siswa untuk mencapai tujuan belajar, misalnya pemahaman materi atau pengembangan belajar. Dengan adanya motivasi, siswa akan senantiasa semangat untuk terus belajar tanpa ada paksaan dari pihak manapun (Arianti, 2019). Dalam konteks pendidikan, motivasi dapat didefinisikan sebagai dorongan yang menggerakkan tindakan belajar atau tindakan-tindakan pendidikan yang lain. Itu dapat dilakukan dengan mengorganisasi kegiatan belajar dan lingkungan belajar untuk mengembangkan potensi anak menjadi aktual. Pembelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik (teaching at the right level) adalah pendekatan pembelajaran yang berpusat pada kesiapan belajar dan pemahaman peserta didik, bukan hanya pada tingkatan kelas (Muthoharoh, 2023).

Dengan Asesmen Awal Pembelajaran dan penyesuaian Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran diawali dengan pemetaan kemampuan prasyarat agar dapat merencanakan tindak lanjut yang tepat, termasuk melakukan penyesuaian Tujuan Pembelajaran (Ananda & Amiruddin, 2019). Kemajuan hasil belajar selanjutnya dilakukan secara berkelanjutan. Peserta didik yang belum mencapai capaian pembelajaran mendapatkan pendampingan agar mencapai capaian pembelajarannya.

Dengan pembelajaran berdiferensiasi Peserta didik dalam fase perkembangan yang sama bisa memiliki tingkat pemahaman dan kesiapan yang berbeda. Karena itu, pada model pembelajaran ini, cara dan materi pembelajaran divariasikan berdasarkan tingkat pemahaman dan kesiapan peserta didik (Wahyudi et al., 2023).

Kemampuan mahasiswa adalah suatu kecakapan yang di dapat sitelah terjadi proses pembelajaran. Dalam aktivitas belajar, kemampuan mahasiswa sangat diperlukan terutama belajar sendiri, seseorang yang tidak mempunyai kemampuam sulit untuk melakukan aktivitas belajar terus menerus (Angkatan, 2020).

Mata kuliah Sosiologi Antropologi Budaya merupakan salah satu mata kuliah yang penting dalam membentuk pemahaman mahasiswa tentang struktur sosial, nilai-nilai budaya, dan interaksi manusia dalam konteks berbagai masyarakat. Materi yang diajarkan mencakup analisis tentang perubahan sosial, proses akulturasi, serta dinamika budaya yang beragam (Wiranata & SH, 2011). Untuk menguasai materi ini, mahasiswa perlu memiliki motivasi yang kuat dalam mempelajari konsep-konsep yang kompleks dan mendalam.

Penelitian ini memiliki signifikansi yang penting dalam konteks pengembangan strategi pembelajaran di perguruan tinggi (Noveli et al., 2023). Dengan memahami hubungan antara motivasi belajar dan tingkat kemampuan mahasiswa pada mata kuliah Sosiologi Antropologi Budaya, institusi pendidikan dapat meningkatkan efektivitas proses pembelajaran. Selain itu, penelitian ini juga dapat memberikan masukan yang berharga bagi pengembangan kurikulum dan metode pengajaran yang lebih responsif terhadap kebutuhan mahasiswa. Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor yang terdapat dalam diri pribadi mahasiswa itu sendiri yang disebut faktor internal seperti motivasi yang kurang, kebiasaan belajar kurang efektif dan kecakapan mengikuti kuliah kurang (Komalasari, 2012). Sedangkan faktor yang kedua yaitu faktor yang terdapat dari luar mahasiswa itu sendiri yangdisebut faktor eksternal seperti faktor yang berasal dari kampus yaitu dari dosen, bahan bacaan, kurikulum, kondisi alat pelajaran (Triwiyanto, 2022). Faktor keluarga dan masyarakat juga dapat mempengaruhi faktor eksternal kesulitan belajar mahasiswa itu sendiri yaitu perhatian orang tua, suasana rumah tangga,keadaan ekonomi, teman bergaul dan juga aktifitas mastarakat (Mona & Yunita, 2021).

 

METODE PENELITIAN

Pendekatan ini menekankan pada pengumpulan dan analisis data numerik untuk menemukan pola dan hubungan antara variabel. Dilihat dari sifatnya termasuk desain penelitian asosiatif kausal yaitu untuk mengetahui hubungan motivasi belajar dengan kemapuan belajar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif karena dalam penelitian ini dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut,

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa reguler yang mengikuti perkuliah Sosiologi Antropologi Budaya tahun akademik 2023-2024...

Populasi yang akan diteliti adalah seluruh mahasiswa semester 2 prodi Pariwisata berjumlah 40 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling, yaitu seluruh populasi dijadikan sampel yang berjumlah 40 orang, dengan kriteria bersedia menjadi responden dan hadir pada saat penyebaran kuesioner. Data yang diperoleh langsung dengan membagikan kuesioner kemudian dijawab oleh responden, kuesioner dibagikan seluruh mahasiswa yang mengikuti perkuliah Sosiologi Antropologi Budaya tahun akademik 2023-2024 pada prodi Pariwisata Fakultas Pariwisata dan Industri Kreatif Universitas Muhammadiyah Tangerang.

...

Dalam penelitian ini variabel bebas motivasi belajar. 2. Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (independen). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar.

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

HASIL PENELITIAN

1.              Deskriptif Variabel

Kuesioner yang disebabkan dalam penelitian ini di ukur dengan menggunakan skala likert dengan responden sebagai berikut:

a.         Deskriptif Variabel Motivasi Belajar Intrinsik

Tabel 4.3 Jawaban Responden Variabel Motivasi Belajar Intrinsik

No

Pernyataan

Skor

Jumlah

5

4

3

2

1

Sangat  sering

Sering

Kadang kadang

Jarang

Sangat jarang

1

Item 1

9

23

7

1

0

40

2

Item 2

11

20

7

2

0

40

3

Item 3

13

19

8

0

0

40

4

Item 4

8

16

13

3

0

40

5

Item 5

13

15

10

1

1

40

Jumlah

54

93

45

7

1

40

 

Dari pernyataan hasil data koesioner diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab sering terhadap pernyataan-pernyataan mengenai Motivasi Belajar Intrinsik dengan jumlah total 93.

b.        Deskriptif Variabel Motivasi Belajar Ekstrinsik

Tabel 4.4 Jawaban Responden Variabel Motivasi Belajar Ekstrinsik

No.

Pernyataan

Skor

Jumlah

5

4

3

2

1

Sangat Sering

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Sangat Jarang

1

Item 1

22

12

6

0

0

40

2

Item 2

23

12

5

0

0

40

3

Item 3

21

13

4

2

0

40

4

Item 4

9

16

8

3

4

40

5

Item 5

17

19

3

1

0

40

Jumlah

92

72

26

6

4

40

 

Dari pernyataan hasil data koesioner diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab sangat sering terhadap pernyataan-pernyataan mengenai Motivasi Belajar Ekstrinsik dengan jumlah total 92.

c.         Deskriptif Variabel Kemampuan Belajar

Tabel 4.5 Jawaban Responden Variabel Kemampuan Belajar

No.

Pernyataan

Skor

Jumlah

5

4

3

2

1

Sangat Sering

Sering

Kadang-kadang

Jarang

Sangat Jarang

1

Item 1

14

13

12

1

0

40

2

Item 2

15

11

11

2

1

40

3

Item 3

11

19

10

0

0

40

4

Item 4

15

14

9

1

1

40

5

Item 5

13

12

15

0

0

40

6

Item 6

12

16

12

0

0

40

Jumlah

80

85

69

4

2

40

Dari pernyataan hasil data koesioner diatas menunjukan bahwa sebagian besar responden menjawab sering terhadap pernyataan-pernyataan mengenai Kemampuan Belajar dengan jumlah total 85

2.         Analisis Korelasi Sederhana

a.              Korelasi Sederhana

Tabel Hasil Analisis Korelasi Sederhana Motivasi Belajar Intrinsik (X1) Tehadap Kemampuan Belajar (Y)

Correlations

 

Total X1

Total Y

Total X1

Pearson Correlation

1

.344*

Sig. (2-tailed)

 

.030

N

40

40

Total Y

Pearson Correlation

.344*

1

Sig. (2-tailed)

.030

 

N

40

40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Sumber: Hasil output SPSS 24 data diolah, 2024

Berdasarkan tabel maka dapat diketahui bahwa hubungan antara variabel Motivasi Belajar Intrinsik (X1) terhadap Kemampuan Belajar (Y) mempunyai tingkat hubungan interpretasi koefisien korelasi sangat kuat, yaitu sebesar 0,344.

Tabel Hasil Analisis Korelasi Sederhana Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) Tehadap Kemampuan Belajar (Y)

Correlations

 

Total X2

Total Y

Total X2

Pearson Correlation

1

.414**

Sig. (2-tailed)

 

.008

N

40

40

Total Y

Pearson Correlation

.14**

1

Sig. (2-tailed)

.008

 

N

40

40

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel maka dapat diketahui bahwa hubungan antara variabel Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) terhadap Kemampuan Belajar (Y) mempunyai tingkat hubungan interpretasi koefisien korelasi sangat kuat, yaitu sebesar 0,414.

b.        Analisis Korelasi Berganda

 

Hasil Analisis Korelasi Berganda Motivasi Belajar Intrinsik (X1), Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) Terhadap Kemampuan Belajar (Y)

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.446a

.199

.155

3.976

a. Predictors: (Constant), Total X2, Total X1

            Sumber: Hasil output SPSS 24 data diolah, 2024

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui R = 0,446, dilihat dati tingkat hubungan interpretasi koefisien korelasi dengan interval 0,40 – 0,599 memiliki tingkat hubungan sedang. Maka disimpulkan bahwa kekuatan hubungan antara Motivasi Belajar Intrinsik (X1), Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) Terhadap Kemampuan Belajar (Y) adalah sedang.

3.              Analisis Regresi

Regresi seferhana didasarkan pada hubungan fungsional satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan variabel satu dengan variabel lain:

a.    Analisis Regresi Sederhana

Menurut Sugiyono (2022:188) persamaan regresi sederhana dapat digunakan untuk melakukan prediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi (dirubah), maka dalam penelitian ini penulis gunakan untuk apakah ada atau tidaknya pengaruh dari salah satu variabel bebas yaitu Motivasi Belajar Intrinsik (X1), Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) Terhadap Kemampuan Belajar (Y). Dapat dilihat hasil dari uji regresi linier sederhana pada tabel berikut:

 

1)    Analisis Regresi Sederhana Motivasi Belajar Intrinsik (X1) Terhadap Kemampuan Belajar (Y)

Tabel Hasil Analisis Regresi Sederhana Motivasi Belajar Intrinsik (X1) Terhadap Kemampuan Belajar (Y)

 

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

16.482

4.731

 

Total X1

.534

.237

.344

a. Dependent Variable: Total Y

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y = a + bX

Y = 16,482 + 0,534X1

Dari persamaan regresi tersebut dapat diketahui sebagai berikut:

a)  Koefisien regresi Motivasi Belajar Intrinsik (X1) sebesar 16,482, artinya jika variabel Motivasi Belajar Intrinsik (X1) dianggap sama dengan 0, maka tingkat Kemampuan Belajar (Y) mempunyai nilai 16,482.

b) Koefisien regresi Motivasi Belajar Intrinsik (X1) sebesar 0,534, artinya jika variabel Motivasi Belajar Intrinsik (X1) mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka dari variabel dependent yaitu Kemampuan Belajar (Y) akan mengalami keniakan sebesar 0,534 satuan dengan asumsi variabel independent lainnya bernilai tetap.

2)    Analisis Regresi Sederhana Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) Terhadap Kemampuan Belajar (Y)

Tabel 4. 10 Hasil Analisis Regresi Sederhana Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) Terhadap Kemampuan Belajar (Y)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

14.744

4.436

 

Total X2

.585

.209

.414

a. Dependent Variable: Total Y

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh persamaan seagai berikut:

Y = a + Bx

Y = 14,744 + 0,585X2

Dari persamaan regresi tersebut dapat diketahui sebagai berikut:

a)  Koefisien regresi Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) sebesar 14,744, artinya jika variabel Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) dianggap sama dengan 0, maka tingkat Kemampuan Belajar (Y) mempunyai nilai 14,744.

b) Koefisien regresi Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) sebesar 0, 585, artinya jika variabel Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka dari variabel dependent yaitu Kemampuan Belajar (Y) akan mengalami keniakan sebesar 0, 585 satuan dengan asumsi variabel independent lainnya bernilai tetap.

b.    Analisis Regresi Berganda

Uji regresi berganda bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dua variabel atau lebih variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) (Aryani, 2020). Dalam penelitian ini persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh antara Motivasi Belajar Intrinsik (X1), Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) Terhadap Kemampuan Belajar (Y) secara bersama-sama.

Tabel Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Motivasi Belajar Intrinsik (X1), Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) Terhadap Kemampuan Belajar (Y)

 

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

11.632

5.216

 

Total X1

.293

.260

.188

Total X2

.457

.237

.324

a. Dependent Variable: Total Y

Sumber: Hasil output SPSS 24 data diolah, 2024

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1x1 + b2x2 + e

Y = 11,632 + 0,293X1 + 0,457X2

Persamaan diatas dapat diartikan sebagai berikut:

a)    Nilai konstanta (α) sebesar 11,632 mempunyai arti bahwa jika Motivasi Belajar Intrinsik (X1), Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) Terhadap Kemampuan Belajar (Y) sebesar 11,632.

b)    Nilai koefisien regresi variabel Motivasi Belajar Intrinsik (X1) sebesar 0,293 berarti jika variabel independen lain nilainya tetap dan Motivasi Belajar Intrinsik (X1) mengalami perubahan 1 kali maka Kemampuan Belajar (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,293. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Motivasi Belajar Intrinsik dan Kemampuan Belajar, semakin naik Motivasi Belajar Intrinsik maka semakin naik pula Kemampuan Belajar.

c)    Nilai koefisien regresi variabel Motivasi (X2) sebesar 0,457 berarti jika variabel independen lain nilainya tetap dan Motivasi mengalami perubahan 1 kali maka Kemampuan Belajar (Y) akan mengalami kenaikan sebesar 0,457. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara Motivasi dan Kemampuan Belajar, semakin naik Motivasi maka semakin naik pula Kemampuan Belajar.

4.              Analisis Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi (R2) digunakan untuk memprediksi seberapa besar kontribusi pengaruh variabel independent (variabel X) terhadap variabel dependent (variabel Y) (Ningsih & Soekotjo, 2017). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai koefisien determinasi ditentukan dengan nilai R square (R2) dapat dilihat sebagai berikut:

a.         Analisis Koefisen Determinasi Motivasi Belajar Intrinsik (X1) Terhadap Kemampuan Belajar (Y)

Tabel Hasil Koefisensi Determinasi Motivasi Belajar Intrinsik (X1)

Terhadap Kemampuan Belajar (Y)

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.344a

.118

.095

4.116

a. Predictors: (Constant), Total X1

Dengan melihat (R Square) dapat diketahui nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 0,118 atau 11,8% menunjukkan bahwa variabel Motivasi Belajar Intrinsik (X1) berkontribusi terhadap Kemampuan Belajar (Y) sebesar 11,8% sedangkan sisanya 88,2% (100% - 11,8%) adalah dari epsilon (indikator dari variabel yang tidak diteliti).

b.        Analisis Koefisen Determinasi Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) Terhadap Kemampuan Belajar (Y)

Tabel Hasil Koefisensi Determinasi Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) Terhadap Kemampuan Belajar (Y)

Model Summary

Model

R

R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1

.414a

.171

.150

3.990

a. Predictors: (Constant), Total X2

Dengan melihat (R Square) dapat diketahui nilai koefisien determinasi yaitu sebesar 0,171 atau 17,1% menunjukkan bahwa variabel Motivasi Belajar Intrinsik (X1) berkontribusi terhadap Kemampuan Belajar (Y) sebesar 17,1% sedangkan sisanya 82,9% (100% - 17,1%) adalah dari epsilon (indikator dari variabel yang tidak diteliti).

5.              Hipotesis

a.    Uji t

Untuk asumsi thitung adalah α = 5% nilai thitung dibandingkan dengan ttabel, maka:

1)    Nilai probabilitas < 0,05 atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada pengaruh antara variabel independen (Motivasi Belajar Intrinsik dan Motivasi Belajar Ekstrinsik) secara parsial terhadap variabel dependen (Kemampuan Belajar). Dengan demikian hipotesis dapat diterima atau terbukti

2)    Nilai probabilitas < 0,05 atau thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak ada pengaruuh antara variabel independen (Motivasi Belajar Intrinsik dan Motivasi Belajar Ekstrinsik) secara parsial terhadap variabel dependen (Kemampuan Belajar). Dengan demikian hipotesis ditolak atau tidak terbukti.

Maka:

a)    Motivasi Belajar Intrinsik (X1) terhadap Kemampuan Belajar (Y)

α = 5% atau 0,05

tabel = (a/2 : n-k)

tabel = (0.05/2 : 40-3)

tabel = (0,025 : 37)

tabel = 2,026

Tabel Hasil Uji t Motivasi Belajar Intrinsik (X1) terhadap

Kemampuan Belajar (Y)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

16.482

4.731

 

3.484

.001

Total X1

.534

.237

.344

2.255

.030

a. Dependent Variable: Total Y

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung > ttabel atau (2,255 > 2,026) hal tersebut juga diperkuat dengan nilai signifikan < 0,05 atau (0,030 < 0,05). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Motivasi Belajar Intrinsik (X1) terhadap Kemampuan Belajar (Y).

b)   Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) terhadap Kemampuan Belajar (Y)

α = 5% atau 0,05

tabel = (a/2 : n-k)

tabel = (0.05/2 : 40-3)

tabel = (0,025 : 37)

tabel = 2,026

Tabel Hasil Uji t Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) terhadap

Kemampuan Belajar (Y)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

14.744

4.436

 

3.324

.002

Total X2

.585

.209

.414

2.803

.008

a. Dependent Variable: Total Y

Berdasarkan hasil uji t pada tabel diatas, diperoleh informasi yaitu :

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai thitung > ttabel atau (2,803 > 2,026) hal tersebut juga diperkuat dengan nilai signifikan < 0,05 atau (0,008 < 0,05). Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Motivasi Belajar Ekstrinsik (X1) terhadap Kemampuan Belajar (Y).

 

b.    Uji F

uji F atau uji simultan digunakan untuk menguji tingkat signifikan dari pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Untuk pengambilan keputusan taraf nyata signifikan yang digunakan yaitu α = 5%, selanjutnya hasil hipotesis Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika Fhitung > Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak

Jika F hitung < F tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima.

Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

a)       Ha : Terdapat pengaruh variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b)      Ho : Tidak terdapat pengaruh variabel independen secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

df3 = (n-k-1)

df3 = (40–3–1)

df3 = (36) = df-3 ke 36 dilihat pada distribusi F tabel

Ftabel  = 2,87

Tabel Hasil Uji F Motivasi Belajar Intrinsik (X1), Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) Terhadap Kemampuan Belajar (Y)

ANOVAa

Model

Sum of Squares

df

Mean Square

F

Sig.

1

Regression

145.019

2

72.509

4.587

.017b

Residual

584.881

37

15.808

 

 

Total

729.900

39

 

 

 

a. Dependent Variable: Total Y

b. Predictors: (Constant), Total X2, Total X1

Berdasarkan hasil uji F pada tabel diatas, diperoleh nilai Fhitung sebesar 4,587 serta signifikansi F sebesar 0,017; dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 atau (Fhitung 4,587 > Ftabel 2,87) dan (signifikan 0,000 < 0,05), yang menunjukkan bahwa Motivasi Belajar Intrinsik (X1) dan Motivasi Belajar Ekstrinsik (X2) secara simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kemampuan Belajar (Y), dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima.

 

 

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini menyoroti pentingnya motivasi belajar, baik intrinsik maupun ekstrinsik, dalam mempengaruhi kemampuan belajar mahasiswa pada mata kuliah Sosiologi Antropologi Budaya. Berdasarkan analisis data, terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dan kemampuan belajar. Motivasi belajar intrinsik memiliki korelasi sebesar 0,344, sedangkan motivasi belajar ekstrinsik memiliki korelasi lebih tinggi, yaitu 0,414. Hasil analisis regresi juga menunjukkan bahwa motivasi belajar intrinsik dan ekstrinsik bersama-sama berkontribusi secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan belajar, dengan nilai R sebesar 0,446, yang menunjukkan tingkat hubungan sedang.

Secara keseluruhan, motivasi belajar, baik yang berasal dari dorongan internal maupun eksternal, memainkan peran penting dalam mendukung keberhasilan akademik mahasiswa, khususnya dalam mata kuliah yang kompleks seperti Sosiologi Antropologi Budaya. Dengan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi, institusi pendidikan dapat merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif dan responsif terhadap kebutuhan mahasiswa.

 

BIBLIOGRAFI

Ananda, R., & Amiruddin, A. (2019). Perencanaan Pembelajaran.

Angkatan, M. T. M. (2020). Ruang Ketik Mahasiswa: Kumpulan Essay Karya Mahasiswa. Penerbit Nem.

Arianti, A. (2019). Peranan Guru Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Didaktika: Jurnal Kependidikan, 12(2), 117–134.

Aryani, Y. (2020). Sistem Informasi Penjualan Barang Dengan Metode Regresi Linear Berganda Dalam Prediksi Pendapatan Perusahaan. Jurnal Riset Sistem Informasi Dan Teknologi Informasi (Jursistekni), 2(2), 39–51.

Komalasari, K. (2012). Egc. Sekolah Dasar, 1(1), 1–13.

Lomu, L., & Widodo, S. A. (2018). Pengaruh Motivasi Belajar Dan Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa.

Mona, S., & Yunita, P. (2021). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa. Menara Ilmu: Jurnal Penelitian Dan Kajian Ilmiah, 15(2).

Muthoharoh, M. (2023). Kurikulum Merdeka: Konsep Dan Implementasinya. Tabyin: Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), 125–132.

Muzakir, M. I. (2023). Implementasi Kurikulum Outcome Based Education (Obe) Dalam Sistem Pendidikan Tinggi Di Era Revolusi Industri 4.0. Edukasiana: Journal Of Islamic Education, 2(1), 118–139.

Ningsih, R. A., & Soekotjo, H. (2017). Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Return Saham. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen (Jirm), 6(1).

Noveli, A. F., Maksum, H., Nasir, M., & Hidayat, N. (2023). Analisis Minat Siswa Melanjutkan Studi Di Perguruan Tinggi Dalam Hubungannya Dengan Motivasi Belajar Dan Pendapatan Orang Tua. Jtpvi: Jurnal Teknologi Dan Pendidikan Vokasi Indonesia, 1(2), 217–226.

Ryan, R. M., & Deci, E. L. (2020). Intrinsic And Extrinsic Motivation From A Self-Determination Theory Perspective: Definitions, Theory, Practices, And Future Directions. Contemporary Educational Psychology, 61, 101860.

Sholekah, N. A., Wening, N., & Sulastiningsih, S. (2017). Pengaruh Motivasi Dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pariwisata Di Kabupaten Gunungkidul. Stie Widya Wiwaha.

Syaparuddin, S., & Elihami, E. (2020). Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Video Pada Pembelajaran Pkn Di Sekolah Paket C. Jurnal Edukasi Nonformal, 1(1), 187–200.

Triwiyanto, T. (2022). Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran. Bumi Aksara.

Wahyudi, S. A., Siddik, M., & Suhartini, E. (2023). Analisis Pembelajaran Ipas Dengan Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berdiferensiasi Dalam Kurikulum Merdeka. Jurnal Pendidikan Mipa, 13(4), 1105–1113.

Wiranata, I. G. A. B., & Sh, M. H. (2011). Antropologi Budaya. Citra Aditya Bakti.